Kemenangan dalam Penderitaan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Revina

 

Ya Allah, Lindungilah saudara-saudara kami di Palestine,

di Suriah,

di Rohingya,

dan seluruh kaum muslim di Dunia, Aamiin.

 

Serangan dan agresi militer Polisi Israel terus terjadi, akibatnya bentrokan pun tak dapat terelakkan. Lebih dari 200 orang Palestine luka-luka dan 88 diantaranya dilarikan ke rumah sakit, setelah Masjid Al Aqsa diserang dua malam berturut-turut. Sebelumnya, diperkirakan 90.000 jamaah Muslim sedang  beribadah  di Masjid Al Aqsa pada saat penyerangan terjadi, Jumat (07/05/2021) [1].

Diketahui bahwa latarbelakang kembali bersitegangnya kedua belah pihak dikarenakan adanya rencana Israel menggusur warga Palestina yang tinggal di pemukiman Sheikh Jarra, Yerussalem Timur. Padahal, warga Palestina tinggal secara resmi disana karena masuk dalam bagian Palestina. Maka sebagai bentuk protes, warga menggelar aksi di sekitar Masjid Al Aqsa yang kemudian direspon dengan “penertiban” keras oleh Kepolisian Israel [2]. Namun sangat disayangkan, “penertiban” dari kepolisian Israel ini berujung pada pembubaran paksa warga Palestina yang tengah melaksanakan ibadah terawih di Masjid Al Aqsa. Polisi Israel yang dilengkapi dengan perlengkapan antihuru-hara menembakan peluru berlapis karet hingga membuat para jamaah mencoba mempertahan diri dengan melemparkan kursi, sepatu, dan batu kepada kepolisian Israel [3].

Belum Kemenangan yang Sesungguhnya

                 Detik demi detik telah berlalu, tak terasa Ramadhan dipenghujung waktu, sayup-sayup gema takbir pun semakin menambah rasa haru sekaligus syahdu, tak terasa hari kemenangan yang dinanti telah bertemu namun bulan penuh rahmat dan ampunan kian berlalu. Menuju hari kemenangan, banyak yang merasa telah mencapai puncak kesabaran, padahal sebenarnya masih harus terus berjuang.

Idul Fitri seharusnya menjadi titik temu bagi para Pemenang, setelah sebulan penuh melatih diri melawan nafsu dunia. Tapi pada nyatanya, kini Idul Fitri menjadi ajang umat muslim untuk sibuk dalam hal sia-sia yang syarat akan pernak pernik fana. Berburu pakaian baru hingga kue-kue khas lebaran yang beraneka macam seperti suatu ritual yang wajib adanya, bahkan hingga mengorbankan malam-malam penuh kemuliaan di 10 hari akhir Ramadhan.

Dalam bahasa sebagian ulama menyatakan [4],

Laysa al-‘id li man labsa al-jadid, innama al-id li man tha’atuhu tazid”

 “Hari Raya bukanlah untuk orang yang mengenakan segala sesuatunya yang serba baru. Hari Raya hanyalah untuk orang yang ketaatannya bertambah”

Hal ini pun sesuai dengan apa yang Allah firmankan dalam surat Al-Baqarah 183 :

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Maka mereka yang ketaatan dan ketakwaannya bertambah  inilah yang layak merayakan hari kemenangan yang sesungguhnya. Namun bagaimana fenomena masyarakat kita hari ini, menjadikan hari Raya sebagai momentum melakukan kebebasan kembali. Bulan Ramadhan hanya dijadikan bulan scorsing sementara dalam bermaksiat. Saat bulan Ramadhan berlalu, maka berlalu pula ketaatannya.

Masjid-masjid kembali menjadi jarang dikunjungi, tontonan religi kembali mengumbar pornagrafi, dan parahnya mereka yang berusaha menjalankan ketakwaannya dengan sepenuh hati selepas dari bulan suci ini harus siap-siap dipersekusi dan dianggap para antek-antek teroris. Miris memang, namun itulah faktanya ketika sistem sekular yang memisahkan antara agama dengan kehidupan telah mendarah daging ditubuh kaum muslim kebanyakan saat ini.

Ironinya, saat kaum muslim dinegeri ini berlomba disibukkan dengan hal-hal yang melenakan duniawi, dimalam-malam yang bahkan lebih baik dari 1000 bulan, ada yang terlelap dengan hangat selimutnya, ada pula sebagian yang bangun dan menghidupkannya dengan bermunajad kepada Sang Maha Rahmat dengan penuh tuma’ninah, namun para kaum muslim dibelahan bumi lain seperti Palestina harus bertaruh nyawa hanya demi bermesra dengan Sang Ilahi.

Lagi dan lagi, muslim Palestina harus berdarah karena membela hak mereka namun justru diserang dengan membabi buta, dan kita hanya bisa diam atau malah sibuk merayakan “kemenangan” yang sejatinya belum layak kita dapatkan, atas kemaksiatan yang masih terus berlangsung tengah-tengah kaum muslim, atas pengorbanan mereka muslim Palestina yang terus mempertahankan tanah para syuhada dan masjid Al Quds yang dirampas paksa para penjajah, yang sejatinya bukan hanya kewajiban mereka saja, namun kewajiban seluruh kaum muslim. Tetapi kita tidak dapat berbuat apa-apa, para pemimpin negeri negeri muslim pun hanya mengecam tanpa aksi yang nyata. PBB yang menyatakan diri mereka adalah pelindung kedamaian dunia juga tak luput dalam menutup mata dan telinga.

Padahal Rasulullah bersabda

”Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Maka sejatinya, saat ini umat muslim belum merayakan kemenangan yang sesungguhnya. Umat muslim saat ini masih  tercerai berai dan terjajah,  baik dalam hal soft power dengan pemikiran dan paham-paham turunan sekularisme yang dijadikannya sebagai pedoman hidup, maupun dengan hard power seperti yang dialami oleh umat muslim Palestina. Oleh karenanya kita membutuhkan suatu institusi pelindung yang dapat menandingi paham sekularisme itu, yaitu Khilafah ala min haj nubuwwah yang menerapkan islam dan melindungi seluruh kaum muslim dimanapun mereka berada.

Wallahua’lam bishawab.

Rerensi :

  1.  https://www.kompas.com/global/read/2021/05/10/155307570/masjid-al-aqsa-palestina-diserang-2-malam-200-orang-lebih-luka-luka?amp=1&page=2. Diakses pada 11 Mei 2021
  2. https://dunia.tempo.co/amp/1460955/bentrok-antara-palestina-dan-israel-kembali-terjadi-di-malam-lailatul-qadar. Diakses pada 11 Mei 2021
  3. https://amp.kompas.com/tren/read/2021/05/09/110500765/konflik-palestina-israel-pengusiran-warga-dan-kecaman-internasional- . Diakses pada 11 Mei 2021
  4. https://www.muslimahnews.com/2021/05/10/hari-raya-yang-sesungguhnya/. Diakses pada 10 Mei 2021
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *