Kebijakan Covid-19 Berubah-Ubah Sebab Tak Punya Arah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Tri nuryani

Kurva penyebaran virus corona (COVID-19) secara nasional terus meningkat di Indonesia. Bahkan, angka positif COVID-19 dan kluster baru ditemukan di sejumlah daerah. Presiden Jokowi pun sempat meminta agar daerah melakukan pengetatan protokol kesehatan. Direktur Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menilai, peningkatan kasus positif COVID-19 karena munculnya kebijakan yang berubah-ubah dari pemerintah. Di sisi lain, terdapat pelonggaran pembatasan sosial menuju new normal, saat ini kembali dilakukan pengetatan setelah kasus positif meningkat.(Sindonews.com 13 Juli 2020).

Pemerintah sejak awal telah gagal memetakan masyarakat, sehingga dalam penanganan pun tidak miliki sasaran spesifik. Ada sebagian masyarakat yang tidak menyadari bahaya pandemi, juga tidak merasa terdampak. Lalu lintas dan pengawasan terhadap pergerakan orang mulai mengendur, sehingga tak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa kehidupan sudah normal seperti biasanya. Dampaknya masyarakat ‘abai’ lalu menafsirkan sendiri-sendiri istilah new normal. Sehingga aktivitas tetap berjalan sebagaimana kebutuhan harian, pemerintah terlalu politis dalam menangani pandemi. Inilah yang kemudian lebih banyak polemik di banding hasil pelandaian kurva.

Penerapan new normal bukan hanya membingungkan publik, semakin mempertegas bahwa pemerintah ingin menghindari tanggung jawab pada rakyat. Ini terlihat jelas karena pemerintah enggan memenuhi kebutuhan rakyat selama PSBB. karena jika PSBB terus berlanjut maka keuangan negara akan goyang untuk memberi subsidi ke rakyat. Selain itu dampak dari kebijakan yang berubah-ubah itu adalah kegagalan yang berimbas pada semua aspek.

Di antaranya pemerintah tidak signifikan mengendalikan ekonomi, juga gagal menekan laju sebaran pandemi. Ini membuktikan negara telah gagal dalam mengelola urusan umat. Sebagai orang tua pun dibikin pusing apa harus memasukan anak- anak kesekolah atau tetap menjalankan pelajaran online dirumah (daring). Disisi lain takut ketinggalan mata pelajaran namun ketakutan akan penyebaran virus yang semakin banyak lebih tinggi karena anak-anak rentan terdampal virus ini.

Dalam hal ekonomi, sama halnya seperti krisis keuangan 2008, pandemi Covid-19 sepertinya telah menjadi angsa hitam bagi dunia, termasuk Indonesia. Tidak hanya menjadi bencana kesehatan, pandemi tersebut telah menjadi momok menakutkan bagi aktivitas ekonomi. IMF bahkan menyebut resesi ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 adalah yang terburuk sejak Depresi Besar (Great Depression). Jika krisis keuangan 2008 mengakibatkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) global sebesar 0,1 persen pada 2009, maka resesi ekonomi akibat Covid-19 yang disebut sebagai Great Lockdown dapat menurunkan PDB global sebesar 3 persen. (Politik pinter.com 2 mei 2020).

Tampaknya pemerintah belum cukup puas menempatkan rakyat pada level penderitaannya sekarang. Di tengah kesulitan yang kian parah akibat wabah, berbagai kebijakan yang menyulitkan rakyat malah terus diluncurkan. Baru-baru ini misalnya, ramai pemberitaan soal aduan puluhan ribu masyarakat yang tagihan listriknya tiba-tiba membengkak. Meski pihak PLN berusaha menjelaskan, tetap saja tak menghilangkan fakta bahwa hal ini sangat memberatkan rakyat, naiknya iuran BPJS, mahalnya biaya rapit test, mahalnya kebutuhan pokok dan masih banyak lagi.

Musibah yang berkepanjangan ini belum juga Allah SWT hilangkan, mungkin Allah menunggu sampai dimana manusia mengatasinya dan berikhtiar dengan cara yang diridhai Allah, apakah umat semakin taat atau zalim. Faktanya masih banyak orang yang belum menyadari bahkan tidak berintropeksi. Dan negara pun yang seharusnya bertanggung jawab atas hak- hak rakyatnya seakan lepas tangan. Mereka cuma suka berjanji yang tidak pasti disinilah rakyat butuh sistem yang tepat yang bisa mengatasi permasalahan dan kesejahteraan rakyat.

Maka jalan satu-satunya adalah kembali kepada aturan Islam yang jelas datangnya dari Allah SWT dan dicontohkan Rasululullah SAW. Mungkin ini adalah rencana Allah dengan adanya corona, sengaja Allah membersihkan, menghilangkan kezaliman, kemaksiatan, dan dari kesombongan manusia. Semoga ini adalah awal dari janji Allah dengan tegaknya hukum syariat Islam (Khilafah). Karena jika ajaran Islam benar- benar diamalkan dan sistem Islam diterapkan, akan membawa rahmat bagi seluruh Alam. Wallahua’lam bishowab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *