Mencermati Sinyal Kebangkitan Islam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Isna Yuli, S.Pd

 

Memasuki era keterbukaan saat ini, hampir semua aktifitas dari seseorang mudah diakses dan diketahui melalui media sosial yang dimilikinya. Saat ini, masyarakat masih bisa mendapatkan ruang pribadi melalui pesan singkat dari beberapa aplikasi. Namun akhir-akhir ini publik ramai memperbincangkan aksi eksodus pengguna dari aplikasi pesan singkat WhatsApp ke apliaksi lain yang dirasa lebih bisa menjaga ruang privasi pengguna. Hal ini terkait kebijakan baru dari pemilik untuk mendapatkan akses data pribadi dari aplikasi tersebut.

Pasalnya ada notifikasi pembaruan persyaratan layanan dan kebijakan privasi baru dari WhatsApp yang mulai diterima para pengguna. Poin yang disoroti pengguna WhatsApp adalah pembagian data ke perusahaan induknya, yaitu Facebook.

Sontak hal ini membawa gelombang besar ketidak nyamanan pelanggan terhadap aplikasi dengan logo berwarna hijau tersebut. Hengkangnya pengguna setia WhatsApp ke aplikasi lain seperti Telegram dan Signal menjadikan WhatsApp mengurungkan niat atau paling tidak menunda kebijakan barunya tersebut. Tidak hanya itu, WhatsApp juga menyapa pelanggannya satu persatu guna menjelaskan penundaan kebijakan barunya di kolom statusnya beberapa waktu lalu.

Aksi eksodus pengguna WhatsApp ini masih terkategori ringan, pasalnya masih banyak masyarakat yang enggan beranjak dari platform pesan singkat tersebut. Meski tidak sampai aksi boikot, namun langkah kecil ini  ternyata telah mampu menggoyang korporasi global hingga menunda pemberlakuan kebijakan baru. Nyatanya bukan kali ini saja masyarakat melakukan aksi boikot terhadap satu produk, beberapa waktu yang lalu ketika Islam dilecehkan di Negara Perancis, terbukti bahwa aksi boikot produk-produk perancis oleh kaum muslim terutama mampu memukul perekonomian perancis khususnya dan perekonomian global umumnya.

Dari potensi besar yang dimiliki umat Islam saat ini, harusnya kita juga mampu untuk menghentikan hegemoni kapitalis global. Bayangkan jika minimal seluruh kaum muslim di negeri ini mau berpindah platform secara serempak, maka dalam sekejap kerugian besar mampu menggoyang dominasi platform yang ada. Jika, dan hanya jika seluruh kaum muslim paham akan keberadaannya serta kekuatan besar yang dimilikinya, pasti kaum muslim atau negara dengan mayoritas muslim seperti Indonesia mampu lepas dari jerat kapitalis.

Di Indonesia saja yang jumlah kaum muslimnya mencapai 80 persen labih, jika dikonfersi menjadi people power maka ini akan menjadi kekuatan besar yang cukup untuk menghentikan hegemoni korporat besar. Apalagi jika seluruh kaum muslim diseluruh dunia berada dalam satu kepemimpinan Islam, maka sekedar meruntuhkan ekonomi kapitalis saja itu sangat mudah.

Besarnya jumlah kaum muslim selalu dijadikan sasaran para kapitalis sebagai target market yang empuk, jika fakta ini dibalik, kaum muslim yang berhenti atau beralih pada barang atau jasa dari sesama kaum muslim, berani, tegas dan percaya diri akan potensi besarnya, maka keruntuhan ekonomi kapitalis bisa dipastikan segera terjadi.

Sayangnya hingga saat ini kaum muslim belumlah memiliki satu pemahaman yang mampu menyatukan pemikiran sehingga bisa bergerak kompak dalam satu kepemimpinan. Ya, karena dominasi pemikiran kapitalis masih mendominasi sebagian besar jiwa kaum muslim.

Keruntuhan ekonomi kapitalis sendiri tidak akan berdampak baik bagi kaum muslim jika tidak dibarengi dengan kesadaran pemikiran ideologis bagi kaum muslim. Terlebih apabila kaum muslim mau bersatu dalam satu kepemimpinan ideologis, hal ini sangat mudah untuk menyatukan gerak dan pemikiran seluruh muslim. Kekuatan besar inilah yang sebenarnya ditakuti dan terus berusaha diredam oleh barat kapitalis. Mereka berusaha sangat keras bagaimana caranya agar kaum muslim tidak bersatu.

Maka dari itu kaum muslim harus sadar dan menyadari betapa besar potensi yang dimilikinya saat ini. Akan lebih baik jika kaum muslim mampu bangkit dari keterpurukan dari bayang-bayang kapitalis dan eksodus menuju masyarakat yang islami. Menuju masyarakat Islam yang mau diatur dengan satu kepemimpinan dan aturan Islam semata. Untuk itu dibutuhkan dakwah pemikiran yang mengajak kaum muslim berfikir tentang Islam dan kepemimpinan ideologis Islam.

Wallahua’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *