Lawan Penentang Khilafah dengan Dakwah!

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Anita Rachman – (Pemerhati Sosial Politik)

Pembahasan khilafah semakin hari semakin panas, antara yang pro dengan yang kontra, atau bahkan membencinya. Ibarat pepatah, semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin yang menerjang. Semakin luas khilafah kembali dikenal umat, semakin kuat pula perlawanan yang muncul. Bahkan, opini khilafah cukup membuat para penguasa negeri ini gerah dan terusik hingga mengeluarkan perppu hanya untuk membekukan salah satu organisasi massa (ormas) islam karena mendakwahkan khilafah.

Namun, bukannya redup, opini khilafah justru semakin hidup dan menjadi topik hangat setiap diskusi, mulai dari kalangan akademisi, politisi hingga obrolan di warung kopi. Khilafah yang beberapa tahun lalu dianggap utopis kini mulai diperhitungkan bahkan beberapa pihak menganggapnya sebagai ancaman, hingga perlu untuk dihadang. Nau’dzubillahimindzalik.

Perlawanan terhadap opini khilafah terus ditunjukkan melalui kebijakan-kebijakannya yang mendeskriditkan atribut Islam seperti cadar, celana cingkrang dan jenggot, khususnya pada para Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tahun 2019 lalu. Bahkan yang terbaru, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Tjahjo Kumolo menegaskan ASN yang terbukti terlibat ideologi khilafah akan diberhentikan tidak hormat.

Penyebutan khilafah sebagai sebuah ideologi saja sudah menunjukkan yang besangkutan belum memahami apa itu khilafah. Jelas khilafah bukanlah ideologi, tetapi sebuah sistem pemerintahan. Sementara ideologinya adalah Islam. Karena tidak mungkin sistem pemerintahan islam mengambil ideologi dari selain Islam. Ideologi atau mabda, yang merupakan sistem hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

Tak berhenti pada ASN, upaya menjauhkan umat islam dari khilafah juga ditempuh melalui jalur kurikulum pendidikan. Akhir tahun 2019 lalu, Kementerian Agama (Kemenag) melakukan revisi terhadap konten-konten ajaran terkait khilafah dan jihad dalam pelajaran agama Islam di madrasah dengan menjadikannya sebatas pelajaran sejarah dan budaya Islam. Khilafah dianggap tak lagi relevan, bahkan terlarang untuk kembali diperjuangkan.

Lebih lanjut pemerintah juga tengah menggalakkan program moderasi beragama yang akan diimplementasikan ke dalam sejumlah program strategis, mulai dari tingkat madrasah, hingga urusan bimbingan perkawinan. 155 Buku madrasah telah di revisi karena dianggap mengandung konten radikal. Padahal makna radikal sendiri, hingga hari ini belum ada tolok ukur yang jelas dan pasti, kecuali hanya klaim-klaim sepihak tanpa bukti.

Ajaran islam tak pernah berhenti di usik, di utak-atik, di revisi atau lebih tepatnya menurut para ahli sebenarnya adalah coba untuk direduksi, dipudarkan, kemudian lama-lama dilebur, dijadikan sama dengan ajaran-ajaran agama yang lain. Yaitu sebatas agama ritual yang hanya mengurusi hubungan hamba dengan Tuhannya melalui aktivitas ibadah, sementara di luar itu, jangan bawa-bawa agama. Menggiring opini bahwa siapapun yang menjadikan Islam sebagai pedoman dalam berkehidupan secara menyeluruh adalah radikal, ekstrim, pasti intoleran, memecah belah, bahkan cikal bakal teroris. Inilah yang dimaksud dengan klaim-klaim sepihak tanpa bukti.

Dakwah adalah aktivitas menyeru. Yang mereka lakukan juga aktivitas menyeru. Menyeru agar meninggalkan khilafah. Menyeru bahwa memperjuangkan Islam kaffah (menyeluruh) itu eksrim dan radikal. Menyeru bahwa Islam itu harus moderat. Moderat dengan mengambil standar barat. Yaitu tak masalah berkompromi terhadap hal-hal yang meskipun haram asalkan mendatangkan manfaat.

Riba itu haram, tetapi tetap diambil karena manfaatnya besar untuk menopang perekonomian. LGBT itu haram, tapi diperjuangkan pengakuannya dengan dalih hak asasi manusia. Khamr yang jelas haram, bukan ditiadakan tapi hanya diatur peredarannya. Islam menghargai perbedaan (pluralitas) agama, namun menerima semua agama adalah sama (pluralisme) itu haram. Faktanya hal ini justru dianggap agung dan mulia atas nama toleransi. Apakah seruan-seruan ini sejalan dengan dalil-dalil dalam Al Quran dan As Sunnah?

Jalan dakwah itu tak mudah. Penuh dengan ujian dan tantangan. Itulah resiko dakwah. Bahkan Rasulullahpun mengalaminya. Hinaan, caci-maki hingga ancaman nyawa dihadapi Rasulullah juga para sahabat dan siapapun yang meneruskan ajaran mulia ini. Allahpun telah menyampaikan dalam Al Quran Surat Al Baqarah 120 “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.

Meskipun yang menampakkan permusuhan justru dari saudara sesama muslim, namun sesungguhnyan ini adalah agenda barat, yang sengaja membuat umat muslim terkotak-kotak, kemudian saling dibenturkan agar terus bermusuhan dan semakin dijauhkan dari tujuan utama, yaitu persatuan.

Namun Allah juga memberikan jaminan bahwa betapapun keras upaya yang mereka lakukan untuk memusuhi agama Allah, pasti akan gagal. Sebagaimana Allah sampaikan dalam Al Quran Surat Ash Shaff:7 “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.”

Hari ini mereka begitu gencar menyeru bahwa khilafah adalah sesuatu yang negatif, buruk, terlarang bahkan mengancam. Maka kitapun harus lebih gencar menyeru, meng-counter opini tersebut dengan opini yang haq, yang benar. Terus menyampaikan kepada umat bahkwa khilafah adalah ajaran Islam yang shahih, bukan sistem yang merusak seperti yang dituduhkan, bukan sistem yang memecah belah dan intoleran, apalagi sistem radikal yang penuh dengan kekerasan. Khilafah adalah ajaran Islam yang mulia, yang dengannya memungkinkan seluruh syariat Islam tegak dengan sempurna.

Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain selain tetap teguh di jalan dakwah. Mengikuti jalan dakwah yang ditempuh Rasulullah. Terus berinteraksi dengan umat, mulai dengan cara diam-diam hingga terang-terangan, hingga akhirnya mendirikan negara (daulah) Islam di Madinah. Sampaikan dengan penjelasan yang terperinci, sumber sejarah yang valid, serta kuatkan dengan dalil-dalil shahih dari Al Quran, As Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.

Melalui dakwah mari kita siapkan umat menyambut tegaknya khilafah yang sudah menjadi janji Allah dan kabar gembira Rasulullah. Karena bagaimana umat akan siap menyambut khilafah, jika mengenalnya saja tidak? Gaungnya yang kini begitu menggemapun adalah hasil dari aktivitas dakwah. Ada lisan yang menyuarakan, menyampaikan kepada umat. Meskipun hanya berawal dari satu suara, kemudian bertambah menjadi dua, tiga dan seterusnya, hingga kini terdengar seantero negeri bahkan dunia.

Dengan dakwah pulalah Islam sampai ke negeri ini. Berawal dari lisan seorang manusia paling mulia Rasulullah S.A.W, yang Allah amanahkan kepadanya risalah yang juga mulia, yaitu Islam, dari negeri yang bermil-mil jauhnya. Maka teruslah berdakwah, karena kita tidak tahu, mana yang akan menghampiri kita lebih dulu. Kemenangan ataukah maut yang memisahkan kita dengan dunia dan segala isinya.

Wallahu’alam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *