Oleh: Susi Maryam Mulyasari (Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah)
Asas kebebasan yang menjadi ruh dari ideologi kapitalisme dan demokrasi telah nampak jelas mampu merubah padanan sistem sosial di masyarakat. Melalui asas kebebasan ini setiap orang bebas beraktifitas menurut apa yang mereka kehendaki selama itu merupakan pilihan mereka, setiap kebebasan yang mereka wujudkan dalam bentuk perbuatan, sikap, gaya bahkan dalam urusan gender pun merupakan manifestasi dari kesadaran berpikir mereka.
Sebagai contoh misalkan kaum pelangi atau yang lebih kita kenal kaum LGBT merupakan salah satu contoh dari sekian banyak bentuk penyimpangan kebebasan sistem demokrasi ini. Kaum nabi Luth ini telah mampu eksis di tengah-tengah masyarakat dengan mengkampayekan penyakit yang mereka bawa.
Mereka merasa percaya diri bahwa apa yang mereka alami saat ini merupakan kodrat dari sang pencipta yang harus disyukuri, walaupun sebenarnya sang pencipta tidak menghendaki keberadaan mereka karena penyimpangannya.
Kaum gay, lesbian dan sejenisnya merasa mempunyai angin segar bahwa aspirasi yang mereka perjuangkan ini sudah mulai mendapatkan dukungan dari berbagai pihak bahkan support dana dari foundation-foundation pun mereka dapatkan yang tujuannya adalah bukan hanya semata untuk menghormati kebebasan mereka melainkan ada agenda “busuk” di balik itu semua yaitu untuk menghancurkan umat islam dan keluarga islam.
Apa yang terjadi jikalau umat islam apatis terhadap kondisi ini? Kita bisa membayangkan bagaimana generasi qurani akan tergerus oleh kebebasan sesat ini, seorang muslim dan muslimah tidak akan lagi mampu berpikir tentang bagaimana membangun keluarga yang islami, mendidik anak menjadi sholeh dan sholehah, karena semuanya telah hancur oleh budaya kaum luth.
Media sosial mereka kuasai, karena jalan terbaik untuk mempromosikan paham mereka adalah melalui medsos seperti instagram, facebook dll, yang kebanyakan penggunanya adalah para pemuda dan pemudi, bukan hanya itu mereka mencoba memanfaatkan situasi Covid-19 untuk menuai simpatik dari masyarakat dunia pada umumnya, mereka memposisikan sebagai kaum tertindas baik secara sosial maupun secara mental.
Hal inilah yang melatar belakangi beberapa perusahaan seperti Unilever dengan terang-terangan untuk mendukung LGBT ini.
Akankah kita diam?
Masa depan anak-anak kita generasi penerus estafet perjuangan islam terancam akan “punah”, karena berada di dalam pengintaian kaum LGBT ini, mereka akan menjadikan generasi islam sebagai sasaran empuk untuk menambah kamunitas mereka, kalau ini terjadi maka umat islam dan manusia pada umumnya akan mengalami kehamcuran di semua lini kehidupan.
Situasi seperti ini bahkan lebih bahaya jika dibiarkan, selamanya akan terus berlangsung selama akar masalahnya belum selesai. Ideologi kapitalime menjadi rahim munculkan berbagai macam masalah, sekulerisme sebagai asas dari ideologi ini menjadi penyebab pintu gerbang kebebasan di buka, alhasil manusia akan seperti binatang yang akan diperbudak oleh dunia dan kebebasan.
“dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari kota yang penduduknya mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik”, (QS. Al-Anbiyaa’ [21]: 74).
Kita sebagai umat islam harus mulai sadar bahwa ideologi kapitalisme yang sekarang sedang bercokol harus segera diganti oleh ideologi islam. Islamlah yang akan melindungi umat dari segala ancaman paham yang menyesatkan tersebut.
Perjuangan mengembalikan kehidupan islam merupakan hal yang tidak bisa kita nafikan, bukan hanya merupakan kewajiban bagi kita melainkan solusi atas berbagai macam problem termasuk di dalamnya LGBT.
Oleh karena itu sudah saatnya kita berpikir dan bergerak untuk memperjuangkan Islam di bawah naungan Khilafah islamiyyah, karena dengan inilah hidup kita akan sejahtera dunia dan akhirat.
Waallaahu’alam bish shawab