Oleh: Sri Ratna Puri
Gugus tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mengungkapkan bahwa produktif di tengah masa pandemi virus corona (COVID-19) atau masa normal baru, semakin berisiko di sejumlah daerah (VIVAnews)
Paparan ini diperkuat dengan penambahan jumlah kasus positif Covid-19, rata-rata di atas 1000 perhari, bahkan pernah di atas angka 2000 kasus. Walau pemerintah sudah menganggarkan Rp 87,55 triliun, serasa tak menjadi solusi untuk menangani pendemi ini.
Dari itu, banyak pihak yang meminta agar pemerintah mencari opsi lain, supaya penularan dapat segera dihentikan. Memang memutus mata rantai penyebaran Covid-19, tidak mudah. Apalagi, tercium adanya ulah para oknum yang mengambil keuntungan di tengah kesempitan.
Tanpa didukung kebijakan yang tepat, pelonggaran PSBB, misalnya. Maka bisa dipastikan, pemutusan penularan akan semakin berat. Terlebih, dana kucuran pemerintah, hanya fokus pada penanganan semata.
Bila halnya seperti Australia, yang tak mau berlama-lama dengan korona. Memberlakukan lockdown, dengan tegas. Bila ditambah dengan jaminan negara dari aspek pemenuhan segala kebutuhan masyarakatnya, langkah tersebut sesuai denan yang dicontohkan oleh Rasulnya umat Islam dan khalifah Umar ra. Pengalokasikan dana yang matang, sebagai bekal masyarakat bertahan. Kalau sekarang? Wallahu’alam.