Oleh Agung Andayani
Dunia saat ini menggadang-gadang sistem terbaik adalah sistem demokrasi kapitalis. Sistem yang lahir dari kejeniusan akal manusia. Maka negara pengusung AS (Barat) mengimpor sistem ini ke penjuru dunia. Negara-negara dipaksa harus tunduk dan mengembannya. Coba kita perhatikan bagaimana Barat memaksa negara di dunia untuk mengemban demokasi kapitalis. Faktanya misi impor sistem demokrasi sudah dimulai sejak tahun 1990 an. Sudah berapa nyawa manusia yang dibunuh dan yang ditumbangkan untuk menerapkan sistem ini. Dan kita lihat hasil penerapan dari sistem demokrasi kapitalis ini. Apakah ada dampak baik dalam tatanan peradapan dunia?
Secara fisik kita perhatikan banyak gedung-gedung menjulang dibangun. Teknologi dan transpotasi berkembang pesat. Akan tetapi dari sisi keamanan dan sosial seperti akhlak kepribadian manusia sangat buruk. Lebih buruk pada zaman jahilia dimasa sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi. Contoh dulu jika ada perempuan yang akan melahirkan dan banyi yang lahir ternyata perempuan maka langsung dikubur hidup-hidup. Sekarang banyi belum lahir belum diketahui jenis kelaminnya sudah dibunuh. Riba dan zina marak. Sekarang dari tingkat negara sampai ke tingkat RT riba dan zina hampir merata dan bahkan dianggap wajar. Anehnya penguasa menghalalkan riba dan membiarkan prostitusi. Begitu juga kasus pelecehan seksual perkosaan, pembunuhan, pencurian, kriminalitas hampir setiap hari ada dilayar TV maupun media masa. Bener atau betul?
Bagaimana dengan kiblatnya demokrasi. Presiden Donald Trump mengatakan angka kasus kejahatan di kota-kota di Amerika Serikat semakin meningkat, sehingga mendorongnya untuk mengirim agen federal yang akan mengatasi penegak hukum. Malah justru banyak menuai kontroversi dan huru-hara. kompas.com.Lalu bagaimana dinegara-negara yang lainnya?
Dengan adanya pandemi covid 19 kita pun bisa melihat sejauh mana kemampuan sistem buatan manusia dalam mengatasinya. Dan hasilnya? Masi berharap dengan demokrasi kapitalis?
Di bidang ekonomi, apakah mampu mensejahterakan rakyat, mengentaskan kemiskinan? Data berbicara. Penduduk miskin Indonesia per Maret 2016 sebanyak 28,01 juta jiwa, katadata.co.id. Dan dengan diguncang resesi, mungkinkah penduduk miskin berkurang? Dan ternyata ibu kota kapitalis saja sedang kelimpungan menghadapi resesi.
Dan dengan pilpres di AS yang baru saja selesai pestanya. Ternyata banyak yang berharap kepada presiden baru yang terpilih. Mereka berharap bisa memperbaiki ekonomi. Bahkan diharapkan mampu memperbaiki kondisi muslim di berbagai belahan dunia.
Apakah layak umat muslim menggantungkan harapan kepada sistem buatan manusia. Memang benar pada saat kampaye para kandidat berjanji ini dan itu. Hal itu wajarlah dalam sistem demokrasi. Karena dalam demokrasi, kampanye hanya sebagai alat mengumpulkan suara. Kampanye bukan janji yang bisa dimintai pertanggung jawaban.
Dalam pandangan Islam janji adalah sebuah hutang. Maka orang yang berjanji harus menepati menunaikan janjinya. Tidak bisa asal janji saja setelah itu mengingkari bahkan mengabaikannya. Maka sudah saatnya dunia mencari pandangan sistem lain. Sistem yang mampu memecahkan problematika umat manusia. Sistem yang sudah teruji dan mampu menyelesaikan probkematika selama berabad-abad diterapkan. Yaitu sistem Islam. Sistem yang pertamakali di kenalkan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah dan terus berkembang meluas menguasai hampir dua per tiga dunia. Dan baru ditumbangkan pada tahun 1924 oleh agen Inggris bernama Kemal Artaturk.
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (Al-Maidah: 50)
Allahu a’lam.