Negara Kaya tapi Stunting, bagaimana Mengatasinya?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Negara Kaya tapi Stunting, bagaimana Mengatasinya?

 

Sendy Novita, S.Pd

(Praktisi pendidikan dan pemerhati remaja)

Daun kelor atau bahasa latinnya Moringa Oleifera dikenal sebagai obat tradisional untuk mencegah kanker dan menjaga tekanan darah karena kandungan antioksidan dan berbagai nutrisi lainnya. Diantaranya isotiosianat, yang merupakan zat anti peradangan dan senyawa-senyawa lain seperti senyawa fenolik, flavonoid, betakaroten, zeaxanthin, tain dan lutein. Berbagai nutrisi yang ada pada kelor itulah sehingga dianggap mampu memenuhi kebutuhan gizi balita agar terhindar dari masalah stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta ekonomi dan budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan dianggap sebagai penyebab stunting Di Indonesia.

Salah satu indikasi stunting kerap diartikan sebagai gizi buruk. Pengertian stunting sendiri karena permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama, yaitu sejak dalam kandungan hingga 1000 hari pertama kelahiran bayi. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya. Tindakan pencegahan stunting pada anak dengan memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Untuk itu pemerintah berupaya mencegah stunting dengan melakukan beberapa program dengan Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk meningkatkan status gizi anak dan himbauan untuk menanam kelor seperti yang dilakukan di Kabupaten Blora (Blora, lingkarjateng.id 20/3/2023).

Dampak gizi buruk, baik langsung maupun langsung, tentu akan berimbas pada keberlangsungan generasi dan ketahanan negara. Maka perlu untuk mengetahui akar permasalahan yang mendasar sehingga akan ditemukan solusi yang bisa menuntaskan stunting ini.

Jika kita teliti, Indonesia adalah negara kaya dengan sumber yang luar biasa besar. Sumber daya alam, hasil laut, hutan yang melimpah dan tanah sawah yang luas. Faktanya, memang kondisi masyarakat Indonesia mengalami ketimpangan perekonomian. Ekonom dari Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manan membenarkan adanya orang-orang kaya di Indonesia adalah kelompok utama yang menikmati pertumbuhan ekonomi di tanah air. Berdasarkan lembaga keuangan Swiss, Credit Suisse, 1 % orang terkaya di Indonesia menguasai 46 persen kekayaan di tingkat nasional yang menjadi pertanda adanya ketimpangan distribusi kekayaan. Inilah fenomena kondisi masyarakat Indonesia yang hidup di bawah sistem kapitalisme. Meski dibilang Indonesia berdasar pancasila, nyatanya justru ideologi kapitalisme lah yang menjadi ruh kehidupan tata negara. Dan efek buruk kapitalisme sangat besar dampaknya bagi masyarakat.

Dalam sistem kapitalis, harga menjadi pengendali tunggal distribusi barang di tengah masyarakat. Harga adalah penentu bagi kesejahteraan seseorang. Sehingga sulit bagi masyarakat yang termasuk dalam golongan tidak mampu, untuk dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Dan dampak dari kondisi tersebut salah satunya adalah stunting, gizi buruk yang susah untuk diatasi karena berkaitan dengan solusi yang tidak sesuai dengan kondisi.

Untuk itu, masalah gizi buruk tidak bisa selesai dengan penanaman kelor atau program-program yang tidak sesuai dengan akar masalahnya. Perlu peran negara secara keseluruhan untuk mengatasi karena negara berkewajiban untuk menjamin kebutuhan pokok masing-masing individu. Bukan dengan pengukuran kesejahteraan yang dihitung dari rata-rata dalam masyarakat. Kebutuhan pokok meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Inilah prioritas utama yang diperhatikan oleh penguasa. Dalam Islam, pemimpin adalah penanggung jawab urusan dan kemaslahatan rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas hal itu di hadapan Allah SWT. Nabi saw. bersabda :“Seorang iman (pemimpin) pengatur dan pemelihara urusan rakyatnya; dia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya”(HR. al-Bukhari dan Muslim).

Wallahu A’lam Bi Showab.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *