Oleh: Triana D.P, S.Pd (Pemerhati masalah remaja, pengasuh TPQ Al Mukminun Surabaya)
Virus Corona masih menghantui dunia. Percepatan sebaran virus ini membuat banyak korban berjatuhan. Menurut data Worldometers, per 17 Maret 2020, jumlah kasus Covid-19 tercatat 182.457 kasus dengan total kematian 7.158 kasus (CNN Indonesia). Berbagai upaya dilakukan demi menekan laju sebaran Corona.
Beberapa negara mengambil lockdown sebagai upaya memutus rantai sebaran virus covid-19. Baru baru ini, Malaysia memutuskan lockdown karena jumlah pasien Corona mengalami peningkatan. Bahkan Malaysia tercatat sebagai negara dengan pasien terinfeksi virus Corona tertinggi di Asia Tenggara. Sebelumnya sudah ada Italia yang juga menerapkan lock down.
Pemerintah Indonesia masih belum mengambil lockdown sebagai salah satu solusi. Hal ini dikarenakan lockdown dianggap masih belum perlu. Meskipun korban virus Corona bertambah setiap harinya, namun pemerintah tak bergeming menginstruksikan lockdown. Bahkan pusat secara jelas melarang pemerintah daerah melakukan lockdown sebagai antisipasi sebaran Corona.
Tindakan pemerintah yang tidak segera lockdown dianggap sebagai sebuah kelalaian. Betapa tidak, jumlah orang terinfeksi Corona mengalami lonjakan drastis. Hingga hari ini tercatat 200 an orang positif terinfeksi covid-19. Hal ini jelas memicu keresahan masyarakat.
Lockdown, sosial distanting bisa menjadi solusi dalam mengatasi sebaran virus Corona. Ditengah serangan virus Corona, sudah seharusnya pemerintah melakukan antisipasi agar tidak menambah jumlah korban. Gerakan 14 hari di rumah saja, akan bisa menekan laju sebaran virus yang berasal dari Wuhan,China tersebut. Bekerja dan belajar dari rumah menjadi alternatif pilihan yang bisa dilakukan.
Namun, upaya 14 hari dan bekerja serta belajar dari rumah tidak akan efektif jika pemerintah tidak memberlakukan lockdown. Kebolehan memasukkan wisatawan asing ke Indonesia menjadi penyebab tidak efektifnya program tersebut. Sudah menjadi rahasia umum, ditengah keganasan serangan Corona, pemerintah masih membuka arus wisatawan asing sekalipun berasal dari negeri pembawa virus. Jika sudah begini, rakyat patut bertanya, dimana kesungguhan pemerintah dalam melindungi rakyatnya?
Kasus corona yang menjadi pandemik dunia memang harus disikapi secara bijaksana. Mengedepankan kewaspadaan patut dilakukan. Selain itu tidak over panic juga akan bisa membantu penyikapan yang tidak berlebihan. Ketegasan pemimpin dalam mengambil kebijakan lebih dibutuhkan.
Gambaran seorang pemimpin yang tidak diragukan lagi kapabilitasnya terlihat dari bagaimana tanggap tidaknya menyikapi persoalan. Kita bisa melihat bagaimana ketegasan Umar bin Khatab ketika terjadi wabah di wilayah yang dipimpinnya. Langkah yang diambil saat itu adalah melarang memasuki daerah yang terkena wabah. Selain itu mengisolasi penduduk di wilayah terdampak wabah juga dilakukan.
Umar bin Khattab mengambil upaya penyelesaian wabah dengan mendirikan pusat pengobatan diluar wilayah wabah. Seluruh orang yang terinfeksi diharuskan berobat ditempat yang telah disediakan. Tak ada penolakan dari warganya. Mereka melaksanakan dengan penuh ketundukan. Dalam waktu sebulan wabah berhasil dituntaskan.
Kasus yang terjadi di era kekhilafahan Umar bin Khattab menjadi tamparan keras bagi pemerintah saat ini. Keberhasilan memerangi wabah bukan hanya kebijakan negara yang tegas saja. Lebih dari itu, adanya peran umat yang mempunyai kesamaan pemikiran, standarisasi dan keyakinan yang sama dengan negara akan memudahkan masyarakat tunduk terhadap aturan yang diterapkan oleh negara.