Ketika Among Us Jadi Idola

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Dian Anjarwati (Member Linimasa Writing Academy)

Bermain bisa jadi sarana lepas lelah. Apalagi saat ini musim pandemi, bermain adalah salah satu cara ampuh atasi kebosanan yang katanya tingkat tinggi. Efek harus di rumah aja, meniadakan kumpul bersama adalah protap kurangi corona. Tentu saja, pilihan bermain pun tidak mungkin dengan kunjungan ke arena,  saat ini bermain online lebih digemari, karena bisa dilakukan di rumah aja.

Gim online yang kita kenal memang tidak hanya satu dua, dan tidak saat ini saja ramai dimainkan. Jauh sebelum corona, permainan online ini sudah banyak peminat, baik anak-anak, remaja hingga orang tua. Salah satu dari sekian gim yang diminati sekarang adalah permainan kewaspadaan antara crewmate sang teman seperjuangan dan impostor, sosok penjahat yang menyamar. Aksi mereka dalam gim Among Us ini tidak lain adalah saling tuduh, menyalahkan, berbohong serta eksekusi pemain yang diduga sebagai penjahat. Seperti itulah dunia gim, kadang dianggap mengedukasi pemainnya, namun banyaknya merusak pengguna game itu sendiri.

Pengguna gim online Among Us melonjak 2,5 juta dalam sebulan di tengah pandemi corona. Secara harian, jumlah pemain aktif gim online ini bahkan mengalahkan PUBG Mobile pada 14 September lalu. Saat itu ada 388.385 orang bermain Among Us. Pada hari yang sama, gim PUBG digunakan oleh 381 ribu pemain (gamer). Among Us hadir di layanan distribusi digital gim Steam sejak akhir 2018. Namun popularitasnya melonjak saat pandemi Covid-19, karena ada banyak masyarakat yang beraktivitas di rumah (katadata.co.id).

Naiknya pengguna gim ini pasti munculkan kekhawatiran, karena sampai menyentuh angka peningkatan unduhan hingga 661 persen pada Juli 2020. Itu setara dengan 18,4 juta unduhan. Saat pandemi, semboyan atasi kebosanan jadi hal yang paling diagungkan masyarakat, lalu para Youtuber gim yang memainkan juga di channel mereka membuat tersebar luasnya informasi ini. Dengan racun berbalut madunya, game mengandung candu yang membuat pemainnya merasa belum puas ingin main lagi main terus. Itu termasuk efek negatifnya selain rusaknya moral, mental dan sosial para generasi.

Adanya interaksi meski secara online seperti gim Among Us ini tetap saja bisa merusak tatanan kehidupan sosial generasi muda. Ajaran gim Among Us yang menaruh curiga, was-was, fitnah, berbohong hingga mengkhianati teman bisa jadi kebiasaan yang tadinya ada dalam gim lalu masuk dalam kehidupan nyata. Belum lagi dengan efek candunya, para pemain akan kehilangan banyak waktu berharganya. Padahal Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang diriwayatkan Abu Hurairah “Diantara kebaikan seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi).

Melihat nilai keuntungan besar di depan mata membuat kapitalis mempertahankan bisnis ini. Semakin banyak yang memainkannya, raupan keuntungan kian meningkat. Tidak akan ada dalam benak kapitalis memikirkan efek merusak yang timbul dari gim online. Semuanya akan dikembalikan pada diri pengguna, dan manusia yang memiliki hawa nafsu pun, masih banyak yang terjebak bahkan kecanduan. Ini jelas membahayakan, mengingat generasi muda banyak menjadi korbannya. Maka, peran sebuah negara sangat dinantikan untuk mengatur ini semua, bukan malah membebaskannya. Rusaknya mental generasi muda tanggung jawab semua, lebih lagi sebuah negara. Karena mereka lah yang menggantikan peran penguasa sebelumnya.

Dalam Islam, penguasa ibarat pengurus dan pelindung umat. Dalam hal ini termasuk melindungi umat dari hal yang merusak akal. Setiap individu rakyat akan menjadi tanggung jawabnya di akhirat kelak. Bagaimana mereka mendapatkan kebutuhan pokoknya, lalu terjaminnya pendidikan, ekonomi dan interaksi sosialnya, juga dalam perlindungan hukum tiap orang. Belum lagi terciptanya ketentraman dan ketenangan dalam ibadah hingga hal-hal yang bisa mempengaruhi keimanan mereka, juga terpujinya akhlak rakyat menjadi tanggung jawab penguasa. Tentu saja semua hal tadi dapat diwujudkan dengan penerapan Syariat Islam secara keseluruhan dalam bingkai sebuah Negara Islam.

Sebagai pelopor teknologi dunia, Islam tidak anti pada teknologi mutakhir. Asalkan perkembangan teknologi sejalan dengan pelaksanaan Hukum Syariat yang berguna untuk Ibadah, Mualamalah, Dakwah dan Jihad.

Permainan juga ada pada Islam, hanya saja berisi konten positif dan pastinya mencerdaskan untuk mendukung proses pendidikan. Ini karena dasar berkembangnya sebuah teknologi dalam Islam berdasar keimanan untuk kepentingan agama. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi kaum Muslim dalam penggunaan sebuah teknologi, sesuai Hukum Syara’ untuk menyebarkan Islam secara menyeluruh ke tengah umat. Wallahu’alam.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *