Oleh : Nurhasanah Lamuing, S.KM
Perkembangan Covid-19
Tanpa terasa sudah hampir enam bulan sejak virus corona pertama kali muncul di Provinsi Wuhan, Cina, akhir Desember tahun 2019 lalu. Sekarang di pertengahan akhir Juni 2020 pandemi virus corona masih terus berlangsung di seluruh dunia dan telah menginfeksi 215 negara di dunia dari 241 negara yang diakui oleh PBB.
Data dari www.worldometer.info diperoleh data jumlah kasus konfimasi positif covid-19 di seluruh dunia per tanggal 21 Juni 2020 sudah mencapai angka 8.914.781 kasus dengan jumlah kematian 466.718 kasus. Persentase kematian akibat virus corona mencapai 5,2 persen hanya dalam waktu 6 bulan saja. Walaupun tentu angka kesembuhan mencapai 53% dengan 4.738.538 kasus recovered.
Di Asia, Negara dengan jumlah kasus tertinggi ditempati India dengan 411.727 kasus sedangkan untuk Negara di Asia Tenggara, Indonesia merupakan Negara dengan Jumlah kasus positif tertinggi begitupun jumlah kematiannya. Jumlah kasus positif di Indonesia mencapai 45.029 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2.429 kasus. Bandingkan dengan Negara seperti Singapura yang juga memiliki kasus konfirmasi positif yang tinggi sebanyak 41.833 kasus tapi dengan jumlah kematian hanya sebanyak 26 orang. (www.worldometer.info)
Mencermati data-data di atas dapat kita lihat begitu cepatnya penyebaran penyakit covid-19 begitupun jumlah kematian yang ditimbulkannya. Untuk kasus Indonesia sendiri jika dibandingkan dengan Singapura, maka kita dapat memprediksi betapa buruknya penanganan covid-19 di Indonesia baik dalam hal pencegahan akan timbulnya kasus baru maupun dalam hal penanganan pasien positif ditinjau dari besarnya kasus kematian yang ditimbulkan. Hal ini semakin diperparah dengan jumlah tenaga kesehatan yang terpapar covid-19 seperti dokter dan perawat, memiliki angka yang cukup tinggi begitupun dengan kasus kematiannya.
New Normal dan Masalah yang ditimbulkan
Pada bulan mei 2020, WHO sebagai Badan Kesehatan Dunia mulai memperkenalkan konsep “New Normal”. New normal adalah bagian dari exit strategy setiap negara dalam menghadapi pandemi corona. Strategi utama yang disarankan badan kesehatan dunia ( WHO) tentu saja test, tracing, treat, dan isolate.
Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia memaparkan bahwa new normal life adalah bagian dari strategi yang diterapkan selama belum ditemukannya vaksin atau obat untuk virus corona. “Pembatasan jumlah kerumunan, batasan jarak, keharusan memakai masker di manapun dan bisa dilakukan skrining suhu di tiap kantor, mall atau sekolah,” kata Dicky mencontohkan saat dihubungi Kompas.com (9/5/2020). Dicky juga menyebut bahwa perjalanan dinas dan pribadi harus dibatasi hanya pada yang benar-benar penting. Anak-anak yang sakit batuk atau flu dilarang ke sekolah atau pegawai flu dilarang atau pegawai flu dilarang masuk kantor. (https://www.kompas.com)
Di tengah kurva kasus Covid-19 yang terus mengalami peningkatan, mengikuti arahan WHO mulai 1 Juni 2020, pemerintah Indonesia mulai meperkenalkan kebijakan New Normal atau normal baru atau tatanan kehidupan baru. Kebijakan ini memperbolehkan untuk membuka tempat publik seperti sekolah, perkantoran, pelabuhan, bandara, tempat ibadah dan lain-lain dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Padahal sejatinya kebijakan new normal memiliki beberapa kriteria yang telah ditetapkan oleh WHO sebelum bisa untuk diterapkan, yaitu :
Negara yang akan menerapkan konsep new normalharus memiliki bukti bahwa penularan Covid-19 diwilayahnya telah bisa dikendalikan
Sistem kesehatan yang ada sudah mampu melakukan identifikasi, isolasi, pengujian, pelacakan kontak, hingga melakukan karantina orang yang terinfeksi. Sistem kesehatan ini mencakup rumah sakit hingga peralatan medis
Risiko wabah virus corona harus ditekan untuk wilayah atau tempat dengan kerentanan yang tinggi. Utamanya adalah di panti wreda, fasilitas kesehatan mental, serta kawasan pemukiman yang padat.
Penetapan langkah-langkah pencegahan di lingkungan kerja. Langkah-langkah pencegahan ini meliputi penerapan jaga jarak fisik, ketersediaan fasilitas cuci tangan, dan penerapan etika pernapasan seperti penggunaan masker.
Risiko terhadap kasus dari pembawa virus yang masuk ke suatu wilayah harus bisa dikendalikan.
Masyarakat harus diberikan kesempatan untuk memberi masukan, berpendapat dan dilibatkan dalam proses masa transisi menuju new normal.
Rencana pemerintah untuk menerapkan new normal disambut hangat oleh masyarakat di berbagai daerah terutama yg berharap dapat bekerja seperti sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang sempat mengalami penurunan selama masa PSBB diberlakukan. Pasar-pasar mulai ramai, mall pun kembali dibuka dengan jumlah pengunjung yang semakin bertambah, begitupun warung-warung mulai banyak dibuka. Lapangan-lapangan mulai ramai dengan orang-orang jogging dan lain sebagainya.
Menjelang penerapan new normal, pada awal Juni, beberapa daerah di Indonesia mulai melakukan pelonggaran aturan pembatasan social. Maka yang terjadi justru adalah Indonesia pada tanggal 10 Juni 2020 mencatat rekor tertinggi penambahan kasus baru dalam 1 hari sebanyak 1.241 kasus. Dan diperkirakan kasus real di lapangan jauh lebih tinggi dari itu.
Pada hari jumat tanggal 19 Juni 2020, Provinsi Sulawesi Selatan tercatat sebagai provinsi tertinggi dengan jumlah kasus baru mencapai 207 kasus dalam 1 hari mengalahkan DKI Jakarta Jawa Timur. Jubir Gugus Tugas Covid-19 Sulawesi Selatan, Syafri Arif menjelaskan mengapa adanya lonjakan kasus di Provinsinya. Hal itu dikarenakan dampak dari upaya penelusuran yang digelar secara masif seperti tracing dan tes yang gencar di berbagai daerah (https://nasional.okezone.com).
Di DKI Jakarta, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, terdapat 79 pedagang di 12 pasar tradisional di Jakarta dinyatakan positif Covid-19. Hal itu diketahui berdasarkan hasil tes swab massal oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Saat ini, kata Riza, 79 pedagang yang dinyatakan positif Covid-19 sudah melakukan isolasi mandiri. Dengan adanya pedagang yang positif Covid-19, 12 pasar traditional ditutup sementara. (https://megapolitan.kompas.com)
Adapun di Semarang, Jawa Tengah, warga nekat menggelar pesta pernikahan dengan melanggar ketentuan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM). Akibatnya, pesta pernikahan tersebut justru berakhir duka setelah satu per satu kerabat sakit hingga meninggal dunia. Berdasarkan keterangan Pemkot Semarang, banyak di antara mereka yang rupanya terkonfirmasi positif covid-19 usai dilakukan tracing. (https://regional.kompas.com)
Di sejumlah daerah di Indonesia, penolakan masyarakat terhadap tenaga medis yang akan melakukan tracing kontak dan rapid tes massal ramai terjadi. Belum lagi sejumlah akun media social mulai menyebarkan berita hoax tentang konspirasi tenaga medis yang sengaja menambah-nambah jumlah kasus covid-19 demi mendapat insentif yang tinggi dari pemerintah.
Padahal sejak adanya kasus covid-19 di Indonesia pada bulan Maret 2020, hingga kini pertengahan akhir bulan Juni 2020 tak ada serupiahkan dana insentif yang telah cair untuk tenaga medis dari pemerintah pusat. Di masyarakat mulai banyak masyarakat yang meragukan diagnose dokter terhadap pasien jika dinyatakan pasien tersebut positif covid-19 apalagi jika sebelumnya pasien tersebut telah diketahui menderita penyakit tahunan seperti diabetes, asma, hipertensi, dll.
Sejak new normal diperkenalkan kepada masyarakat, masyarakat mulai tidak peduli dan santai bahkan sebagian menganggap seolah-olah virus corona tidak pernah ada. Protocol kesehatan mulai banyak yang mengabaikan ditambah aturan yang semakin longgar sehingga yang terjadi adalah keadaan yang bisa kita prediksikan yaitu penambahan kasus baru positif akan terus terjadi. Hal ini tentu akan menambah beban pada sector kesehatan dan tenaga medis yang harus selalu waspada dalam bekerja.
Begitupun yang terjadi di dunia pendidikan, sekolah-sekolah yang sedianya akan dibuka pada awal Juli 2020 kembali ditinjau ulang oleh pemerintah setelah ramainya petisi yang diajukan orang tua yang keberatan jika anak mereka kembali bersekolah di tengah pandemic corona yang terus berlangsung. Akan tetapi pembelajaran Online pun dinilai belum maksimal dengan berbagai kendala di banyak daerah mulai dari ketersediaan jaringan internet sampai ketersediaan kuota pada masing-masing keluarga dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda.
Peluang Hadirnya Peradaban Islam
Pandemi corona telah menyingkap kegagalan sistem Kapitalisme dalam mengatur urusan manusia hingga menyebabkan kerusakan di banyak sendi kehidupan. Virus corona bukan hanya berefek pada terganggunya kesehatan jutaan manusia serta meninggalnya ratusan ribu jiwa akan tetapi menimbulkan efek yang sangat besar di bidang perekonomian dunia saat ini. Hingga IMF menyatakan corona telah mengakibatkan “Great Lockdown”.
Jika dunia international saat ini menggunakan istilah “New Normal” sebagai jalan keluar maka menurut dr. Nazreen Nawaz, direktur divisi Muslimah di kantor Media Hizbut Tahrir di Inggris, menyatakan bahwa yang dibutuhkan dunia saat adalah bukan “New Normal” tapi “New Vision of Life” atau Visi baru kehidupan yaitu kembali menerapkan syariat Islam sebagai pemecah seluruh permasalahan umat saat ini dalam bingkai kekhilafahan Islam sebagaimana yang pernah terjadi selama 1300 tahun.
Bagi para pejuang syariah dan khilafah, sejatinya kondisi saat ini memberikan peluang besar untuk lebih menggencarkan dakwah agar masyarakat semakin memahami pentingnya penerapan Islam kaffah. Untuk memberikan gambaran keunggulan syariat Islam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi rakyat, termasuk dalam situasi krisis, selanjutnya akan dipaparkan peran sains dan ilmuwan dalam pengambilan kebijakan negara.
Islam memberikan porsi bagi para pakar atau yang biasa disebut dengan khubaro’ dalam mengambil kebijakan negara untuk menyelesaikan masalah masyarakat yang rumit dan membutuhkan analisis mendalam.
Tak semua kebijakan negara diselesaikan dengan voting, adakalanya memang harus diselesaikan para pakar yang berkemampuan lebih dibandingkan lainnya, sehingga suara mayoritas tidak lagi diperhatikan.
Islam mengambil pendapat para pakar untuk menyelesaikan hal rumit. Selain itu, penentuan kebijakan dalam Islam juga didasarkan pada tasyri’ yaitu kesesuaian dengan sumber hukum Islam: Alquran, Sunah, Ijmak Sahabat, dan Qiyas.
Pada masa Kekhilafahan Islam pernah terjadi wabah Tha’un (sejenis penyakit kolera) saat dipimpin oleh Umar bin Khaththab. Beliau tidak memberikan keputusan sendiri melainkan meminta pendapat dari para pakar dan orang-orang yang berilmu berkaitan dengan wabah ini.
Amr bin Ash, seseorang yang terkenal cerdik dalam mengatasi masalah-masalah rumit, mulai melakukan analisis terkait wabah ini. Dia menyimpulkan bahwa penyakit ini menular saat orang-orang berkumpul sehingga rekomendasi yang diberikan adalah dengan melakukan karantina kepada masyarakat.
Masing-masing diperintahkan untuk berpisah, ada yang ke gunung, ada yang ke lembah, dan ke tempat-tempat lainnya. Hasilnya hanya berselang beberapa hari, jumlah orang yang terkena wabah ini mulai sedikit dan wabah pun lenyap.
Umar bin Khaththab selaku Khalifah, pemimpin negara kala itu, taat dengan rekomendasi Amr bin Ash sebab Amr bih Ash yang memang memiliki keilmuan yang lebih dibandingkan dengan lainnya.
Fokus ilmuwan dan sains digunakan untuk menyelesaikan masalah masyarakat, bukan sekadar memenuhi target keuntungan dunia industri semata.
Pada abad 9/10 M, Abu Bakr Ahmed ibn ‘Ali ibn Qays al-Wahsyiyah (sekitar tahun 904 M) menulis Kitab al-falaha al-nabatiya. Kitab ini mengandung 8 juz yang kelak merevolusi pertanian di dunia, antara lain tentang teknik mencari sumber air, menggalinya, menaikkannya ke atas hingga meningkatkan kualitasnya.
Di Barat, teknik ibn al-Wahsyiyah ini disebut “Nabatean Agriculture”. Para insinyur Muslim merintis berbagai teknologi terkait dengan air, baik untuk menaikkannya ke sistem irigasi, atau menggunakannya untuk menjalankan mesin giling.
Dengan mesin ini, setiap penggilingan di Baghdad abad X sudah mampu menghasilkan 10 ton gandum setiap hari. Pada 1206 al-Jazari menemukan berbagai variasi mesin air yang bekerja otomatis. Berbagai elemen mesin buatannya ini tetap aktual hingga sekarang, ketika mesin digerakkan dengan uap atau listrik.
Support penuh negara Islam dalam pengembangan sains dan teknologi.
Daulah Islam merupakan negara yang mendukung penuh pengembangan sains dan teknologi. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Islam (Syakhsiyyah Islam) yang menjadikan setiap peserta didik memiliki pola pikir dan pola sikap Islam.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, Khilafah Islam memberikan layanan penuh mulai dari pembiayaan, fasilitas pendidikan, tenaga pendidik, beasiswa, perpustakaan hingga balai penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Semua ini ditopang oleh sistem politik dan sistem ekonomi Islam yang kuat dan independen.
Sumber pendapatan Negara Khilafah
Jika dalam sistem kapitalis saat ini pendapatan Negara paling banyak diperoleh dari sector pajak dan utang yang menimbulkan kekacauan ketika pandemic terjadi karena sector usaha yang tak lagi berproduksi maksimal sehingga pendapatan pajak berkurang dan masih banyak masalah lain yang timbul, maka dalam sistem Islam pendapatan Negara berasal Fai, Kharaj, pengelolaan kepemilikan umum serta Zakat. Hal ini lah yang menjamin stabilnya ekonomi Negara bahkan dalam situasi wabah sekalipun.
Islam adalah agama sempurna dan paripurna. Setiap rincian di dalamnya memang ditujukan untuk memberikan kontribusi terhadap peradaban dunia. Akan tiba masanya sains dan teknologi kembali berjaya di masa Khilafah Islam dan sains diberikan porsi dalam pengambilan kebijakan baik dalam kondisi ada wabah atau tidak. Wallahuu a’lam
“…Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (TQS Ali Imran: 140)