Sungguh tak henti-henti ujian menyapa negeri kita tercinta ini. Belum selesai terjangan masalah selama pandemi Covid-19, eh datang berbagai hal yang membuat kita geleng-geleng kepala sampai mengurut dada. Mulai dari pengesahan UU Ciptaker yang dicap sebagai UU cilaka bagi para buruh dan masyarakat termaginalkan lainnya hingga munculnya hasrat penguasa untuk tetap ‘tancap gas ‘ pelaksanaan Pilkada padahal cluster-cluster Covid 19 masih bertebaran dimana-mana. Hal-hal tadi pun datang menyapa kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia tak terkecuali kalangan emak-emak yang setiap hari berjibaku dengan banyak masalah terutama selama pandemi ini terjadi.
Disaat ini para emak-emak disibukan dengan mendamping Ananda melakukan pembelajaran jarak jauh lewat media daring, yang tak jarang menantang hingga panasnya naik ke ubun-ubun. Dan beberapa juga dihadapkan pada sulitnya mengatur keuangan keluarga karena terkena imbas pandemi. Atau setiap hari berkutat pada pekerjaan yang tiada akhirnya karena seluruh keluarga terpaksa ‘ work and study from home “, sungguh menjadi para ibu di kondisi seperti ini tidaklah mudah. Boro-boro diberikan dispensasi untuk memiliki “me time” atau sekedar diberi uang jajan tambahan untuk penambah semangat, yang terjadi terkadang tugas ibu menjadi pekerjaan yang penuh rasa penat dan rentan stress.
Beberapa fakta miris pun bermunculan selama pandemi di tengah rumah tangga masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah berita mengenai kekerasan pada anak usia 8 tahun yang dianiaya orangtuanya sendiri akibat tidak mampu mengikuti pembelajaran via daring. Dituliskan dalam halaman berita media Kompas :
“ Menurut keterangan KPAI, anak mendapatkan beberapa pukulan, di antaranya menggunakan gagang sapu, saat belajar online hingga meninggal dunia. KPAI menyatakan sangat prihatin atas perbuatan kedua orangtua korban yang justru membawa jenazah korban dengan kardus ke Lebak dan dimakamkan sendiri secara diam-diam “ (https://www.kompas.com/edu/read/2020/09/16/074947171/orangtua-bunuh-anak-saat-sulit-belajar-online-kpai-kekerasan-picu-masalah?page=all.).
Selain efek sosial yang menimpa anak-anak, kekerasan pada perempuan pun meningkat selama terjadinya pandemi. Anak-anak, perempuan atau lansia memang kerap kali mudah menjadi objek kekerasan dalam rumah tangga. Dilansir dari hasil penelitian Komnas Perempuan pada April-Mei 2020 dengan judul ” Kajian Dinamika Perubahan Di Dalam Rumah Tangga Selama Covid 19 Di 34 Provinsi Di Indonesia” didapatkan kesimpulan salah satunya bahwa:
“ Berdasarkan jenisnya, pada perempuan lebih banyak mengalami semua jenis kekerasan dibandingkan laki-laki. Selama Pandemi COVID-19 secara umum kekerasan psikologis dan ekonomi lebih umum dialami oleh responden daripada jenis kekerasan lainnya. Untuk kekerasan psikologis, 15,3%, atau 289 perempuan, menjawab kadang-kadang mengalami, dan 3,5%, atau 66 perempuan, menjawab sering mengalami. Sementara, untuk kekerasan yang sama hanya 10,81%, atau 41 laki-laki, yang menjawab kadang-kadang dan 0,54% atau 2 orang yang menjawab sering. Untuk kekerasan ekonomi,hampir 10 persen dari responden perempuan mengalami (kadang-kadang atau sering), atau setara dengan 135 orang. Sedangkan laki-laki yangmengalami hanya kurang dari 4%, atau setara dengan 18 orang, dari total 379 responden laki-laki “ (https://www.komnasperempuan.go.id/).
Di sisi yang lain, selama pandemi pun terjadi peningkatan tingkat perceraian terutama di pulau Jawa. Umumnya gugatan cerai diajukan dari pihak istri dan diakibatkan adanya masalah ekonomi akibat terdampak pandemi Covid-19. Kebanyakan dari mereka beralasan tidak mendapat jaminan diakibatkan suami terkena imbas PHK atau secara finansial terganggu karena adanya musibah pandemi. Wilayah yang paling tinggi tingkat perceraiannya adalah Provinsi Jawa Barat lalu disusul oleh kota Semarang dan Surabaya (Jumat, 28 Agu 2020 , detiknews ).
Sampainya kabar-kabar tadi menunjukan bahwa kondisi para ibu saat ini memang rentan terhadap stress. Secara umum memang pandemi ini memberikan gelombang pengaruh tidak hanya pada perempuan saja namun juga kalangan laki-laki namun dikarenakan adanya pergeseran kondisi menjadikan menjadikan beban terutama pendidikan, pengasuhan dan sektor domestik ada di pundak para ibu. Hal-hal inilah yang terkadang menjadi ‘challenge’ bagi kaum emak-emak tuk mempertahankan kewarasannya. Dan sayangnya tidak banyak yang memperhatikan kesehatan mental para ibu padahal di pundaknyalah terdapat tugas mulia nan agung mendidik dan mengasuh generasi masa depan.
Islam Memuliakan Perempuan
Islam, sebagai agama dan jalan hidup amatlah memuliakan kaum hawa. Dikarenakan tugas dan posisi spesial para kaum perempuan sebagai Ummu wa Rabbatul-Bait, sebagai seorang ibu dan manajer rumah tangga. Kesehatan dan kesempurnaan lahir batin seorang ibu dijaga karena tugas utamanya langsung berhubungan dengan pendidikan calon penerus generasi. Beberapa hal yang diperhatikan Islam terkait peran ini adalah :
- Islam menetapkan bahwa setiap perempuan memiliki hak yang sama dengan kaum pria.
Allah SWT telah berfirman di dalam QS an-Nisa ayat 7 yang berbunyi :
لرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ وَالْاَقْرَبُوْنَۖ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ وَالْاَقْرَبُوْنَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ اَوْ كَثُرَ ۗ نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًا –
Yang artinya : “ Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan”.
- Islam memuliakan kaum perempuan.
Islam sangatlah menjaga kemulian perempuan dengan memerintahkan kepada kaum laki-laki untuk bergaul dengan mereka secara patut atau ma’ruf, sebagaimana yang termaktub dalam QS an-Nisa ayat 19 yaitu :
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ
Yang berarti : “Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut “.
Dan juga sejalan dengan sabda Rasulullah SAW :
« وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا » متفق عليه
“Berwasiatlah kepada wanita dengan baik” (HR. Bukhari Muslim), makna berwasiat di sini adalah mintalah wasiat dari dirimu sendiri terhadap wanita, atau mintalah dari wanita dan amalkanlah serta berbuat baiklah kepada mereka ( Dalil al-Falihin 2/94 )
- Perempuan berada dalam kepemimpinan, perlindungan dan pengurusan kaum laki-laki.
Allah SWT telah menyampaikan pada kita dalam kalamNya yaitu :
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِه
Yang artinya : “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya” ( QS an-Nisa ayat 34 ).
Dan Rasulullah SAW turut mewasiatkan bahwa seorang perempuan berada dalam tanggung jawab dan perlindungan suami atau walinya sebagaimana yang sampai kepada kita lewat sabda Beliau SAW yang berbunyi :
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka…” (HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829).
- Islam mewajibkan penafkahan ada di pundak kaum laki-laki.
Maha Benar Allah SWT ketika menetapkan aturan ini agar setiap hamba Allah SWT mampu menjalankan perannya masing-masing secara sempurna dan paripurna termasuk para kaum ibu, dijaga agar selalu fokus dalam menjalankan amanahnya menjadi ibu, madrasah pertama dan manajer rumah tangga. Perintah menafkahi ini termaktub di dalam ayat 233 dari QS al-Baqarah :
وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ
Artinya : “ Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut ”.
Ada banyak sekali perintah syariat yang memuliakan dan mengedepankan adab yang baik dalam berinteraksi kepada para perempuan termasuk di dalamnya kaum ibu. Namun tuk saat ini gambaran kemuliaan tadi tampak makin memudar. Penerapan nilai-nilai kebaikan dan norma Islam sudah tak diamalkan. Jadilah para ibu dan kaum perempuan bersusah-payah menghadapi tantangan zaman terutama pada saat pandemi ini. Para ibu dipaksa tertatih-tatih dan terseret-seret menjalankan tugas mulianya. Kewarasan adalah harga mahal yang harus ditebus saat kondisi kaum perempuan seperti saat ini. Pada saat yang sama pun kadang terpaksa bekerja di luar rumah untuk menyokong perekonomian keluarga. Lantas bagaimana tetap mawas diri menjalani tugas dan amanah besar mencetak generasi ??
Mari Tetap Waras Dan Mawas Mak !
Beberapa cara yang bisa ditempuh tuk tetap waras dan mawas dalam kondisi seperti ini adalah seperti ini ibu-ibu rahimAllah :
- Menguatkan dan menebalkan keyakinan , juga takwa kita kepada Allah SWT karena sebagaimana yang dikatakan oleh Allah SWT dalam firmanNya bahwa bekal terbaik adalah ketakwaan :
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Yang artinya : “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!”- QS al-Baqarah ayat 197.
Takwalah yang akan menguatkan kepasrahan kita kepada Allah SWT, menyokong daya tahan kita saat ditimpa musibah apapun. Takwa juga yang menjadikan kita pandai bersyukur dan selalu bersabar.
- Selalu menyemangati diri kita bahwa tiap amal, pengorbanan dan peluh kita adalah ibadah yang bila dijalankan dengan niat ikhlas dan sesuai syariatNya akan diganjar syurga oleh Allah SWT. Cukuplah hadits Rasulullah SAW dibawah ini menjadi penguat kita :
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471).
insyaAllah ibu-ibu kita berharap menjalankan peran kita sebagai ibu dan manager rumah tangga adalah bagian dari ketaatan kita kepada Allah SWT dan kepada suami kita. Maka apakah kita tak tergiur dengan bisyarah ( kabar gembira ) ini ?!
- Terus menerus mencari ilmu yang bisa menguatkan keimanan dan kemampuan kita sebagai muslimah dalam mengemban tugas mulia. Allah SWT menurunkan wahyu pertama dalam QS al-Alaq ayat 1-5 berisi seruan tuk mereguk mata air ilmu. Memerintahkan kita untuk membaca dan menulis yang semuanya bermuara kepada upaya mengumpulkan ilmu. Selain itu sampai juga kepada kita sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
Artinya: “Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah berilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.”(HR. Bukhari dan Muslim).
- Saling menguatkan antara sahabat muslimah lewat nasihat dan ilmu yang bisa menguatkan satu dengan yang lainnya. Saling mengokohkan syiar Islam sehingga tersebar kebaikan dan berkah manfaat ilmu antar sesame. Selaras dengan apa yang Allah maktubkan dalam firmanNya dalam QS al-Asr yang artinya :
“Demi masa,sungguh, manusia berada dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”.
Maka Mak semoga kita mampu tetap bertahan dalam kondisi ini sembari menunggu kembali tegaknya Islam yang akan menjaga kita para emak-emak dan menguatkan peran mulia kita. Sungguh kemenangan Islam itu dekat seperti apa yang dijanjikan Allah SWT dalam QS an-Nur ayat 55 :
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
Yang artinya : “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.
Allahu ‘alam biShawwab