Musibah Datang Silih Berganti, Muhasabah dan Dakwah Jangan Berhenti

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Musibah Datang Silih Berganti, Muhasabah dan Dakwah Jangan Berhenti

Oleh Liyuh Visin

 

Akhir-akhir ini musibah beruntun terjadi di bumi pertiwi ini. Mulai dari banjir, tanah longsor, gempa hingga erupsi gunung.

Pada tanggal 21 november lalu, gempa dengan kekuatan 5,6 skala Richter melanda wilayah Cianjur. Sebanyak 600 orang dilaporkan meninggal dunia (detik.com 12/12/2022). Ribuan orang terluka. Rumah dan bangunan fasilitas publik hancur. Puluhan ribu jiwa terpaksa harus mengungsi di tenda-tenda pengungsian. Semua bergotong royong untuk membantu. Mulai dari penyedian bahan makanan,obat-obatan,keperluan bayi,dan pendirian tenda-tenda darurat untuk tempat pengungsian sementara. Tak hanya pihak pemerintah,banyak relawan pun yang ikut andil dalam membantu proses evakuasi para korban yang tertimbun reruntuhan bahkan tanah longsor yang imbas dari terjadinya gempa.

Dalam sebuah tayangan di kanal youtube kajian shubuh pada tanggal 9 Desember 2022 , Fahrudin MT seorang ahli geologi menyebutkan bahwa Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia,lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik.

Semua kejadian ini bukanlah sekedar bencana alam biasa tanpa makna dan arti karena tidak mungkin Allah –subhanahu wa ta’ala menciptakan sesuatu yang sia-sia. Musibah-musibah ini menjadikan kita introspeksi bahwa kita adalah lemah dalam kekuasaan Allah.

Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia tidak bisa menandingi ke-Maha Tahu an Allah. Sebab dengan adanya gempa cianjur ini para peneliti menjadi tahu bahwa di Cianjur ini ditemukan sesar baru yang sebelumnya tidak terdeteksi yaitu sesar cugenang.

Sebagai seorang muslim musibah ini harus kita yakini bahwa ini adalah qodho (ketetapan) Allah sehingga sikap seorang muslim Ketika ditimpa musibah adalah bersabar. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS.At-Taghabun ayat 11

“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Selain sabar, seorang muslim jika terkena musibah Allah perintahkan untuk kembali pada jalan yang Allah Ridhoi, karena kerusakan ini terjadi karena adanya kemaksiatan, dosa-dosa. Firman Allah dalam QS. Ar-Rum Ayat 41

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ketika syariat-syariat Allah SWT telah banyak ditinggalkan, maksiat merajalela, maka tugas umat muslim adalah untuk sama-sama bermuhasabah dan berdakwah. Mengajak seluruh umat muslim untuk bisa selalu berjalan dimuka bumi ini dengan tuntutan Al-qur’an dan As-sunah. Tidak hanya berpasrah dengan keadaan. Menganggap segala yang terjadi karena fitnah akhir jaman, tanpa ada upaya perbaikan.

Ketetapan Allah SWT memang tak akan mampu dibendung oleh manusia. Namun, untuk meminimalisir korban gempa, hal ini bisa diupayakan. Cianjur sendiri sebetulnya jika dilihat dari pusat terjadinya gempa adalah daerah pegunungan atau perbukitan yang seharusnya tidak dijadikan pemukiman. Ini membuktikan bahwa pemerintah sebagai pengurus rakyat masih sangat lemah dalam menata kawasan. Padahal dalam Islam pemerintah atau pemangku kekuasaan adalah pelayan masyarakat yang menjamin semua hak-haknya termasuk dalam pemenuhan tempat tinggal yang layak dan aman.

Namun hal ini tidak akan terlaksana jika Pemerintah tidak menjadikan Islam sebagai landasan dalam bernegara. Penguasa yang menjadikan Islam sebagai landasan dalam bernegara, akan takut dengan hisab Allah di yaumil akhir kelak jika lalai dengan tugasya. Terlebih bila sampai menimbulkan korban jiwa yang jumlahnya tidak sedikit.

Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah SAW bersabda , “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Untuk itu, musibah yang datang silih berganti janganlah hanya dipandang sebagai fenomena alam belaka. Tanpa mengaitkannya dengan kekuasaan Allah SWT. Baik masyarakat, maupun penguasa, Sudah sepantasnya bermuhasabah Ketika datangnya musibah. Kehidupan umat Islam saat ini telah jauh dari aturan Allah SWT Maha Pencipta. Maka sudah saatnya, umat Kembali pada Allah. Menjalankan Islam secara kaffah dalam kehidupan.

 

Wallahu’alam bishawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *