Menelusuri Jejak Islam di Indonesia melalui Film Jejak Khilafah di Nusantara

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Dwi Putri Ayu R.A.L S.S
(Praktisi Pendidikan Kendari)

Islam merupakan salah satu agama besar di dunia. Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar yang menjadikan Islam disebut sebagai agama mayoritas di negeri ini. Namun, tidak banyak yang membahas secara detai dan mendalam bagaimana Islam bisa sampai ke negeri ini.
Pada hari Kamis, 20 Agustus 2020, bertepatan dengan Tahun Baru Hijriyah 1442 H, sebuah film berjudul Jejak Khilafah di Nusantara diluncurkan. Film tersebut membahas bagaimana proses masuknya Islam ke Nusantara dengan penjelasan yang detail dan menarik karena untuk pertama kalinya ada film dokumenter yang membahas sejarah masuknya Islam di Indonesia. Film berdurasi 58 menit ini menggambarkan bagaimana Islam masuk ke Indonesia melalui dakwah yang dilakukan tidak hanya oleh pedagang namun lebih dari itu, proses masuknya Islam ke Indonesia dan Nusantara tidak lepas dari peran Kekhilafahan Islam dengan Khilafah yang merupakan negara adidaya saat itu.
Script-writer film dokumenter Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) Septian AW menyatakan sebelum JKDN, selama ini belum pernah ada yang menggambarkan secara detail bagaimana hubungan Kekhilafahan Islam yang pernah menjadi adidaya dunia dengan umat Islam di Nusantara yang nantinya menjadi bagian dari perlawanan penjajahan di Nusantara.

“Saya ingin menghadirkan riwayat Khilafah ini di tengah-tengah masyarakat, melalui film dokumenter hubungan Khilafah dengan Nusantara (JKDN),” ujarnya dalam ulasannya sesaat sebelum JKDN ditayangkan langsung secara daring, Kamis (20/8/2020).
Film ini juga hadir untuk menjawab tantangan bahwa dewasa ini Khilafah kembali diperbincangkan di Indonesia maupun dunia, semua isi dalam film ini bisa dipertanggungjawabkan secara akademis (dikutip dari https://news.visimuslim.org/2020/08/film-dokumenter-jkdn-ungkap-detail.html?m=1)

Khilafah memiliki peran yang penting dalam menjembatani masuknya agama Islam ke Nusantara. Cukup banyak catatan sejarah yang menuliskan jasa Khilafah dalam mendakwahkan dan menjaga Islam di Nusantara.

Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.

Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina. Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).

Tidak hanya mendakwahkan Islam di Nusantara, Khilafah juga mengirimkan tentara untuk membantu berbagai kesultanan di Nusantara untuk menghadapi serangan penjajah, misalnya yang terjadi di Aceh. Ketika Khilafah sudah berada di bawah kepemimpinan Bani Ustmaniyah di Turki, Sultan Aceh yang ketiga, Alauddin Riayah Syah al-Qahhar (1537-1571) mengirim surat kepada Khalifah Sulaiman al-Qanuni di Istanbul pada tahun 1566. Dalam surat itu, ia menyatakan baiat kepada Khilafah Ustmaniyah dan memohon agar dikirimkan bantuan militer ke Aceh untuk melawan Portugis yang bermarkas di Malaka (Topkapì Sarayì Müsezi Arşivi, E-8009).

Oleh karena itu, jelaslah bahwa Khilafah memainkan peran besar dalam masuknya Islam di Nusantara. Meski Khilafah telah runtuh sejak tahun 1924 silam, namun opini tentang Khilafah terus berkembang dan menjadi isu yang hangat di tengah-tengah umat Islam di negeri ini. Perjuangan untuk mengembalikan Khilafah pun terus menerus bergulir, tidak saja di Nusantara tetapi juga di seluruh dunia.

Seruan untuk mengembalikan kepemimpinan global bagi Islam dan kaum Muslimin terus menggema di tengah begitu kompleksnya permasalahan negeri. Ketika Kapitalisme-Sekular dengan sistem politik Demokrasinya semakin lama semakin tampak kebobrokannya dan perlahan tapi pasti sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kehancurannya, maka tidak ada pilihan lain bagi umat Islam selain kembali kepada jati dirinya, yakni ummatan wahidatan, yakni umat yang satu di bawah kepemimpinan Khalifah dengan Khilafah Islamiyah sebagai institusinya.
Wallahu ‘alam bi ash shawwaab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

One thought on “Menelusuri Jejak Islam di Indonesia melalui Film Jejak Khilafah di Nusantara

Tinggalkan Balasan ke Indi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *