L98T MENJADI PENYEBAB TERSEBARNYA VIRUS HIV
Oleh Nia (mahasiswi surabaya)
Lagi, kaum yang dilaknat Allah SWT kembali berulah. Bukan hanya siksa di akhirat, tapi di dunia sudah menanti ganjaran dosa siksa yang melanggar hukum Sang Pencipta. Erwin Astha Triyono kepala dinas kesehatan jawa timur mengatakan bahwa, berdasarkan hasil pemeriksaan HIV/AIDS yang dilaksanakan di wilayah setempat, sepanjang 2022 tepatnya hingga Oktober, ditemukan 6.145 pasien baru HIV.
Secara kumulatif, kata Erwin, kasus HIV di Jatim tercatat sebanyak 84.959 kasus. Dari kasus yang ditemukan, baru 23.230 pasien yang saat ini mendapatkan terapi ARV. “Masih terdapat kesenjangan antara jumlah kasus yang ditemukan dengan jumlah kasus yang diterapi ARV. Hal ini karena banyak pasien yang telah meninggal maupun putus berobat,” kata Erwin, Jumat (2/12/2022).
Penyakit AIDS disebabkan oleh virus mematikan yaitu HIV yang disebabkan oleh orang-orang yang sering berzina dan bergonta-ganti pasangan. Virus ini dapat ditularkan dari orang yang mengidap virus hiv, anak yang dikandung oleh ibu yang menderitanya atau melalui jarum suntik dan infus. Hingga kini penyakit AIDS belum ditemukan obat yang dapat menyelesaikan permasalahan penyebaran virus.
Akar permasalahan yang timbul disebabkan oleh lingkungan sosial yang salah, diantaranya sex bebas, pergaulan bebas, dan karna adanya l98t yang sejatinya masalah tersebut datang dari manusia itu sendiri sebagaimana firman Allah pada Q.S Ar-Rum ayat 41 yang berbunyi :
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Berbicara mengenai l98t, bendera simbolnya sudah berjejer setara dengan bendara Inggris Union Jack yaitu diletakkan di tiang bendera Kedubes Inggris. Akun resmi Instagram @ukinindonesia kedutaan besar mengatakan bahwa pada hari internasional melawan homophobia, bifobia, dan transfobia, kami mengibarkan bendera l98t dan menggelar acara demi kita semua yang merupakan bagian dari satu keluarga manusia. Hal ini membuktikan bahwa perilaku menyimpang ini sudah mulai dinormalisasikan.
Dalam menangani permasalahan ini, negara terlihat belum bisa memberikan solusi dan perlakuan yang tegas dalam menanggulangi virus HIV yang merajalela. Alih-alih dapat menghentikan perkembangbiakan virus, justru malah bertambah setiap tahunnya. Akibat diterapkannya system kapitalisme membuat hak rakyat tidak terpenuhi, para penguasa hanya memperhatikan golongan yang setara dengannya.
Padahal negara memiliki tanggung jawab penuh terhadap apa yang menimpa rakyatnya contohnya dalam bidang kesehatan. Hukum yang dibuat berdasarkan penilaian manusia yang dapat dirubah sedemikian rupa disesuaikan dengan keadaan tertentu. Tidak adanya penyelesaian dari akar masalah sehingga bibit-bibit penyakit akan terus bertambah sehingga mengakibatkan kerugian pada diri seseorang.
Dalam mengatasi akar permasalahan ini, negara perlu membuat suatu system yang mampu memimpin dengan hukum mutlak dapat mengatasi segala masalah. Dengan adanya system islam, maka tidak ada pergaulan bebas di tengah-tengah kaum muslimin karna perempuan dan laki-laki sudah diatur sedemikian rupa. Mereka dilarang bercampur baur antara laki-laki dan perempuan, berkhalwat, berpacaran, maupun berhubungan dengan sesama jenis.
Ada hukuman tegas bagi siapa saja yang melanggar sehingga permasalah penyebaran HIV dapat lebih cepat terselesaikan dan bagi penderita HIV sistem islam akan memberikan kelas gratis dan bekerja keras dalam menemukan penawar virus hiv dengan membiayai riset untuk keperluan ini bagi siapa saja yang menderita secara merata bukan untuk golongan tertentu. Mereka juga akan dikarantina di pusat rehabilitasi menggunakan fasilitas terbaik dan dibantu untuk menjaga kesehatan mentalnya sehingga para penderita tetap bisa menatap masa depannya dengan sabar dan tawakkal. Hal ini juga akan mengeliminasi penyebaran virus kepada orang-orang lainnya. Oleh karena itu sistem islam adalah sebaik baik sistem yang harus diterapkan.
Wallahu ‘alam bishshawab
