No Hijab Day, Hijrah Indonesia. Bentuk meliberalisasikan Ajaran Islam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : M Azzam Al Fatih (Penulis, pemerhati umat dan aktivis dakwah)

Kaum sekuler tampaknya semakin brutal untuk meliberalkan ajaran Islam. Tak henti-hentinya merubah bahkan menghilangkan ajaran islam, sebut saja jihad, khilafah, dan jilbab yang akhir-akhir ini mereka gulirkan.

JIL yang dulu dijadikan sebagai motor penggerak ide Barat untuk meliberalkan negeri-negeri muslim dengan gelontoran dana yang cukup fantastis tak mampu menjalankan propaganda Barat, dikarenakan kalah intelektual oleh para pemikir Islam. Tak mampu membungkam kebenaran akhirnya terus berusaha semaksimal mungkin agar bisa memuluskan strategi Barat yang mereka emban. Hingga mereka menjelma dengan nama Islam Nusantara, nama yang sangat familiar bagi negeri Indonesia sebab Nusantara menjadi nama nenek moyang Indonesia.

Kaum liberal yang saat ini dimotori oleh Islam Nusantara tak henti-hentinya membuat propaganda jahat terhadap ajaran jihad, Khilafah, dan jilbab. Seperti yang saat ini lagi ramai di media sosial bahwa mereka, Hijrah Indonesia mebuat agenda dengan tema “No Hijab Day” yang rencana akan dikampanyekan pada tanggal 1 Februari 2020 di media sosial baik, FB, Twitter, Maupun IG. Sesuatu agenda dengan tujuan menjauh dari ketaatan kepada Allah SWT dan mendekatkan kepada kemaksiatan. Menurut Ustadz Wullyudin A. D Dhani beliau dari komunitas cinta tauhid dan cinta Al Qur’an mengatakan kampanye No Hijab Day adalah kampanye ajakan syetan dari golongan manusia.

Kampanye No Hijab Day jelas sesuatu kampanye yang mengajak kemungkaran, di mana mereka mengajak kaum wanita untuk memajang foto mereka dengan tidak mengenakan hijab maupun kerudung. Sebagaimana yang di sampaikan Yasmine Muhammad, sang pelopor No Hijab Day.

Sesungguhnya agenda No Hijab Day tak lepas dari strategi Barat untuk menjauhkan ajaran Islam dari umatnya. Hal ini ditunjukkan dengan propaganda yang terstruktur dari para antek Barat pengusung sekulerisme. Yang membuat statement saling berkaitan dan sambung menyambung. Ibarat seorang pelari estafat, mereka saling bersinergi demi suatu tujuan.

Sinta Nuriyah istri presiden RI ke-4, KH Abdurrahman Wahid dengan membuat pernyataan yang nyleneh. Yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang muslimah. Beliau menyatakan bahwa jilbab itu tidak wajib. Menkopolhukam, Mahfud MD juga membuat pernyataan bahwa putri raja Arab tidak memakai jilbab, kalau di sini sudah dikafir-kafirkan.

Dua pernyataan tokoh liberal tersebut bisa saja sebagai awal dari agenda Hijrah Indonesia “No hijab Day”. Bagaimanapun pernyataan tersebut mewakili orang-orang liberal atas kebencian dan rencana busuk mereka untuk menghilangkan cahaya kebenaran .

Oleh karena itu, agenda Hijrah Indonesia “No Hijab Day” harus ditolak, karena di dalamnya merusak tatanan kehidupan yang baik. Yang mewajibkan setiap individu melepas dan menghilangkan hijab, busana muslimah yang menjadi identitas seorang muslimah. Yang mana hikmah dari pemakaian hijab ialah menjaga diri seorang muslimah dari hal-hal yang mendatangkan kejahatan maupun kemudharatan.

“No Hijab Day”, berusaha menantang Allah SWT dengan berani merusak aturan yang yang telah Allah SWT buat. Yakni mewajibkan setiap individu menutup aurat dengan memakai hijab yang syar’i.
Sebagaimana Allah SWT berfirman An Nuur ayat 31

وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التَّابِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung”.

Namun demikian, menolak agenda “No Hijab Day” saja tidak cukup. Sebab selama sistem demokrasi yang sejatinya merupakan alat penjajahan masih bercokol di negeri muslim maka tidak akan bisa menjaga dan melindungi ajaran Islam dan umatnya.

Menolak “No Hijab Day” saja tidak cukup karena bukan solusi mendasar yang dapat membuat negeri lebih baik dan membawa kebaikan bagi seluruh manusia. Maka solusi yang dapat membawa kebaikan seluruh manusia tidak lain adalah sistem dari Sang Kholiq yaitu sistem Islam yang menerapkan aturan dari Pencipta secara kaffah. Dengannya negeri muslim bahkan dunia akan menjadi tempat kebaikan dan membawa kebaikan bagi seluruh manusia di dunia sampai Akhirat.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *