Nasionalisme Penyebab Bungkamnya Penguasa Terkait Uighur

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Sumiati (Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif)

Dilansir ABC News 24 Desember 2019. Pemerintah negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim, termasuk Malaysia, Pakistan, Arab Saudi dan Indonesia telah menghindari mengangkat masalah ini secara terbuka.
Pakistan bahkan membela Cina, dengan mengatakan media milik negara-negara barat telah menjadikan laporan-laporan soal situasi di Uighur “sensasional”.

Pemerintah Indonesia tetap diam mengenai topik ini, sampai minggu lalu ketika masalah ini diangkat di parlemen. “Tentu saja, kami menolak atau ingin mencegah pelanggaran hak asasi manusia,” kata wakil presiden kepada wartawan, Senin 17 Desember 2019 lalu.
“Namun, kami tidak ingin campur tangan dalam urusan negeri lain,”katanya.

Sikap pemerintah demikian sangat memprihatinkan, hegemoni Cina di Indonesia telah menutup mata penguasa, seolah mati rasa empatinya sebagai sesama muslim. Gelontoran dana untuk pembangunan infrastruktur membungkam mereka, padahal infrastruktur tersebut bukan untuk rakyat Indonesia, karena melihat betapa mahalnya biaya untuk menggunakannya. Apa yang didapatkan penguasa akhirnya menjadikannya diam atas kebengisan Cina terhadap muslim Uighur.

Begitupun propaganda halus terkait dakwah dan pengamalan Islam pun telah menggerus nurani mereka, yakni sekat-sekat nasionalisme. Pemahaman ini menjadikan umat egois, tidak peka dan individualis. Nasionalisme mengajarkan tidak peduli dengan nasib saudara di luar Indonesia. Karena menganggap itu bukan urusan kita. Nasionalisme adalah biang dari sikap bungkam. Bahkan, menurut Syeikh Taqiyyuddin an Nabhani dalam kitabnya dikatakan ; ikatan nasionalisme adalah ikatan hewan, tidak cocok untuk manusia.

Sebagaimana singa, harimau dan lain-lain. Mereka memiliki wilayah yang mereka tandai oleh urinnya, dan memiliki kelompok, mereka akan marah jika kelompoknya diganggu atau wilayahnya dijajah, tetapi mereka akan diam jika melihat diluar wilayahnya terjadi kekacauan, atau akan diam jika kelompok lain terjadi kericuhan. Itulah mengapa ikatan nasionalisme tidak cocok dengan fitrah manusia.

Paham nasionalisme ada, karena keberhasilan dari upaya barat memecah belah daulah khilafah oleh tangan Mustafa Kamal sebagai kaki tangan barat kala itu. Disamping saat lengahnya umat muslim terkait permasalahan dalam negeri, karena fokus membuka wilayah baru di negeri-negeri lain. Lupa bahwa kekeroposan di dalam tidak terkendalikan, akhirnya kehancuran kekhilafahan yang terjadi, dan pengusiran sang khalifah dengan dihinakan.

Bahayanya bagi umat Islam tanpa institusi negara sangat dirasakan hingga hari ini. Umat muslim diberbagai penjuru dunia mengalami penindasan. Namun, karena atas nama nasionalisme akhirnya para penguasa muslim bungkam dan menutup mata atas apa yang terjadi kepada saudara-saudara seiman di luar sana. Seakan hatinya telah mati dengan falsafah nasionalisme yang hina.

Bagaimana dengan sistem Islam?
Allah Swt berfirman :

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. “ (Q.S

AlHujurat : 10)

Kemudian ditegaskan lagi dalam hadis
Rasulullah Saw, beliau bersabda :

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).

Itulah Islam begitu menenteramkan aturannya. Hari ini begitu sulit mengamalkan ayat dan hadis di atas, tetapi jika kekhilafahan yang kedua tegak, tentu mudah mengamalkannya karena negaralah yang mengembannya. Untuk itu saatnya umat kembali kepada Islam kafah, yang mampu menjaga hak-hak umat.

Wallaahu a’lam bishshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *