Oleh : F.Dasti (Aktivis Dakwah)
Islam adalah agama yang syamil (meliputi segala sesuatu) dan kamil (sempurna). Sebagai agama yang syamil, Islam menjelaskan semua hal dan mengatur segala perkara. Mulai dari akidah, ibadah, akhlak, makanan, pakaian, mumamalah, ‘uqubat (sanksi hukum), dan sebagainya. Tak ada satu perkara pun yang tidak ada dalam pengaturan Islam. Sebagaimana Allah SWT telah menegaskan di dalam al-Quran:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ
Kami telah menurunkan kepada kamu al-Quran sebagai penjelas segala sesuatu (TQS an-Nahl [16]: 89).
Islam sekaligus merupakan agama yang kamil (sempurna), yang tidak sedikit pun memiliki kekurangan. Hal ini Allah SWT tegaskan dalam firman-Nya:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian (Islam), telah melengkapi atas kalian nikmat-Ku dan telah meridhai Islam sebagai agama bagi kalian (TQS al-Maidah [5]: 3).
Allah telah menggambarkan betapa sempurnanya Islam. Aturannya mampu menjadi solusi atas setiap permasalahan manusia. Sebagai seorang muslim yang meyakini kebenaran Allah sebagai pencipta dan pengatur kehidupan, sudah sepatutnya kita meyakini juga kesempurnaan dan kebenaran seluruh syariat Islam. Sungguh disayangkan, ketika ada seorang muslim yang merasa bahwa agama islam mengandung kekurangan. Apalagi jika di anggap memiliki potensi memiliki kesalahan. Dimana penilaian ini berdasarkan pandangan atau akal manusia semata.
Baru-baru ini Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas berbicara mengenai moderasi beragama dan mengambil contoh masih adanya hukum Islam atau fikih yang tidak menyesuaikan perkembangan zaman saat ini. Yaqut mengatakan semestinya fikih menyesuaikan zaman. Bahkan dalam acara Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Yaqut mengutip sebuah ayat dalam Injil Matius. Yaqut menerangkan, isi ayat ini bersifat universal. Ia mengatakan pentingnya beragama dan tidak didasarkan keimanan buta (news.detik.com)
Tentu pernyataan di atas seolah menjadi penegas bahwa moderasi islam harus dilakukan. Namun benarkah demikian ?
Upaya moderasi islam justru berpotensi melemahkan ajaran Islam dan melepaskan keterikatan kaum Muslim pada agamanya. Moderasi ajaran Islam berarti mengambil jalan tengah. Dalam perkara akidah, moderasi ajaran Islam berarti menyamakan akidah Islam dengan agama-agama dan kepercayaan umat lain. Dalam Islam moderat tidak kebenaran menjadi sesuatu yang relatif. Sehingga tidak ada kebenaran mutlak.
Kondisi ini tidak bisa dipisahkan dari realitas dunia. Dimana tengah terjadi pertarungan antara ideologi islam dan ideologi kapitalisme. Musuh-musuh islam mulai merancang pendekatan yang sangat halus dalam pertarungan ideologi antara Islam dan Kapitalisme. Cheryl Benard (peneliti RAND Corporation) menyebutkan bahwa dunia Islam harus dilibatkan dalam pertarungan tersebut dengan menggunakan nilai-nilai (Islam) yang dimilikinya. Mereka harus menyiapkan mitra, sarana dan strategi demi memenangkan pertarungan. (Civil democratic Islam, partners, resources, and strategies / Cheryl Benard. Copyright 2003 RAND Corporation).
Sebagai salah satu negeri yang memiliki penduduk muslim yang besar. Menjadi wajar jika negeri ini bisa menjadi poros Islam moderat. Sehingga ide Islam moderat harus terus dipropagandakan. Tujuannya tidak lain adalah meragu-ragukan dan menjauhkan umat Islam dari pemahaman Islam, agar nilai-nilai dan praktek Islam khususnya yang berhubungan dengan politik Islam dan berbagai hukum-hukum Islam lainnya dapat dieliminasi dari kaum muslim dan diganti dengan pemikiran dan budaya barat.
Menilik bahaya dari munculnya moderasi di dalam islam, sebagai seorang muslim harusnya kita justru bangga dengan islam dan setiap syariat’nya. Kebanggaan itu harusnya terwujud dengan mencintai seluruh ajaran Islam dan berupaya menerapkannya. Karena ini adalah konsekuensi keimanan seorang Muslim.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Katakanlah, “Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS Ali Imran [3]: 31).
Wallahu A’lam Bishawab