Oleh : Dyah Astiti (Aktivis Dakwah)
Bentrokan telah pecah antara warga Palestina dan polisi Israel di Yerusalem. Serangan rudal yang brutal terus dilakukan zionis Israel terhadap rakyat Palestina. Penyerangan bermula saat umat Islam mulai memadati kompleks Masjidilaqsa untuk berburu malam Lailatulqadar. Polisi Israel datang menembakkan peluru karet dan granat kejut kepada jemaah salat tarawih pada Jumat (7/5/2021). Pada hari Jumat 7 Mei, lebih dari 200 warga Palestina dan setidaknya 17 polisi Israel terluka dalam pertempuran di dekat masjid Al-Aqsa, kata petugas medis dan polisi. (Liputan6.com)
Sungguh miris di saat umat muslim sedunia harusnya diliputi rasa bahagia karena hari kemenangan sebentar lagi datang. Umat Islam Palestina justru kembali lagi dilanda duka. Bukan gema takbir penuh kebahagiaan justru dentum ledakan yang memilukan yang terdengar.
Bentrokan ini bukan kali pertama terjadi. Kali ini bentrokan antara tentara Israel dan warga Palestina dipicu oleh putusan Pengadilan Pusat Israel di Yerusalem Timur yang menyetujui untuk mengusir tujuh keluarga Palestina dari rumah mereka. Hal itu mengakibatkan warga Palestina dari berbagai wilayah di Yerusalem membanjiri lingkungan tersebut, lalu mengusir pemukim Yahudi yang tiba di sana. Maka terjadilah bentrok antara polisi Israel dan pemuda Palestina. (republika.co.id, 10/5/2021)
Apa yang terjadi antara Israel dan Palestina, mengindikasikan bahwa konflik itu terus terjadi dan terpelihara. Segala solusi yang ditawarkan dunia nyatanya tidak kunjung menemui titik terang. Konflik terus terulang, dengan darah kaum muslimin yang terus saja tertumpahkan. Dunia seolah kehabisan cara untuk menghentikan konflik antara Israel dan Palestina. Berulangkali Negeri-negeri muslim hanya turut mengecam dan mengutuk tindakan Israel. Ataupun berharap pada Dewan Keamanan Dunia. Nyatanya kecaman demi kecaman negeri muslim tidak pernah mampu menghentikan konflik. Dewan Keamanan Dunia hanya bisa memberi jalan damai dengan konsekuensi wilayah Palestina menjadi semakin sempit. Lantas apa yang bisa kita lakukan? Karena bagaimanapun juga muslim adalah bersaudara. Serangan terhadap Al-Aqsha harusnya menjadi derita bagi seluruh kaum muslimin.
langkah nyata mendukung Al-Aqsha bukanlah permintaan perlindungan dari lembaga internasional, Dewan Keamanan, atau dengan kecaman dan kecaman, Namun dengan memobilisasi tentara untuk mencabut kejahatan entitas ini dari akarnya dan dari kaum muslimin.
Maka, hendaknya para tentara negeri muslim dan para pemimpinnya, bergerak menuju tegaknya Islam dan mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah.
Sebagaimana firman-Nya,
“Wahai orang-orang yang beriman. Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan azab yang pedih dan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS At-Taubah: 38—39).
Sungguh gambaran ini harus membuka mata kita bahwa sudah saatnya umat islam memiliki perisai. Yaitu dengan tegaknya Islam dalam naungan Khilafah.
Wallahu’alam Bissawab.