Membaca Alquran Sebatas Tenggorokan?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Nisva Nilia (Mahasiswi Ideologis Lubuklinggau)

Hiruk pikuk hidup di perkotaan maupun di desa ,tentunya disana kita merasakan keadaan dan kondisi yang berbeda pada tiap-tiap keadaan di tempat tinggal kita tentunya kita menuntut ilmu baik menuntut ilmu di daerah lokal maupun hijrah menuntut ilmu ketempat lain .di dalam era modern saat ini banyak orang berbondong-bondong mencari ilmu dunia dan akhirat.

Menuntut ilmu dalam mengaji maupun mendengar ceramah tentunya bukan hal yang lumrah lagi untuk kita muslim belajar al-qur’an dan lainya biasanya tak jauh-jauh dari membaca dan memahami isinya dan mengamalkanya dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari .dalam kontek memahami dan mengamalkanya isi nya banyak penyimpangan yang terjadi sehingga terjadi hal-hal yang membuat penyimpangan negatif sehingga apa yang dia baca tak bisa mengubah hidup nya jauhnlebih baik lagi.membaca al-qur’an bukan hanya sebatas di baca saja .diturunkan al qur’an untuk petunjuk dan pedoman hidup untuk kita semua agar hidup lebih ter arah di jalan yang di ridhoin ALLAH SWT

Pada zaman Nabi Muhammad, setelah perang Hunain, umat Islam mendapat harta rampasan (ghanimah) yang banyak. Dapat sapi, unta, kemudian dibagi-bagi di Ja’ronah. Namun, baru kali ini Nabi membaginya secara aneh, para sahabat Nabi yang senior tidak mendapat bagian. Hanya para muallaf (orang yang baru masuk Islam) yang mendapatkannya.
Pembagian yang dilakukan Nabi tersebut, meski tidak dipahami sahabat, mereka memilih diam karena semua tahu itu perintah Allah subhanahu wata’ala. Nabi selalu dibimbing wahyu dalam tindakannya.  Namun, tak dinyana, ada orang yang maju ke depan melakukan protes. Sahabat tersebut, perawakannya kurus, jenggot panjang, jidatnya hitam, namanya Dzil Khuwaisir.  “I’dil (berlaku adillah) ya Muhammad, bagi-bagi yang adil Muhammad,” begitu kira-kira protesnya.

“Celakalah kamu. Yang saya lakukan itu diperintahkan Allah,” tegas Nabi Muhammad.
Orang itu kemudian pergi.  Nabi Muhammad mengatakan, nanti dari umatku ada orang seperti itu. Dia bisa membaca Al-Qur’an, tapi tidak tidak paham. Hanya di bibir dan tenggorokan.

“Saya tidak termasuk mereka. Mereka tidak termasuk saya,” ungkap Nabi Muhammad. Tahun 40 H Sayiydina Ali bi Abi Thalib dibunuh bukan oleh orang kafir, melainkan orang Muslim, namanya Abdurrahman bin Muljam At-Tamimi, dari suku Tamimi. Pembunuh itu ahli tahajud, puasa, dan penghafal Al-Qur’an.  Ali dibunuh karena dianggap kafir. Pasalnya Ali dalam menjalankan pemerintahannya tidak dengan hukum Islam, tapi hukum musyawarah. Sang pembunuh menggunakan ayat Waman lam yahkum bi ma anzalallahu fahuwa kafirun sebagai sandaran perbuatannya.  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ
“Akan keluar manusia dari arah timur dan membaca Al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari agama sebagaimana halnya anak panah yang melesat dari busurnya. Mereka tidak akan kembali kepadanya hingga anak panah kembali ke busurnya.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda: “Dari kelompok orang ini (orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim An-Najdi), akan muncul nanti orang-orang yang pandai membaca Al-Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka, bahkan mereka membunuh orang-orang Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati mereka, akan kumusnahkan mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad.”  (HR Muslim 1762)
Kalimat “mereka yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan atau tenggorokan” adalah kalimat majaz . “Tidak melewati kerongkongan” kiasan dari “tidak sampai ke hati”. Artinya membaca Al-Qur’an, tapi tidak menjadikan mereka berakhlakul karimah. Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad)

dari keteladaan rasullah saw yang kita ambil hikmanya bahwasanya membaca kallam ALLAH SWT bukan hanya sebatas saja .Kehebatan al- qur’an tak seorang pun bisa mengubah isinya walaupun hanya satu ayat saja.hanya dalam ke pemerintahan islam yang bisa menerapkan isi AL QUR’AN secara menyeluruh yaitu khilafah .dalam kepemimpinan khilafah tidak hanya sebatas sholat,zakat,anak haji namun seluruh yang berkaitan dengan hajat umat akan di penuhi secara menyeluruh tanpa memandang SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) sesuai tuntunan al-qur -an dan hadist

Wallahu a’lam bishshawabi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *