New Normal Bukan Solusi Berakal

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Dinda Al Qarni (Member Pena Muslimah Cilacap

Hampir tiga bulan lamanya sekolah-sekolah dari tingkat paud sampai perguruan tinggi ditutup, semua muridpun diliburkan disebabkan oleh pandemi virus covid19 yang mematikan ini. Mereka sudah mulai terbiasa belajar dirumah dengan bimbingan guru via online sampai melakukan kegiatan ujianpun dirumah aja. Disisi lain sampai saat ini di Indonesia kurva positif covid19 terus meningkat, bahkan jumlah korban meninggalpun masih tetap berjalan.

Namun, sangat disayangkan ditengah melonjaknya jumlah pasien covid19, pemerintah justru menyarankan akan masyarakat berdamai dengan virus ini dan kembali ke new normal. Dan sekolahpun akan dibuka kembali untuk menjalankan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya. Seperti yang diungkapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI telah menyatakan, Tahun Ajaran Baru 2020/2021 akan tetap dilaksanakan pada 13 Juli 2020. Meski Indonesia sedang menghadapi pandemi, Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah (Plt. Dirjen PAUD Dasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hamid Muhammad, menegaskan pihaknya tidak akan memundurkan kalender pendidikan ke bulan Januari.

Salah satu alasannya, dimulainya Tahun Ajaran Baru berbeda dengan tanggal dimulainya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) untuk tatap muka.

“Tanggal 13 Juli adalah tahun pelajaran baru, tetapi bukan berarti kegiatan belajar mengajar tatap muka. Metode belajar akan tergantung perkembangan kondisi daerah masing-masing,” jelas Hamid seperti dikutip dari laman Kemendikbud (28/5).

Sejalan dengan pernyataan tersebut, ternyata di Surabaya ada 127 anak berusia 0-14 tahun yang dinyatakan positif COVID-19. Fakta ini diungkapkan Koordinator Protokol Komunikasi, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya, M Fikser. https://kumparan.com (1/06/2020)

Banyaknya anak yang dinyatakan positif corona, para orangtua gelisah untuk memberikan ijin masuk sekolah lagi. Walaupun pemerintah sudah mengatur sedemikian rupa dalam teknis pembelajaran pasca COVID-19 ini, namun belum tentu anak-anak bisa menjalankan sesuai yang diharapkan.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) terus mengkaji langkah pembukaan sekolah pada 13 Juli 2020. Lebih lanjut, data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 129 anak meninggal dunia dengan status pasien dalam pengawasan (PDP). Yang menyedihkan, 14 anak meninggal dengan status positif Covid-19.

Terdapat 3.400 anak yang dalam perawatan dengan berbagai penyakit. Dari jumlah itu, ada 584 orang terkonfirmasi positif dan 14 orang meninggal dunia.
“Anak-anak tertular itu menunjukan bukti bahwa rumor Covid-19 tidak menyerang anak-anak, tidak benar,” imbuh Retno. https://nasional.okezone.com (27/05/2020)

Begitu banyak anak-anak yang dinyatakan positif corona, seharusnya pemerintah membatalkan new normal dan jangan terburu-buru membuka sekolah dan tempat-tempat umum untuk memutus rantai penyebarannya.

Pemerintah harus benar-benar memastikan Indonesia bersih dari virus covid-19. Pandemi corona masih belum berakhir. Tak hanya orang dewasa, virus corona juga menyerang anak-anak. Jakarta sebagai salah satu wilayah dengan jumlah kasus corona tinggi memiliki banyak kasus anak positif corona. Dilihat dari situs corona.jakarta.go.id, pada Minggu (31/5/2020), hingga hari ini ada 91 balita (0-5 tahun) di Jakarta tercatat positif terinfeksi COVID-19.

Data menunjukkan sebanyak 42 balita perempuan positif COVID-19. Sedangkan balita laki-laki sejumlah 49 orang. Ada pun balita yang menjadi orang dalam pemantauan (ODP) mencapai 682 perempuan dan 681 laki-laki. Sementara pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 159 balita perempuan, serta 210 laki-laki.
Sementara itu, kasus positif corona anak usia 6-19 tahun di Jakarta juga belum tuntas. Tercatat, sebanyak 390 anak, dengan 195 perempuan dan 195 laki-laki positif virus ini. https://www.haibunda.com (31/05/2020)

Sangat mengerikan ternyata jumlah pasien positif corona semakin hari terus bertambah, dan virus ini menyerang siapapun juga. Mengingat korban yang semakin banyak, statment new normal dan berdamai dengan virus ini seharusnya tidak terucap dalam diri penguasa. Seakan penguasa tidak perduli dan main-main dengan nyawa rakyat. Inilah bukti bobroknya sistem kapitalis yang memandang materi adalah segalanya. Sesuatu yang menghalangi mendapatkan sebuah materi akan dibabat habis-habisan bahkan nyawa rakyat tidak dipedulikan.

Masihkah percaya dengan sistem kapitalisme? Sangat berbeda dengan sistem Islam, yang sangat mengutamakan rakyatnya.

Dalam sejarah, wabah penyakit menular sudah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Wabah tersebut adalah kusta yang menular dan mematikan dan belum ada obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut salah satu upaya Rasulullah adalah dengan menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasul memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta tersebut.

Dengan demikian, metode karantina telah diterapkan sejak zaman Rasulullah untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul membangun tembok di sekitar daerah wabah.

Rasulullah juga pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar. Beliau bersabda: “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah tersebut. Sebaliknya jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu” (HR. Al-Bukhari).

Dari hadits tersebut maka negara Khilafah akan menerapkan kebijakan karantina dan isolasi khusus yang jauh dari pemukiman penduduk apabila terjadi wabah penyakit menular. Ketika diisolasi, penderita diperiksa secara detail. Lalu dilakukan langkah-langkah pengobatan dengan pantauan ketat. Selama isolasi, diberikan petugas medis yang mumpuni dan mampu memberikan pengobatan yang tepat kepada penderita. Petugas isolasi diberikan pengamanan khusus agar tidak ikut tertular.

Pemerintah pusat tetap memberikan pasokan bahan makanan kepada masyarakat yang terisolasi.
Begitulah salah-satu penanganan terhadap wabah menular dalam sistem Islam, jadi tunggu apalagi segeralah terapkan sistem Islam maka bumi ini menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur. Wallahu’alam Bishawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *