Mudik Membawa Petaka

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Mudik Membawa Petaka

Oleh: Nelliya Azzahra

 (Member Corak Karya dan Novelis)

 

Menyambut hari raya, sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia mudik ke kampung halaman menemui keluarga dan merayakan lebaran bersama. Apalagi bagi para perantau. Mudik merupakan momen yang dinanti-nantikan.

Perihal mudik, hal pertama yang harus diperhatikan tentu saja keselamatan. Mau itu lewat jalur darat, air, atau udara. Keselamatan tetap nomor satu. Namun, hari ini tampaknya keselamatan menjadi hal yang tidak terlalu diperhitungkan dan diperhatikan disebabkan sarana infrastruktur yang tersedia tidak layak. Jalan rusak, kemacetan, dan lain sebagainya.

Akibatnya, sering terjadi kecelakaan. Seperti yang dilansir oleh kumparan news.

Polri melaporkan rekapitulasi Operasi Ketupat dalam rangka mengamankan hari raya lebaran Idul Fitri 1444 H.

Selama empat hari Operasi Ketupat sejak Selasa (18/4) hingga Jumat (21/4) tercatat ada 933 kecelakaan lalu lintas.

Juru Bicara Polri dalam Operasi Ketupat 2023 Kombes Erdi Adrimurlan Chaniago menuturkan, pada Jumat (21/4), ada 486 kecelakaan lalu lintas.

“Data kecelakaan lalu lintas hari Jumat 21 April 2023 sebanyak 486 kejadian, dengan rincian 55 orang meninggal dunia, 53 orang luka berat dan 688 orang luka ringan,” kata Erdi. (23/4/2023).

Mudik yang awalnya untuk sila ukhuwah, malah berujung petaka. Dari tahun ke tahun, kejadian ini menjadi sesuatu yang lumrah dan berulang. Hal ini menunjukkan tidak adanya solusi komprehensif terhadap kelayakan jalan. Seharusnya bisa ditangani dengan solusi tuntas agar kejadian serupa tidak lagi berulang. Negara harus memperhatikan keselamatan setiap warganya dengan baik.

Selain itu, kendala selanjutnya adalah mahalnya harga tiket yang membuat para pemudik harus ekstra menyiapkan dana yang menguras kantong. Bahkan, ada sebagian harus merelakan kesempatan mudik bertemu keluarga dan sanak saudara karena tidak mampu membeli tiket yang harganya melambung dan tidak terjangkau.

Kalau dilihat, problem ini menjadi catatan yang tak kunjung usai. Mari tengok bagaimana Islam bertanggung jawab atas setiap nyawa dan keselamatan warganya.

Dalam Islam, rakyat menjadi prioritas utama sehingga pemimpinnya benar-benar mengurusi rakyat dengan baik. Di dalam Islam, jalan baik darat, laut maupun udara, air bersih hingga listrik merupakan fasilitas umum yang disediakan oleh negara. Negara wajib menyediakan layananan tersebut dengan membangunnya secara mandiri dan rakyat menggunakannya secara gratis. Tidak seperti hari ini, di mana jika masyarakat ingin lewat jalan tol bebas hambatan maka harus membayar. Padahal sudah seharusnya negara menyediakan jalanan yang layak.

Dengan pandangan bahwa rakyat adalah amanah, maka pemimpin dalam Islam akan benar-benar mengurusi rakyatnya dengan baik, selain juga menyadari bahwa amanah kepimpinan tersebut akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Maka di dalam Islam penyediaan fasilitas umum bagi rakyat tidak akan diserahkan kepada swasta untuk mencari keuntungan, melainkan negara akan menyediakannya secara mandiri.

Selain itu, penjagaan nyawa dan keselamatan dalam Islam tidak main-main.

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Dengan konsep Islam. Keamanan, keselamatan, serta kenyamanan para pemudik bisa diwujudkan.

 

Wallahu a’lam bishshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *