Oleh : M. Azzam Al Fatih (Pemerhati Politik, Gunung Kidul-Yogyakarta)
Indonesia, negeri yang terdiri dari berbagai pulau. Tentunya mempunyai latar belakang yang sangat berbeda misalnya perbedaan budaya, bahasa, ras, suku, dan sebagainya. Hal ini dipastikan akan mempengaruhi persatuan di negeri ini. Karena perbedaan berdampak pada emosi dan pola pikirnya. Maka sangat diperlukan suatu sistem pendidikan yang baik untuk menanamkan pemahaman saling menghargai dan menghormati orang lain.
Pendidikan, merupakan modal awal seseorang mengarungi kehidupan ini. Seorang bayi tentunya butuh belajar, belajar miring, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri kemudian belajar berjalan. Seorang driver, pilot, dokter dan seabrek profesi lainya tentu mereka butuh pendidikan untuk bisa menggeluti profesinya.
Memang benar, Pendidikan hal terpenting dalam kehidupan ini. Orang yang tak berilmu ibarat robot tanpa di operasikan. Akibatnya mangkrak dan mubazir. Sedangkan orang yang berilmu akan berguna minimal bagi dirinya. Disamping itu orang yang berilmu memiliki derajat yang tinggi sebagai mana Allah berfirman dalam surat AL MUJAADILAH Ayat 11.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
” Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”.
Pada pandangan umum di masyarakat, orang yg sarjana pasti di pandang lebih tinggi derajatnya. Tapi pandangan tersebut justru menjatuhkan manusia dalam kehinaan dihadapan Allah SWT. sebab dalam pandangan tersebut justru manusia dikuasai oleh nafsu yang tiada puas yang menjatuhkan dirinya pada jurang kehancuran di dunia dan akhirat.
Sedangkan menurut ayat di atas dimana Allah SWT akan mengangkat derajat manusia tatkala manusia mengamalkan ilmu tersebut bermanfaat bagi manusia agar tidak terbuai oleh nafsu yang tiada puas. Sehingga menjadikan manusia itu menjalani kehidupan ini sesuai fitrohnya yaitu segala perbuatannya terikat dengan hukum Syara’.
Namun apa yang terjadi di negeri, sistem pendidikan yang dijalankan justru mengantarkan pada nafsu. Orang menuntut ilmu terbebani oleh biaya, sejak dari TK sampai perguruan tinggi. Al hasil, setelah dinilai cukup menuntut ilmu maka yang terfikir dalam benaknya bagaimana mengembalikan biaya yang telah ia keluarkan. Sudah dipastikan kelak ketika lulus yg terfikir dalam benaknya bagaimana ia mendapatkan pekerjaan. Setelah bekerja berfikir bagaimana mengumpulkan harta dan memburu karier yang lebih tinggi, terus menerus berfikir memburu dunia. Ini pertanda bahwa ia telah dikuasai hawa nafsu. Yang menjadikan ia ubuddun ya, cinta dunia dan takut mati. Dan sudah dipastikan ia sudah menjadi korban sistem kapitalisme.
Kurikulumnya pun lebih dominan pada hal hal yang bersifat materi. Pendidikan agama di kesampingkan bahkan ditiadakan dengan alasan kalo urusan ibadah dan sejenisnya itu di masjid bukan di sekolahan, inilah yang di maksud sekulerisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan.
Sistem pendidikan yang salah inilah yang akan menyebabkan rusaknya akhlaq. Anak seusia SLTP bahkan sd sudah kenal hubungan sex bahkan ada yang pernah melakukannya.
Pergualan bebas,
pacaran, dan minum – minuman keras, itu sudah hal biasa terjadi di sekolah – sekolah, bahkan pondok pesantren pun juga terkena wabahnya.
Sekolahan yang berbasis Islam, belum bisa menjamin anak itu terkena wabah rusaknya aqidah dan akhlaq. Masih anget dalam benak suatu kejadian di sekolah yang berbasis Islam setingkat SD. Ada anak melakukan sesuatu perbuatan diluar batas, dua anak ini melakukan sodomi terhadap temannya dan dilakukan di jam masuk sekolah, artinya dilakukan di tempat sekolahan. Hal ini pun dilakukan berulang kali, meski pihak sekolah telah memberi sanksi. Ini menjadi bukti bahwa sekolahan yang berbasis Islam, yang notabennya mata pelajaran agama lebih banyak.
Begitu juga gaji bagi tenaga pendidik. Gaji honor setingkat sekolah dasar hanya bergaji jauh dibawah UMR.
Sejumlah itu tidak sebanding dengan biaya transpor, biaya makan, dan biaya hidup lainya. Dan itu benar benar terjadi di negeri ini, entah mau berkahir sampai kapan.
Ironisnya, setinggi – tinginya menuntut ilmu pada akhirnya hanya menjadi jongos di negeri sendiri. Bahkan yang lebih ngeri lagi, semakin lama menuntut ilmu semakin bodoh. Seperti yang terjadi sekitar 2 bulan, di salah satu kampus ternama di negeri ini, kampus dibawah naungan kementerian agama. Seorang mahasiswa program doktor universitas Islam negeri Yogyakarta sedang membuat disertasi dengan mengambil konsep Milk Al Yamin ( budak)yang di gagas oleh Muhammad Syahrul. Yaitu keabsahan hubungan sex di luar nikah itu halal atau tidak melanggar syariat Islam. Bukankah pemikiran itu hampir sama pemikiran anak – anak. sebab seusia SD,SLTP pun, paham bahwa hubungan sex di luar nikah itu melanggar syariat, perbuatan itu adalah zina. Bukankah semakin lama menuntut ilmu malah semakin bodoh.
Sekali lagi, hal ini terjadi karena sistem pendidikan yang di terapkan adalah sistem yang buruk.
Sebenarnya jika kita mau belajar sejarah secara utuh, kita akan menemukan suatu sistem pendidikan yang sangat bagus yang sampai sekarang pun belum ada yang lebih baik. Sistem pendidikan itu ada di masa kekhilafahan Abbasiyah.
Sejarah mencatat bahwa pada masa kekhilafahan Abbasiyah adalah masa puncak kejayaan dalam bidang pendidikan sekitar tahun 786 – 809 Masehi, yaitu di masa Kholifah Harun AR rosyid. Pada masa itu hidup pula para pujangga,filsuf, ahli baca Al Qur’an, dan para ulama ulama yang cerdas.
Usia anak-anak pun tak mau ketinggalan, mereka bersemangat sekali dalam menuntut ilmu, di karenakan sang Kholifah begitu memperhatikan pendidikan. Di jenjang awal pendidikan dinamakan kutthab. Pembelajaran Tahap awal ini anak -anak sudah dikenalkan bahasa Arab meliputi nahwu dan shorof, menulis, berhitung, baca tulis Al-Qur’an, membaca dan menghafal syair- syair.
Suatu perkembangan pendidikan yang sangat drastis dengan ditandai munculnya lembaga lembaga pendidikan, bahkan sudah berdiri kampus -kampus. kurikulumnnya pun terperinci sedemikian rapi. Padahal mata pelajaranya begitu banyak.
Begitupun gaji bagi pendidiknya, seperti yang diterima
Zujaj pada masa kekhalifahan Abbasiyah senilai 200
Dinar setiap bulan. nilai itu jika di nominal saat ini, jika 1 dinar : 2.200.000 maka jika 200 Dinar maka dalam satu bulan kurang lebih 440.000.000. sedangkan abu duraid digaji 50 dinnar oleh oleh Al muktadir. Keren sekali kan?
Sekilas gambaran pendidikan di era Kholifah Abbasiyah sudah mewakili begitu baiknya sistem pendidikan tersebut. Sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan sistem pendidikan yang dipakai sekarang ini. Begitu juga hasilnya, sangat jauh sekali perbedaannya.
Sekarang, Pilihannya ada pada diri kita, apakah kita mau menggunakan akal sehat atau nafsu yang menipu. Tentunya bagi yang berakal akan memilih dan menentukan sistem yang terbaik dan sudah terbukti hasilnya. Itupun bagi mereka berfikir secara mustanir.
Secara akal sehat pasti memilih sistem pendidikan yang terbaik, dan sistem itu tak lain sistem pendidikan Islam yang lahir dari sistem yang baik pula yaitu sistem daulah khilafah Islamiyyah. Sistem yang pernah ada berabad abad dan pernah berjaya sekaligus ditakuti para kafir namun sebaliknya sistem yang membawa kebaikan dunia dan akhirat, karena sistem tersebut dari sang Kholiq penguasa jagad ini.
Alangkah indahnya jika sistem tersebut terwujud di negeri ini sebagai solusi tuntas permasalahan yang menumpuk dan tak ada ujung penyelesaianya.
Maka dari itu, menjadi kewajiban setiap muslim untuk merealisasikan kembali kebaikan dan kejayaan yang pernah ada. Sebagai wujud abdi kita kepada Al Kholiq.
Berjuanglah…berjuanglah…berjuanglah, sampai Allah memanggil kita atau merasakan kemuliaan atas kembaliannya peradaban Islam yaitu tegaknya daulah khilafah Islamiyyah.
Allahuakbar…!