Lemahnya Generasi Akibat Kegagalan Pendidikan Sekuler

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Syahida Adha (Aktivis BMI Community)

Pemuda merupakan aset yang sangat berharga bagi sebuah peradaban. Sepanjang sejarah perubahan, pemuda selalu memiliki peran besar bagi kemajuan suatu masyarakat. Mereka kerap kali dijuluki agent of change dan promotor perubahan. Terlebih seorang pemuda yang cendekia dan terpelajar, merupakan harapan bagi perubahan baru yang lebih baik dan perbaikan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang mapan.

Oleh sebab itu butuh faktor-faktor pendukung yang diadakan untuk mencapai tujuan tersebut. Termasuk menempa mental generasi khususnya pemuda agar bisa berperan ideal seperti seharusnya. Hal ini sangat berkaitan dengan pendidikan yang diterapkan pada sosok pemuda. Yang tentu saja pendidikan yang dimaksud melibatkan lingkungan pendidikan formal (sekolah) masyarakat, dan keluarga. Terlebih Indonesia merupakan Negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia. Maka peran pemahaman islam menjadi potensi besar sebagai kekuatan mental dan daya juang pemuda di negeri ini.
Dalam Jurnal Interdisciplinary Journal of Communication dengan judul Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid Dalam Kesehatan Mental yang ditulis oleh Kastolani (2016) dalam abstraknya dikatakan bahwa:

“Bagi seorang muslim, usaha yang paling penting dan utama untuk menuju mental yang sehat adalah memantapkan, menguatkan, dan mengokohkan akidah atau tauhid yang ada dalam dirinya. Sebab, dengan akidah atau tauhid yang kuat, kokoh, dan mantap, jiwanya akan selalu stabil, pikirannya tetap tenang, dan emosi nya terkendali. Peranan tauhid memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa setidaknya ada lima hal yaitu; (a) Perasaan ingin dikasihi dan disayangi merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap insan dalam hidup dan kehidupannya. (b) Perasaan aman merupakan kebutuhan setiap orang dalam dirinya, baik lahir maupun batin. (c) Rasa harga diri artinya setiap orang memiliki, agar dirinya dihargai orang lain. (d) Rasa ingin tahu atau mengenal sesuatu, seseorang mempunyai naluri ingin tahu. (e) Rasa ingin sukses, setiap orang ingin dalam kehidupannya mengalami keberhasilan yang akan membawa kebahagiaan.”

Dalam tafsir ibnu katsir: Abu Ya’la di dalam kitab Musnad-nya telah meriwayatkan hadis yang berkaitan dengan ini dalam bentuk yang lebih lengkap. Untuk itu dia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Gassan, dari Hammad, dari Syu’aib, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. mendapat kiriman sekarung buah kurma, lalu beliau Saw. membacakan firman-Nya: Perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. (Ibrahim: 24-25) Maka beliau bersabda bahwa pohon itu adalah pohon kurma. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. (Ibrahim: 26) Beliau Saw. bersabda, “Pohon yang dimaksud adalah pohon hanzal.” Syu’aib mengatakan, ia menceritakan hadis ini kepada Abul Aliyah, maka Abul Aliyah menjawab bahwa hal yang sama pernah ia (dan rekan-rekannya) dengar.

{اجْتُثَّتْ}

yang telah dicabut. (Ibrahim: 26)
Maksudnya, telah dijebol dan dicabut dengan akar-akarnya.
Firman Allah Swt.:

{مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ}

dari permukaan bumi; tidak dapat tetap(tegak) sedikit pun. (Ibrahim: 26)

Yakni tidak ada landasan dan tidak ada keteguhan baginya. Demikian pula halnya orang kafir, ia tidak mempunyai pokok, tidak pula cabang, tiada suatu amal pun darinya yang dinaikkan (diterima), dan tiada sesuatu pun yang diterima darinya.[]

Namun pada faktanya kondisi dunia saat ini justru mengalami krisis mental dan iman. Baru-baru ini kasus menggemparkan dilansir dari kompas.com. seorang mahasiswa unmul berinisial BH ditemukan gantung diri di rumah kakak angkatnya pada 11/7/2020. Diduga akibat mengalami depresi karena skripsinya sering ditolak. Berita lainnya tertulis dalam SuaraJogja.id seorang remaja berinisial NS asal Sumatera Barat pada kamis 9 /7/2020 ditemukan tewas gantung diri karena kuota internet habis.

Tidak hanya itu, bahkan WHO mencatat terjadi kasus bunuh diri di seluruh dunia setiap 40 detik, dan remaja mengambil porsi angka yang cukup fantastis. Hal ini membuktikan, secara global dunia sudah salah asuh generasi. Sistem pendidikan yang sekuler memisahkan peran agama dari kehidupannya. Sehingga tidak terbiasa untuk melibatkan iman dan taqwa dalam menjalani kehidupan mereka. Walhasil mereka hanya memiliki ambisi, tujuan dan fondasi yang bersifat fana dan rapuh dengan keimanann yang amat tipis.

Menurut Syeikh Taquyyuddin An-Nabhani, akidah Islam memerintahkan setiap individu untuk menyembah Allah SWT sebagaimana yang telah diperintahkan dan ditunjukkan oleh Rasulullah saw. Penyembahan (ibâdah) kepada Allah SWT ini tidak hanya termanifestasikan dalam tingkah laku pribadi. Karena, akidah Islam bukan saja mendorong terbentuknya akhlak Islam, tetapi juga memberikan penyelesaian yang menyeluruh terhadap semua urusan kemasyarakatan dan pemerintahan. Dalam hal ini, akidah Islam hanya membenarkan aspek kehidupan seorang muslim dijalankan mengikuti aturan Islam, di mana syariat dan sistem Islam dilaksanakan untuk tujuan ini.[]

Oleh sebab itu menerapkan sistem pendidikan islam dan seluruh sistem islam secara global merupakan kebutuhan untuk memperbaiki generasi. Sekulerisme hendaknya segera dihapuskan dari peredaran dan diganti dengan ideologi islam. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw. di madinah dan dilanjutkan oleh kekhilafahan selama lebih dari 1300 tahun. Beliau SAW telah menghapuskan kejahiliyahan menuju cahaya keimanan yang kokoh dan memperkokoh, menuju sistem kehidupan yang adil dan manusiawi. Sehingga setiap kebutuhan menjadi terjamin dan aman setosa.
Wallahu A’lam Bissawwab[].

DAFTAR PUSTAKA

Kastolani.2016. Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid dalam Kesehatan Mental. Malaysia: Interdisciplinary Journal of Communication
http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-ibrahim-ayat-24-26.html#:~:text=mendapat%20kiriman%20sekarung%20buah%20kurma%2C%20lalu%20beliau%20Saw.&text=(Ibrahim%3A%2024%2D25),tetap%20(tegak)%20sedikit%20pun.
https://jogja.suara.com/read/2020/07/09/180148/remaja-tewas-gantung-diri-diduga-pemicunya-karena-kouta-internet-habis
Islam menurut Syaikh Taqiyuddin An-nabhani

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *