Mata Rantai Kehidupan Kapitalisme Dalam Menghadapi Pandemic Covid 19

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Lia Rahmawati

Ketika tidak ada satu negara pun didunia ini yang merasa aman dari pandemic Covid 19, berbagai kebijakan negara dalam menghadapi Covid 19 dan berusaha memutuskan penyebaran mata rantai dari virus tersebut. Ada yang berhasil melakukan hal tersebut, dan hanya sedikit korban. Namun ada juga negara dengan jumlah korban yang sangat banyak dengan jumlah tersebut mengerikan . Virus corona ini memang benar-benar mengguncang tatanan dunia .

Berbeda negara, berbeda pula cara penanganannya . Dari perbedaan penanganan tersebut, ada beberapa negara yang melakukan Lockdown , walaupun itu belum sempurna. Ada juga yang melakukan Rapid Test , dan dari penanganannya , ada yang berhasil untuk mengurangi dan mencegah penyebarluasan Covid 19 agar tidak lebih banyak lagi korban yang berjatuhan .

Dari beberapa contoh penanganan wabah Covid 19 di beberapa negara. Menarik kita amati berbagai berubahan penanganan penyebarluasan wabah covid 19 di negeri +62. Hal pertama yang dilakukan adalah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), kedua Sosial Distancing, Physical Distancing, dan Herd Immunity . Dan baru baru ini muncul istilah New Normal. Apapun kebijakan yang dikeluarkan, tidak dapat diterapkan secara sempurna, karena pemerintah sendiri yang melanggarnya . Setiap kebijakan selalu berubah- ubah, sehingga membuat masyarakat bingung .
Hal ini membuktikan bahwa ketidakmampuan pemerintah dalam menangani wabah covid 19 ini . Karena yang menjadi standar kebijakan pemerintah adalah diambil dari standar kapitalis. Bukan memikirkan kesulitan rakyatnya, pemerintah malah sibuk memikirkan kebijakan apa yang bisa menguntungkan diri dan korporasi. Intinya keputusan yang diambil pemerintah dari penanganan wabah ini adalah :

Pemerintah berlepas tangan dari kewajibannya untuk mengurusi urusan rakyatnya, khususnya masalah Covid 19 .
Pemerintah masih menjadikan untung -rugi itu sebagai standar kebijakan yang mereka ambil dalam penanganan Covid 19 .

Pemerintah lebih mementingkan sektor ekonomi daripada memikirkan kesehatan rakyatnya. Kesehatan rakyat itu mempunyai nilai yang lebih tinggi dari nilai ekonomi. Apabila manusianya tidak sehat, tentu saja berdampak pada kemajuan ekonomi negara tersebut. Sudah dapat dipastikan, bahwa ekonominya akan turut sakit (menurun) .
Ketidakseriusan negara dalam mengurusi masalah wabah dapat terlihat dari masalah tarik – ulur kebijakan yang sangat membingungkan rakyat .

Para penguasa hari ini tidak menunjukkan empatinya kepada rakyat. Dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan perpu, seperti BPJS, UU Minerba, dan lain-lain. Ini membuktikan bahwa para penguasa menunjukkan perpihakan mereka kepada kapitalis semakin lebih leluasa untuk menguasai SDA negeri ini .
Ketika ada wabah, negara tidak mencari solusi yang tepat untuk menanganinya. Itu semua terlihat dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan. Contohnya , penerapan PSBB hanya diterapkan di kota kota besar. Itupun hanya berbentuk himbauan tanpa aturan. PSBB diberlakukan hanya untuk penduduk, tetapi tidak untuk pendatang pendatang asing yang merupakan asal / sumber virus tersebut ditemukan.

Dampak dari kebijakan ini hanyalah kekacauan, dan rakyatpun semakin tidak mau menurutinya. Physical Distancing dan Sosial Distancing adalah aturan yang dibuat hanya berlaku untuk rakyat, tapi tidak untuk para penguasa dan koleganya. Rakyat dipaksa mengikuti aturan, sedangkan pemerintah sendiri yang melanggarnya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan terbaru, yaitu New Normal (tatanan kehidupan yang baru ditengah wabah Covid 19). Semakin menggenaskan. Bagaimana tidak, ditengah wabah Covid 19 yang semakin merebak, masyarakat dipaksa untuk hidup normal seperti sediakala seolah- olah tidak terjadi apa apa. Kebijakan New normal ini adalah kebijakan yang zhalim, karena sama saja dengan menggadaikan nyawa rakyat negeri ini. Ditengah tidak adanya tanda tanda akan berkurangnya penyebaran virus corona yang mengerikan, pemerintah mewacana membuka kegiatan kegiatan publik yang mengharuskan orang- orang berkumpul ditempat tempat umum. Rakyat dipaksa hidup normal ditengah wabah yang makin parah. Ini membuktikan bahwa negara semakin mengabaikan nyawa rakyatnya. Rakyat dipaksa untuk membiasakan diri beraktivitas, berinteraksi dengan orang lain. Rakyat dipaksa untuk mencari solusi sendiri terkait dengan bagaimana caranya agar bisa terhindar dari wabah .
Selama pandemi, rakyat diminta untuk beraktivitas dirumah saja, tetapi setelah pandemi tak kunjung berakhir, rakyat dipaksa untuk kembali hidup normal. Ini adalah upaya yang dilakukan untuk menggerakkan roda perekonomian yang sudah terpuruk. Dengan risiko yang sangat membahayakan nyawa rakyat. Kalau New Normal diberlakukan, sama saja pemimpin akan membunuh rakyat nya sendiri. Situasi ini menunjukkan kepada kita secara gamblang. Betapa negara demokrasi sekuler yang diagungkan negeri ini benar- benar sudah sangat gagal dalam menjaga nyawa rakyatnya, dan terkesan seolah- olah tidak peduli dengan nyawa rakyatnya .

Sangat jauh berbeda dengan negara yang apabila menerapkan sistem Islam. Langkah yang dilakukan sistem Islam adalah Lockdown, dengan mengunci daerah- daerah yang terkena wabah, mengunci jalan keluar dan jalan masuk wabah. Didaerah yang terkena wabah, pemerintah Islam akan memenuhi segala yang dibutuhkan rakyat setempat selama waktu untuk memutuskan mata rantai virus. Jadi apabila kebutuhan rakyat terpenuhi, otomatis rakyat pun pasti akan timbul kesadaran untuk patuh terhadap segala aturan yang dibuat pemerintah, bukan membuat aturan tanpa solusi .

Didaerah yang tidak terkena wabah, kegiatan tetap berjalan normal dengan kewaspadaan, kegiatan ekonomi, kegiatan publik seperti belajar mengajar, beribadah di tempat ibadah fengan tetap dilaksanakan dengan standar kesehatan, seperti Rapid Tes, menggunakan masker, mencuci tangan, dan lain-lain. Semua ini bisa teratur dan bisa dilakukan dengan maksimal oleh negara yang benar- benar siap dengan sistem yang benar, yaitu sistem Islam. Para penguasa dan rakyatnya hidup dalam keimanan dan ketaatan kepada Allah swt. Mereka yakin semua ini datang atas izin Allah swt, dan kehidupan negara pun sesuai syariat yang telah ditetapkan oleh Allah swt .

Setiap keputusan yang diambil penguasa sesuai dengan hukum syara’ , bukan berdasarkan hukum manusia (kufur). Sehingga rakyat bisa hidup sejahteta dalam kepemimpinannya. Inilah sebagai bentuk ketundukan penguasa kepada Allah swt dalam mengurusi urusan umatnya .
Allahu Akbaaar!!!!
Wallahu A’lam Bish Shawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *