Lunturnya Empati Pejabat di Saat Pandemi Menggila

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh Luluk Kiftiyah (Muslimah Preneur)

 

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu setuju

Penggalan lirik lagu “Wakil Rakyat” yang dinyanyikan oleh Iwan Fals rasanya senada dengan kondisi di era politik demokrasi-kapitalisme saat ini. Bagaimana tidak, jika di masa sulit saat pandemi menghantam perekonimian rakyat malah mendengar usulan pejabat untuk membuat rumah sakit khusus pejabat.

Padahal pejabat itu sejatinya “Pelayan Rakyat”, bukan rakyat yang jadi pelayannya. Adanya pandemi menciptakan sentimen antara rakyat dengan pemerintah karena penanganannya yang dianggap kurang serius.

Apalagi tiba-tiba rakyat dikejutkan dengan pernyataan dari politikus PAN, dr. Rosaline Irene Rumaseuw untuk mengistimewakan pejabat. “Saya minta perhatian kepada pemerintah, bagaimana caranya harus ada rumah sakit khusus buat pejabat negara. Kemenkes harus sudah mulai waspada, karena pejabat negara ini harus diistimewakan, dia ditempatkan untuk memikirkan negara dan rakyatnya,” kata Rosaline. (indozone.id, 7/7/2021)

Tentunya pernyataan tersebut mengundang murka para netizen. Sebab di masa pandemi ini bukan hanya pejabat yang butuh pelayanan dan jaminan kesehatan terbaik, tetapi rakyat juga butuh mendapatkan pelayanan terbaik pula. Sebelumnya banyak dari pasien Covid-19 yang tidak mendapatkan penanganan secara maksimal, karena rumah sakit yang overload dan sempat mengalami kelangkaan tabung oksiden. Sehingga sampai hari ini yang meninggal dunia dilaporkan bertambah 1.824 orang dalam 24 jam terakhir. Maka tercatat ada 88.659 kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia
(kompas.com, 28/7/2021).

Belum reda rasa kecewa rakyat karena pernyataan politikus PAN, rakyat kembali dikejutkan dengan video yang beredar tentang Presiden Jokowi yang sedang mencari obat terapi untuk Covid-19. Dalam video tersebut, Presiden Jokowi tidak menemukan obat terapi pasien Covid-19 yang dicari karena stok kosong. Viralnya video ini mengundang kritik yang menohok dari pengamat politik Rocky Gerung, “Begitu rakyat di bawah lihat bahwa Presiden Jokowi tidak bisa memperoleh obat, maka itu pesan bahwa siap-siap kalian meninggal,” ungkap Rocky Gerung. (banten.suara.com, 25/7.2021)

Sehingga wajar jika Rocky Gerung mengartikan pesan yang ada di video tersebut agar pasien Covid-19 siap-siap meninggal, karena obat sudah habis. Viralnya video ini tentu sangat berbahaya dan menambah datar hitam kepemimpinan Presiden Jokowi. Hal ini juga menunjukkan bahwa negara tidak lagi mampu mengurusi rakyatnya, yang ada keadaan ini menciptakan blunder di tengah masyarakat.

Sebab, mana mungkin selevel negara tidak tahu bahwa stok obat terapi untuk pasien Covid-19 kosong? Bagaimana negara melakuan koordinasi dengan Menteri Kesehatannya? Apakah ini menunjukkan bahwa negara tidak serius mengurusi nyawa rakyatnya?

Sampai hari ini, kebijakan yang diambil hanya untuk menguntungkan para pemilik modal dan menyesakkan hati rakyat. Mulai dari kebijakan vaksin berbayar, PSBB, PPKM yang terus diperpanjang tanpa ada solusi dari pemerintah, sampai fasilitas isoman di hotel berbintang untuk anggota DPR, para staf, dan tenaga ahli yang terpapar Covid-19 dengan gejala ringan maupun yang tanpa bergejala.

Inilah fakta miris di negeri para pedebah, lunturnya rasa empati pejabat kepada rakyatnya. Tak kaget jika aturan yang diterapkan selau syarat dengan asas manfaat, memang itulah tabiat dari sistem demokrasi-kapitalisme.

Berbeda ketika Islam yang diterapkan, pada masa Khalifah Umar bin Khaththab ra. pada 18 H, terjadi kekeringan, kelaparan dan paceklik di wilayah Hijaz. Beliau ra. sangat berempati dengan kondisi rakyatnya yang ditimpa musibah, hingga memutuskan tidak akan makan mentega dan daging sampai musibah itu benar-benar hilang. Umar bin Khaththab ra. berpegang teguh pada prinsip, “Biarlah aku yang pertama kali merasakan lapar, dan menjadi orang terakhir yang merasakan kenyang.”

Masya Allah indahnya ketika Islam benar-benar diterapkan secara syamilan wa kamilan (menyeluruh dan sempurna). Seorang pemimpin akan membuat kebijakan dengan seadil-adilnya, karena takut akan azab Allah SWT jika amanah itu di salah gunakan. Seperti hadist dari ‘Aisyah berkata, Rasulullah swt bersabda,

اللَّهُمَّ، مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ

“Ya Allah, Barang siapa yang mengurusi urusan umatku, lantas dia membuat susah mereka, maka susahkanlah dia. Dan barang siapa yang mengurusi urusan umatku, lantas dia mengasihi mereka, maka kasihilah dia.”

Hadis ini berisi doa keburukan dari Rasulullah swt terhadap orang yang membuat susah kaum muslimin, sekaligus doa Rasulullah swt bagi orang yang mempermudah urusan kaum muslimin, dan kita tahu bahwasanya doa Rasulullah dikabulkan oleh Allah SAW.

Wallahu a’lam bishshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *