Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler
Sarah
Aktivis Muslimah
Pendidikan di Indonesia, saat ini, sedang disorot oleh banyak pihak. Mulai dari aturan kurikulum yang digunakan, peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, standar mutu sarana dan prasarana sekolah. Hingga yang paling utama, yaitu para pelajar dan mahasiswa yang dihasilkan dari pendidikan itu sendiri. Apakah sudah sesuai dan layak untuk bersaing dikancah global?
Tuntutan Kepada Mahasiswa
menapaki sejarah pendidikan di Indonesia, nampaknya kemajuan dan perkembangan pendidikan Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain. Alih-alih bergerak stabil, justru semakin menurun seiring bertambahnya usia kemerdekaan Indonesia. Berbagai aspek pendidikan yang dirancang oleh para penguasa, tidak lebih dari sekedar slogan kosong belaka. Bahkan mahasiswa yang berperan sebagai garda terdepan bangsa, belum mampu menjalankan tugasnya dengan maksimal.
Tuntutan demi tuntutan yang ajukan rakyat bahkan pejabat, dirasa semakin mencekik mahasiswa dalam melaksanakan tridharma. Pasalnya, di luar tugasnya sebagai mahasiswa, mereka juga disudutkan dengan persoalan di luar tanggung jawab. Seperti, biaya operasional pendidikan, perputaran roda perekonomian untuk keberlangsungan hidupnya, hingga beban akademik yang melebihi batas menjadi polemik semua mahasiswa. Alhasil, harapan tinggi yang ingin dicapai bangsa ini pun harus pupus. Bagaimana solusi yang diberikan para pemegang kebijakan negara?
Mental Rapuh Berujung Petaka
dampak yang dirasakan oleh para mahasiswa tidak sedikit, fisik dan mental menjadi taruhannya. Lalu, sikap apa yang diambil oleh para penguasa yang mengaku sebagai perwakilan orang tua? Tidak lain, hanya memfasilitasi dengan pinjaman hutang dan konsultasi jiwa. Apakah cukup? jawabannya dapat dilihat dari fenomena yang terpampang hari ini. Kasus pinjol, judi online, jual diri, hingga mengakhiri hidup menjadi buah dari solusi yang diberikan para pejabat. Lantas, apa yang menjadi penyebab awal seluruh permasalahan ini?
Tak perlu, lempar batu sembunyi tangan, sudah jelas bahwa akar permasalahannya ialah sistem pendidikan sekuler. Sistem pendidikan sekuler dimana antara keimanan (agama) dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai manusia yang memiliki akal, sering menganggap bahwa diri ini mampu mengatasi segala persoalan. Semua aturan kehidupan mampu dirancang dan dibangun dengan konsep manusiawi.
Padahal sejatinya, manusia adalah makhluk yang lemah dan tak jarang ingin menguasai segala hal. Maka, akan muncul saling tindas-menindas antara yang lemah dengan yang kuat kedudukannya. Mahasiswa yang dipandang besar tanggung jawabnya, namun lemah posisinya dihadapan penguasa, sering menjadi korban.
Tidak sedikit akhirnya, mahasiswa yang tidak tahan menghadapi semua tekanan dan masalah yang ditujukan kepadanya. Program revolusi mental, nampaknya hanya akan menjadi angan-angan belaka. Mental yang kuat tidak hanya didapat dengan cara memberikan beban yang bertahap dan terus menerus. Namun, butuh pondasi keimanan dan akal pikiran yang cemerlang guna membentuk dan merawat mental yang kuat.
Generasi Emas dan Berlian
pelatihan mental serta keahlian kognitif yang mumpuni, tampaknya hanya dapat dibuktikan dengan jelas pada sistem pendidikan Islam. Berbagai penemuan mutakhir serta para tokoh-tokoh dengan keluasan wawasan serta mentalitas kuat menjadi buah dari penerapan sistem pendidikan Islam. Hal ini, masih belum mampu diikuti oleh sistem pendidikan sekuler, bahkan hasilnya justru bertolak belakang.
Dalam Islam, pola pemikiran (akal) dan cara menyikapi masalah yang berlandaskan akidah Islam menjadi dasar pembentukan kepribadian serta mental manusia. Inilah yang menjadi ujung tombak terbentuknya generasi emas dan berlian. Mahasiswa yang sejatinya memiliki peran penting dalam negara, akan didukung penuh dalam sistem pendidikan Islam. Seluruh fasilitas pendidikan serta biaya hidupnya akan ditanggung oleh negara. Penguatan pemikiran Islam dan cara penyikapan terhadap kehidupan akan diberikan melalui berbagai aspek pendidikan.
Generasi muslim akan mampu menampakkan jati dirinya bagai emas dan berlian dikancah internasional. Sekarang, tantangannya adalah mau serta siapkah memilih sistem Islam sebagai pedoman dalam hidup berbangsa dan bernegara?