Oleh: Ummu Azka
Jambi gempar pasca ditangkapnya 37 pasangan muda mudi usia SMP di sejumlah hotel di Jambi. Penangkapan tersebut dilakukan saat tim gabungan TNI/Polri beserta ormas melakukan razia pada malam rabu, 6/8/20. Razia tersebut merupakan penelusuran dari laporan masyarakat sekitar terhadap aktivitas muda mudi di bawah umur yang belakangan ini sering terlihat bersama sama di sekitar hotel.
Seperti dilansir situs kompas.com, penangkapan tersebut berhasil menciduk muda mudi usia 15 tahun ke bawah. Bahkan di sebuah kamar hotel, polisi mendapati satu orang pelajar wanita sedang bersama dengan enam pelajar lelaki. Bersama dengan penangkapan itu, polisi menyita barang bukti sejumlah kontrasepsi dan paket obat kuat. Motif pelaku berkumpul di hotel adalah merayakan pesta ulang tahun salah seorang dari mereka. Celakanya, mereka merencanakan pesta seks bersama dengan perayaan ulang tahun tersebut.
Camat daerah Jambi, Muspida mengakui pihaknya amat sedih mendapati kejadian tersebut. Kasus ini pula tercatat sebagai kasus luar biasa yang belum pernah terjadi di daerahnya. Panggilan terhadap orang tua dan pihak hotel akan segera dilakukan, untuk memberikan penyuluhan serta peringatan keras agar kejadian serupa tak terulang lagi.
Tertangkapnya puluhan pasang remaja usia SMP yang berencana melakukan tindak asusila tersebut merupakan cambukan bagi kita semua bahwa kondisi generasi muda sedang tidak baik-baik saja. Menerima gempuran budaya barat yang bertubi tubi, mereka terancam dalam bahaya. Serbuan film, fun , dan fashion yang menyebar secepat kilat ke dalam semua sendi kehidupan remaja,telah menjadikan remaja menjadi generasi out of control. Beredarnya film televisi mengenai propaganda zina pada anak usia sekolah hanyalah salah satu contohnya . Di tengah kecaman berbagai pihak terhadap penayangan film tersebut, tertangkapnya puluhan pasang remaja mesum ini seolah menegasikan bahwa agenda liberalisasi melalui film ini telah membuahkan hasil. Moral generasi terkikis, nilai agama semakin menipis. Sementara perilaku yang muncul tak ubahnya seperti iblis. Semua yang terlarang pun dilakukan. Sebaliknya, banyak perintah untuk taat dilanggar dengan alasan tak kuat.
Agenda liberalisasi terhadap generasi harus segera diatasi. Dengan jelas Islam mengatur bagaimana interaksi pergaulan muda mudi dalam kehidupan. Pergaulan antara keduanya diatur sedemikan rupa sehingga tercipta mashlahat dalam kehidupan. Cara berpakaian, berhias, hingga bagaimana bersikap di depan lawan jenis menjadi aturan khas yang terbukti mampu mewujudkan generasi yang terjaga izzah dan iffahnya.
Pernikahan adalah sebuah instrumen syara lain yang dirancang agar ta’awun (tolong menolong) serta interaksi antar lawan jenis menjadi halal, sehingga terwujud tujuan penciptaan pria dan wanita berupa lestarinya keturunan.
Tata cara pergaulan dan juga aturan pernikahan dalam islam ditanamkan melalui sebuah proses didikan.
Menyiapkan anak usia tamyiz, hingga akhirnya mereka siap untuk memikul beban syariat merupakan sebuah proses berkesinambungan yang butuh banyak dukungan. Kehidupan serba liberal yang kini terjadi tak mungkin mampu menopang terbentuknya generasi yang terbina secara moral dan adab. Oleh karenanya, butuh penerapan sisem alternatif yang mendukung pendidikan generasi agar mampu menemukan jati dirinya sebagai hamba pengampu amanah bumi.
Islam telah membuktikannya sejak lama. Selama lebih dari 13 abad lamanya, sistem islam mampu menjadikan generasi muda terjaga kehormatannya. Menjadi pemuda bervisi cemerlang, serta matang secara pemikiran pada satu sisi, disertai keimanan dan ketaqwaan di sisi yang lain. Pemuda penakluk Konstantunopel, Muhammad Alfatih adalah contoh nyata bahwa pemuda dalam didikan islam yang layak dijadikan tonggak sejarah dunia. Berhasil memenuhi bisyarah Rasulullah dengan menaklukkan Konstantinopel, Alfatih beserta pasukkannya menjadi cerminan kala generasi telah menemukan jati diri.