Oleh: Dila.arm (aktivis muslimah Jakarta)
Khilafah merupakan bagian dari sejarah perjalanan kaum muslim dunia. Namun, fakta jauhnya umat dari khilafah sangat terlihat jelas. Banyak orang yang belum paham apa sebenarnya Khilafah. Bahkan umat muslim sendiri phobia terhadap Khilafah hingga memonsterisasi Khilafah. Seolah-olah Khilafah adalah suatu momok yang menakutkan, yang bisa memecah belah umat.
Upaya para pembenci Islam saat ini dalam menjauhkan umat dari Khilafah tidak hanya membuat opini negatif terhadap khilafah. Melainkan dilakukan juga dalam instansi pendidikan. Seperti penghapusan mata pelajaran sejarah tentang Khilafah di Nusantara. Ini adalah bentuk nyata sistem saat ini yang ingin menjauhkan kita dari Khilafah hingga menyembunyikan fakta sejarah Khilafah di Nusantara.
Kriminalisasi terhadap pengemban dakwah Khilafah gencar pula dilakukan oleh sekelompok orang yang merasa terancam oleh opini Khilafah. Mereka terus menggaungkan stigma negatif akan Khilafah kepada publik.
Minimnya informasi hingga terjadi salah persepsi tentang Khilafah, yang akhirnya membuat umat takut jika Khilafah ditegakan di muka bumi ini. Padahal Khilafah merupakan ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Yang seharusnya kita teladani bukan kita hilangkan.
Khilafah sangat dekat dengan Nusantara
Mengapa khilafah terasa jauh bahkan asing, hal ini terjadi karena ditutupnya fakta sejarah di Nusantara membuat umat tidak paham akan keberadaan Khilafah sangat berkaitan erat dengan penyebaran Islam di Nusantara.
Jika kita mau menelusuri dan menapaki sejarah masuknya Islam ke Indonesia maka akan kita temukan ada sebagian wilayah Indonesia yang merupakan bagian dari Khilafah. Bahkan akan banyak kita temukan kesulitan- kesulitan Islam yang merupakan bagian dari Kekhilafahan turki Utsmani.
Muslimahnews.com (07-08-2020). Para sejarawan pun membenarkan bahwa jejak Khilafah di Nusantara itu benar-benar ada. Seperti saat perang dunia 1. Kekhilafahan turki Utsmani menyeru kepada seluruh kaum muslim untuk memerangi musuh-musuhnya tak terkecuali orang muslim yang berbeda di Nusantara.
Selain Aceh yang juga bersekutu dengan Kekhilafahan Turki Utsmani ada banyak kesultanan di Nusantara juga telah bersekutu dengan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, yang dilantik langsung oleh Syekh Abdul Wahid dari Mekah. seperti Kesultanan Buton, Sulawesi Selatan. Salah satu Sultan Buton, Lakilaponto, dilantik menjadi “Sultan” dengan gelar Qaim ad-Din yang memiliki arti “penegak agama”.
Penggunaan gelar “Sultan” ini terjadi atas dasar persetujuan dari Sultan selain di Buton dan Banten yang sejak awal memang menganggap dirinya sebagai kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul. Sejak itu, Sultan Lakiponto dikenal sebagai Sultan Marhum.
Pada akhir abad ke-20, Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan Alquran atas nama Sultan Turki. Di Istanbul, selain itu ada juga tafsir Al Quran yang berbahasa Melayu karangan Abdul Rauf Sinkili lengkap dengan tertera “dicetak oleh Sultan Turki, Raja seluruh orang Islam”. Sejak saat itu Sultan ageng Tirtayasa mendapatkan gelar Sultan dari Syarif Mekah.
Turki Utsmani juga mengamankan rute haji dari wilayah sebelah barat Sumatra dengan mengutus angkatan lautnya di Samudra Hindia. Sultan Turki juga memberikan beasiswa kepada empat orang anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki.
Tidak hanya mengamankan perjalanan haji bagi umat Islam Nusantara, kehadiran angkatan laut Utsmani di Lautan Hindia setelah 904/1498 tetapi juga memberikan dampak yang semakin besarnya saham Turki dalam perdagangan di kawasan ini. Hal ini memberikan konstribusi penting bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi sebagai dampak sampingan perjalanan ibadah haji.
Di saat yang bersamaan, Armada Portugis terus ditingkatkan kehadirannya di Lautan India, tetapi angkatan laut Utsmani mampu menegakkan supremasinya di kawasan Teluk Persia, Laut Merah, dan Lautan India sepanjang abad ke-16
Itulah bukti bahwa khilafah begitu dekat dengan Nusantara. Seharusnya umat menyadari kebutuhan akan tegaknya khilafah. Berjuang untuk menegakkannya bukan malah menjauhinya atau mengkriminalisasinya. Sekarang bukan saatnya lagi kita takut dengan Khilafah, justru ini saat nya kita rapatkan barisan demi terwujudnya persatuan umat Di muka bumi ini dalam naungan syariah dan Khilafah.
Waallahu’am