Konflik Sosial Wabah Saat Ini

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Ghazi Ar Rasyid (Member Pena Muslimah Cilacap)

 

Ditengah pandemi yang tak kunjung henti ini, bukan saja berdampak pada masalah ekonomi dan kesehatan saja. Tapi juga berdampak pada masalah sosial yang ada pada masyarakat. Salah satu buktinya adalah konflik horizontal yang makin marak terjadi ditengah masyakarat. Baik antara anggota masyarakat, para penderita covid-19, para tenaga kesehatan bahkan terhadap pelaksana program terkait covid-19 ini.

KOMPAS.com – Warga Desa Jatian, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, yang melakukan penganiayaan terhadap tim pemakaman jenazah pasien Covid-19 meminta maaf. Mereka mengakui kesalahannya dan meminta untuk berdamai. Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember M Djamil menjelaskan, tim pemakaman dari BPBD dibantu oleh Muspika Pakusari serta pihak kepala desa bertemu dengan para pelaku. Djamil mengatakan, tim pemakaman jenazah yang menjadi korban sudah memaafkan dan memilih untuk berdamai. Sebab, semua orang sedang fokus untuk mencegah penyebaran Covid-19. Selain itu, salah satu keluarga yang meninggal juga turut aktif membantu pencegahan penyebaran virus corona.

Kami juga menyadari bahwa situasi pada hari itu sebagai tindakan yang tidak benar, tapi kami menerima permintaan maaf,” papar dia.

Kasus tersebut tidak akan dilanjutkan ke ranah hukum karena persoalan sudah selesai. Djamil mengimbau masyarakat agar memahai tugas dari tim pemakaman jenazah Covid-19 dan berharap agar mendapat dukungan penuh dari seluruh pihak, terutama dari keluarga yang meninggal karena Covid-19.

Karena niat kita hanya untuk membantu,” ujar dia.

Tim dari BPBD Jember saat mendatangi rumah warga untuk mediasi kasus penganiayaan terhadap tim pemakaman jenazah pasien Covid-19. Sebelumya diberitakan, tim pemakaman jenazah pasien Covid-19 BPBD Jember menjadi korban amukan warga saat mengirim jenazah ke Desa Jatisari, Kecamatan Pakusari, Jember. Mereka diadang lalu dilempar dengan batu serta dipukul oleh sejumlah warga.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu, 17 Juli 2021. Saat itu, tim pemakaman mendapat permintaan dari camat dan warga untuk mengantar jenazah dari RSD dr Soebandi ke Desa Jatisari. Ketika jenazah tiba di lokasi, sudah banyak warga yang menunggu. Warga berupaya mengambil paksa jenazah untuk dimandikan. Petugas telah memberitahu bahwa pasien meninggal karena Covid-19, tapi tak dihiraukan. Karena situasi tidak kondusif, tim pemakaman memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, ada sejumlah warga yang mengadang hingga melakukan peleparan, pemukulan, dan berusaha membanting tim relawan.

Peristiwa ini adalah salah satu kasus kecil kekerasan yang semakin marak terjadi terhadap nakes maupun pengurus jenazah. Pengetahuan masyarakat yang minin dan semakin menguatnya tekanan karena kondisi ekonomi yang semakin buruk, menjadi pemicu keadaan sosial yang tampak semakin carut marut pula. Seperti emosi masyarakat yang mudah terpancing. Tidak hanya itu saja, masyarakat pun jadi lebih egois dan tidak peduli dengan sekitar. Selain itu, terjadi pula konflik-konflik sosial yang bermuara pada ketidakpercayaan masyarakat pada kebijalan yang ditetapkan oleh pemerintah atau Public Distrust.

Akibat dari peristiwa ini, tidak sedikit dari masyarakat yang mengambil keputusan sepihak. Hal ini jelas semakin membuat wabah semakin sulit diatasi. Ditambah lagi banyaknya berita hoax yang sering menyudutkan para nakes. Para nakes yang tengah berjuang digarda terdepan saat ini, seharusnya mendapat support dari masyarakat, justru malah sering mendapat hal kurang menyenangkan dari masyarakat. Tak jarang pula sampai ada yang mengalami kekerasan. Masyarakat sering menuding bahwa nakes-nakes mengambil keuntungan dari adanya wabah pandemi ini. Miris

Tak sedikit dari masyarakat juga berkontribusi atas permasalahan yang terjadi saat ini. Masih banyak dari masyarakat yang tidak mau mematuhi protokol kesehatan yang ada. Namun, hal ini tidak sepatutnya disalahkan pada masyarakat sepenuhnya. Masyarakat pun sebenarnya benar-benar kelimpungan menghadapi situasi saat ini. Tak cukupnya pemerintah dalam mengedukasi public. Juga lemahnya penanganan terhadap pasien virua covid-19, membuat masyarakat terpaksa mengambil keputusan sepihak hingga berujung konflik. Dari sini, tanggung jawab negara pun kembali dipertanyakan.

Di tengah wabah yang semakin sulit dikendalikan ini. Para penguasa masih saja sibuk menyangkal dan berpangku tangan tanpa mengambil langkah yang pasti untuk mengatasi wabah ini. Kurangnya edukasi, serta banyaknya narasi yang salah tentang wabah membuat masyarakat tidak punya persiapan termasuk dalam hal pengetahuan. Berbagai kebijakan dengan bermacam istilah pun muncul untuk menenangkan masyarakat. Padahal sebenarnya para penguasa tengah sibuk memeperbaiki perekonomian yang ada. Alhasil, jumlah kasus virus covid-19 pun semakin menjulang tinggi.

Dari sini masyarakat seharusnya sadar, bahwa yang terjadi saat ini adalah dampak dari sistem yang diterapkan hari ini. Karena sejatinya sistem hari ini sangatlah tidak memanusiakan manusia. Ditambah kekuasaan yang ada saat ini justru dimanfaatkan sebagai ajang bisnis bagi para pemilik modal.

Ini sangat berbanding 360 derajat dengan sistem Islam. Dalam Islam, kepemimpinan merupakan suatu amanah yang nantinya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Para penguasa dan masyarakat memiliki hubungan yang erat. Layaknya hubungan orang tua dengan anaknya. Bahkan ketika ada wabah yang melanda daerah kepemimpinan Islam, wabah ini bisa segera teratasi.

Apa yang terjadi hari ini, seharusnya membuat masyarakat semakin sadar. Bahwa kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi, karena kondisi seperti ini tidak akan pernah membaik. Jika sistem yang diterapkan masih sistem buatan manusia yang serba memiliki banyak kekurangan. Dan harapan satu-satunya masyarakat hari ini hanyalah sistem yang dibuat oleh sebaik baiknya pembuat aturan yakni Allah SWT adalah Sistem Islam. Karena, ketika kepemimpinan dengan sistem Islam diterapkan dimuka bumi ini, masyarakat mampu merasakan kedamaian dan keberkahan yang ada.

Wallahu’alam bishowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *