Oleh: R Andarwati
Situasi politik hari ini mengingatkan saya saat belajar Fisika di SMA tentang hukum I Newton yang menjelaskan fenomena kelembaman. Teori itu menjelaskan benda yang diam akan tetap diam, dan benda yang beregerak beraturan akan tetap bergerak beraturan, kecuali jika ada Gaya F yang bekerja pada benda itu. Guru saya mencotohkan, bila kita berada diatas motor yang diam, kemudia tiba-tiba digas dan bergerak ke depan, maka tubuh kita akan terdorong ke belakang seolah mempertahankan keadaan diamnya. Sebaliknya jika kita sedang berada di atas motor yang bergerak, tiba-tiba direm untuk beerhenti, tubuh kita akan terdorong seolah ingin tetap mempertahankan keadaan bergerak ke depan. Inilah hukum kelembaman dalam Fisika. Dalam dunia politik dikenal dengan istilah Pro Status Quo.
Peradaban Kapitalisme Demokrasi yang sedang menguasai dunia, termasuk di negeri 62 kini sedang mengalami kontraksi hebat, seluruh persendihan nyerinya bukan main, kolesterol kebijakan yang tertuang dalam berbagai undang-undang telah mengakibatkan pengentalan darah perekonomian di berbagai negara termasuk di negeri 62.
Hal ini berdampak pada aliran ekonomi diberbagai urat nadi kehidupan nyaris berhenti. Dampak berikutnya adalah kepala negara di berbagai penjuru dunia termasuk negeri 62 terasa sangat pusing akibat tekanan ekonomi dan politik yang sangat tinggi. Kepala rasanya mau pecah, mungkin begitu kata orang yang merasakan.
Virus Kapitalisme demokrasi telah merusak jaringan saraf, dan organ vital tubuh negara termasuk negeri 62. Jantung Ekonomi Negara yang berfungsi untuk mengelola factor-faktor produksi berkaitan dengan hajat hidup orang banyak dan mendistribusikan aliran dana ke seluruh jaringan primer dan skunder, telah lumpuh akibat kebijakan yang memberikan kebebasan pada swasta nasional, asing, dan aseng untuk mengeksploitasi dan mengusai asset-aset strategis tersebut. Akibatnya Sumber Daya alam, Sumber daya energy, dan factor produksi strategis terkonsentrasi ditangan investor baik swasta nasional, asing, dan aseng.
Virus Kapitalisme Demokrasi juga merusak organ-organ vital negara-negara di dunia. Organ Legislatif yang mestinya berjarak dan berfungsi sebagai pengendali Ekskutif, kini merapat dan hilang kendali. Organ Judikatif sebagai control kinerja ekskutif juga nyaris tidak berfungsi. Lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai regenerasi sel-sel generasi muda, justeru asupan nutrisi agamanya dikurangi dan dianggap produk perang salib yang harus dirubah dan diganti. Akibatnya generasi muda menerawang dengan pandangan hampa tanpa asa. Bahkan antar komponen bangsa yang seharusnya menyatu dalam satuan system kehidupan, namun akibat sesat Kapitalisme Demokrasi antar komponen bangsa seperti kena dampak covid-19, menjadi sel-sel yang saling melemahkan, tidak mampu lagi duduk bersama bicara tentang kondisi negeri dan berkreasi mencari solusi kongkret terhadap problem sistemis yang melanda negeri. Bahkan khilafah sebagai ajaran Islam, obat yang ditawarkan, belum sempat dipresentasikan secara detil tentang dosis pemakaian, metode pengobatan terhadap berbagai penyakit negeri. Obat itu sudah dituduh makar, pembawanya dikriminalisasi, pabriknya dicabut ijin operasionalnya tanpa proses peradilan sebagaimana mestinya.
Beruntung, segenap anak negeri memiliki imunitas yang luar biasa kuat, bak antibody tubuh, mereka secara cepat melakukan regenerasi dan pembelahan sel positif menyebar keseluruh jaringan tubuh negeri yang sakit, gelombang hijrah kalangan milineal secara massif yang diikuti dengan perubahan gaya hidup dan ghiroh perjuangan Islam selamatkan negeri. Mampu menghadirkan secercah cahaya harapan ditengahnya ketidak berdayaan rezim akibat racun Kapitalisme Demokrasi yang kini sedang limbung akibat krisis. System perbankan sebagai pemacu jantung untuk mengalirkan ekonomi, detaknya juga sudah terlihat sangat lemah akibat system ribawi dan mandegnya sector riil sebagai dampak pandemi.
Segenap anak negeri memandang kerasnya tekanan terhadap ajaran Islam Khilafah dan pejuang dakwah sebagaimana hukum kelembaman fisika, bahwa besarnya reaksi rezim yang begitu keras, dipandang berbanding lurus dengan gaya aksi anak-anak bangsa yang berjuang menyelamatkan negeri. Terus berjuang kawan, ingatlah firman Allah dalam QS. Ar Ra’d ayat 11
“sesungghnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka”
Laa tahzan innallaha ma’ana. Wallahu A’lam bish shawab. [ ]