Kritik Mural Yang Marak Ditindak Pemerintah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Kayla Fatmawati

( Pelajar Kota Bandung )

 

Apa itu mural? Mural adalah bentuk ungkapan, mengkritisi masalah sosial lewat gambar dan tulisan di dinding jalanan ataupun trotoar.

Banyak para seniman yang menulis mural ini di dinding jalanan ataupun di trotoar dengan tulisan kekecewaan mereka(masyarakat) kepada pemerintah. Mural- mural ini dihapus dengan alasan tidak pantas dibaca masyarakat, memuat pelecehan dan provokasi, hingga tak mengantongi ijin. Pembuat mural pun diburu oleh pihak aparat.

Paradoks Demokrasi menjamin kebebasan tapi kritik serta saran rakyat mereka abaikan. Astagfirullah..

Tidak heran sih karena Negara ini berpegang pada sistem kapitalisme,yang dimana sistem kapitalisme ini adalah kekuasaan sebagai alat kepentingan individu dan kelompok. Kritik dan saran sangat penting dalam sistem Demokrasi, terlebih lagi dalam sistem islam.

Seperti contoh khalifah Umar bin Khattab yang menjadi pemimpin dan selalu mendengar keluhan rakyatnya, saat khalifah Umar dalam perjalanan, seorang nenek tiba tiba memberhentikan perjalannya dan langsung menceramahinya “Wahai Umar, aku dulu mengenalmu sewaktu kau di panggil umair (umar kecil) yang suka menakut nakuti anak anak dipasar ukadz dengan tongkatmu. Maka hari hari mu berlalu hingga kau di sebut umar, dan kini engkau amirul mukminin, maka bertakwalah engkau kepada Allah atas rakyatmu!, Barang siapa yang takut ancaman Allah maka yang jauh (akhirat) akan terasa dekat. Barang siapa yang takut akan kematian tidak akan menyianyiakan kesempatan , dan barang siapa yang yakin akan al-hisab (hari perhitungan) ia akan menghindari azab (Allah) .”

Amirul mukminin tidak segan segan meminta maaf jika telah merasa lalai. Seorang pemimpin seharusnya bertanggung jawab atas rakyatnya atau anggotanya, mendengarkan keluh kesah mereka, dan selalu menolong mereka.

Tidak seperti saat ini, memang mural adalah salah satu bentuk vandalisme, namun mengapa hal tersebut terjadi? Karena tidak diterima nya suara hati rakyat sampai relung hati nurani para pemangku kebijakan. Alhasil, mural-mural suara rakyat bermunculan. Maka, sudah seharusnya kritik dari rakyat sebagai bentuk muhasabah para penguasa untuk lebih mengurusi lagi rakyat. Karena politik didalam sejatinya adalah mengurusi urusan ummat dan pemimpin akan dihisab dengan apa yang telah menjadi kebijakan dan kepemimpinannya.

Sesungguhnya ummat ini sangat memerlukan ruang untuk berekspresi yang benar-benar direalisasi jika menyangkut hal kebutuhan orang banyak, dan Islam sangat mendengar suara rakyat karena suara rakyat adalah muhasabah bagi penguasa untuk senantiasa memperbaiki diri. Di dalam Islam lah penguasa sadar, bahwa rakyat adalah orang-orang yang harus didengar serta dilayani dengan baik. Semoga ummat pun menyadari bahwa Islam yang memberikan solusi dari setiap masalah agar aksi mural yang mengkritik pemerintah tidak dipandang sebagai hal negatif, namun murni karena rakyat perlu didengar.

Dari Umu ‘Atiyah dari Abi Sa’id yang menyatakan: “Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik jihad adalah (menyatakan) kata-kata yang haq di depan penguasa yang dlalim.”

“Hendaknya ada di antara kalian, sekelompok umat yang mengajak kepada kebaikan serta menyeru pada kema’rufan dan mencegah dari kemunkaran.” (Q.S. Ali Imran: 104)

“Kalian adalah sebaik-baik umat yang dihadirkan untuk seluruh umat manusia; maka kalian (harus) menyeru pada kema’rufan dan menolak kemunkaran.” (Q.S. Ali Imran: 110)

Wallohu’alam bi ash showab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *