Ketika Sejarah Islam Mulai dibungkam

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Citra Amalia (pendidik)

Sepucuk surat edaran tertanggal 30 September lalu telah sampai kepada sekolah-sekolah. Surat Kepala dinas pendidikan Bangka Belitung pada hari itu ternyata menimbukan pro kontra, apakah yang terjadi?

Tertulis di dalam surat instruksi itu untuk membaca dan merangkum buku Muhammad Al Fatih 1453. Sesosok tokoh islam yang terkenal atas kepemimpinan terhadap pasukannya dan umat Islam. Apakah yang mungkin menimbulkan kontroversi dari hal tersebut?

Karena pada faktanya, yang terjadi belum sempat tugas tersebut terlaksana, tak lama setelah beredarnya surat itu, tepatnya keesokan harinya, langsung beredar klarifikasi lanjutan. Surat itu pun resmi dibatalkan karena dianggap menuai banyak protes (suara.com, Jumat 2/10/2020).

Usut punya usut hal tersebut salah satunya disebabkan oleh pengarang buku tersebut yang tak lain adalah Felix siaw, tokoh agama yang dianggap telah terafilisiasi dengan organisasi tertentu.

Alhasil, tugas membaca dan merangkum buku sejarah itu pun dibatalkan yang tak hanya membingungkan siswa, namun semakin membuat sebagian warga lainnya bertanya-tanya. Apakah yang salah dari sejarah dan buku tersebut?

Buku Muhammad Al Fatih 1453 itu seperti judulnya sangat berkaitan dengan sejarah Islam. Tujuannya adalah memberikan pembaca semangat juang dan renungan. Buku yang menceritakan tentang sejarah penaklukan sebuah kota yaitu Konstantinopel oleh seorang Sultan/ Raja yang semenjak kecil di didik untuk menjadi pemimpin yang cerdas, berani, dan kuat untuk menaklukan daerah adigdaya saat itu dan membuktikan kebenaran bisyarah dari Nabi Muhammad Shalalhualaihiwassalam.

Padahal buku ini juga dapat menjadi inspirasi bagi pemuda bangsa, karena
Muhammad Al Fatih terpilih menjadi seorang panglima perang dan juga gubernur ketika usianya baru menginjak 21 tahun. Beliau juga adalah seorang ulama dan ilmuan yang sudah hafal Al Quran sejak masih kecil. Keahlian lainnya yang juga memukau adalah menguasai tujuh bahasa. Sungguh dapat menjadi contoh panutan bagi pemuda dunia saat ini.

Karena di masa kini, semakin terlihat nyata bahwa masalah besar bangsa Indonesia ini adalah ketiadaan sosok teladan yang dapat di jadikan panutan kehidupan. Apabila kita melihat dari sekitar, sosok yang menghiasi layar kaca atau jagad persosmedan seringkali adalah sosok yang tidak dapat dijadikan rujukan. Namun sayangnya itulah yang dicontoh pemuda masa kini.

Kisah sejarah dalam buku Muhammad Al Fatih yang seharusnya dapat mengangkat mentalitas generasi muda agar menjadi bangsa unggul dengan upaya keras dan doa. Sosok yang menginspirasi atas pencapaian dan prestasinya di usia yang masih muda. Dan hal tersebut bukanlah sebuah kebetulan atau keistimewaan seseorang semata, karena semua tidak dapat terjadi jika bisyarah rasul tidak dijadikan pegangan, tidak akan terjadi apabila aturan islam tidak di terapkan, dan tidak berjalan apabila sistem khilafah diabaikan. Khilafah lah yang berhasil menghasilkan generasi-generasi seperti Al Fatih, penakluk konstantinopel.

Sudah sepantasnya di masa kini kita mendambakan untuk lahirnya generasi seperti Al Fatih adalah generasi yang kita inginkan dapat menjadi pemimpin masa depan. Generasi muda beriman dan bertalenta seperti itu terlahir pada sistem pemerintahan Islam, di masa kejayaan Islam. Dan untuk mencapainya tentu saja perlu kita ketahui sejarahnya, perlu mempelajari nya, tanpa perlu membungkam sebagian dari kisahnya.

Wallahu a’lam bishawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *