Muhasabah Ditengah Wabah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Ima Khusi

Sudah hampir enam bulan wabah covid 19 melanda negeri tercinta ini. Simpang siur berita dan kebijakan pemerintah yang amburadul makin membawa pandemi yang melanda tak juga mereda malah makin meningkat.

Rakyat sudah bosan dirumahkan, karyawan pusing kejar setoran, pedagang kehabisan modal, anak sekolahpun sudah jenuh belajar, tidak ada kejelasan sampai kapan terus-terusan mengerjakan tugas tanpa ada bimbingan. Stay at home tetap jadi anjuran.

Akan tetapi paparan dari covid 19 ini masih terus meningkat, dan ditengah grafik korban covid 19 yang terus naik pemerintah justru mau menerapkan “New Normal Life” berencana membuka kembali tempat pariwisata dan pusat perbelanjaan dengan alasan ekonomi.

Belum lagi membuka kembali sekolah di tengah pandemi, meski baru wacana, ini sungguh riskan. Pasti banyak pro dan kontra mengingat kesehatan anak jadi taruhan. Sungguh sebuah kebijakan absurd dari pemerintah dagelan.

Dunia memang sedang sakit dan negeri tercinta inipun ikut sakit keras. Orang yang duduk di tampuk kekuasaan sudah tak lagi peduli pada rakyat di bawah sana. Dampak corona memang sedang dirasa oleh dunia terkhusus Indonesia.

Kebijakan pemerintah yang tidak memberi maslahat pada rakyat, makin membuat hilangnya kepercayaan rakyat terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan, melahirkan ketidak patuhan pada pemerintah.

Pandemi ini sudah membuka mata betapa kebijakan dari sebuah sistem buatan manusia tidak pernah membawa maslahat, justru membawa mudharat.

Serangkaian borok dan kebobrokan dari sistem kapitalis sekuler makin terlihat dan nampak di depan mata. Pandemi ini seakan membuka fakta bagaimana acuhnya sang penguasa akan nasib rakyatnya.

Pandemi ini sejatinya menjadi tirai pemisah antara kondisi satu ke kondisi yang lain. Membuka peradaban baru, membuat yang buruk menjadi baik, memunculkan kebiasaan baru yang bisa jadi baik untuk terus diterapkan.

Sebagai seorang muslim, pandemi ini seharusnya menjadikan titik tolak perubahan, menjadi pengingat bahwa sudah saatnya kembali pada syariat. Buang segala bentuk maksiat, kembali bertaubat dan jalankan syariat dengan taat.

Kita tidak pernah tahu kapan wabah ini diangkat, kita hanya bisa berharap pada pemilik jagat kembali menjadi manusia taat dengan menjalankan syariat karena hanya dengan kembali pada syariat kita berharap menjadi manusia selamat.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *