Ketika Mimpi Itu (Hampir) Menjadi Kenyataan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Siti Maftukhah, SE. (Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

Dulu, Khilafah dianggap sebagai mimpi. Orang-orang yang memperjuangkannya dianggap pemimpi, tidak realistis, cuma bisa omong doang dll. Uniknya, meski dianggap mimpi, namun perjuangan untuk mewujudkannya juga tak mulus-mulus saja. Artinya, selalu ada upaya untuk menghalangi perjuangan ‘para pemimpi’ untuk mewujudkan Khilafah, baik dengan cara legal ataupun ilegal.

Penyematan dengan sematan yang negatif sudah dilakukan bertahun-tahun. War on Terorism (WoT) yang dilancarkan Amerika, timbul tenggelam kemunculannya. Namun upaya ini sepertinya tak membawa hasil yang memuaskan bagi pencetus ide.
Buktinya, tak menyurutkan kaum Muslim untuk menampakkan dukungannya pada perjuangan Khilaf4h. Bahkan masyarakat umum mulai menaruh simpati pada perjuangan ini dan semakin mengerti bahwa WoT hanyalah konspirasi Barat untuk melumpuhkan semangat kaum Muslim untuk dekat dengan agamanya.

WoT sebagai upaya untuk menakut-nakuti kaum Muslim, seolah ide yang akan terus dipelihara oleh Barat untuk memberangus kelompok yang dianggap radikal.

Setelah stigma teroris kurang begitu laku, dimunculkan istilah yang lain, yakni radikal. Kaum Muslim yang latah, jadi ikut-ikutan mengumandangkan perang terhadap kelompok yang dianggap radikal, tanpa mengetahui makna radikal yang sebenarnya.

Di Indonesia sendiri, kelompok yang dianggap radikal dijegal dengan undang-undang, yaitu UU Ormas. Siapa pun yang kedapatan bersenggolan dengan ide Khilaf4h, meski bukan termasuk anggota kelompok pasti akan dipersekusi. Bahkan para ulama yang lurus pun juga dipersekusi, apalagi anggotanya.
Semua yang berbau Khilaf4h akan disingkirkan dalam rangka memuluskan rencana menguasai negeri-negeri kaum Muslim, yang oleh Allah memang diberi kelimpahan kekayaan yang luar biasa.

Saat pandemi seperti sekarang, Khilaf4h yang dianggap mimpi malah menjadi hal yang bisa mengeluarkan persoalan-persoalan yang selama ini dihadapi oleh dunia. Masa pandemi adalah masa diingatkannya manusia akan kebobrokan sistem yang selama ini telah mengungkung dunia. Sistem yang tak mampu mengatasi persoalan di masa pandemi maupun di masa normal karena sistem ini buatan manusia, dengan segala kelemahannya.

Akan kita lihat, saat mimpi itu akan menjadi sebuah kenyataan bahkan menjadi penolong bagi dunia untuk keluar dari persoalan wabah ini. Mimpi bagi penentangnya, namun kepastian (kenyataan yang akan terwujud) bagi pejuangnya. Wallahu a’lam[]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *