Kasus Pornografi Anak Meningkat? Siapa yang Harus Berperan?
Oleh Rieke Risdayanti, A.Md
Muslimah Peduli Generasi
Pada saat ini sedang marak sekali perbincangan tentang kasus anak di bawah umur yang terlibat pornografi dengan jaringan internasional. Rata-rata anak yang terlibat mulai dari usia 11-16 tahun. Mereka bermulai dari main bareng atau yang sering disebut dengan ‘Mabar’ game online. Korban yang masih anak-anak itu akhirnya mulai penasaran dan tertarik sekali karena pelaku kejahatan memperdaya dan mengiming-imingi korban dengan sejumlah uang yang sangat besar. Mudah sekali untuk anak-anak bisa bergabung karena hanya cukup mempunyai akun media sosial saja mereka dapat terhubung dalam satu komunitas grup online/game.
Saat ini, Bareskrim Polri sedang mengusut tuntas kasus tindak pidana pornografi berbasis digital ini. Polisi telah menangkap tiga pelaku dan mengungkap bahwa kasus ini banyak ditemukan secara online dengan modus melalui aplikasi media sosial salah satunya telegram yang di dalamnya dibuatkan grup khusus dengan nama grup Meguru Sensei dan Acilsunda. Di dalam grup itu berisikan tentang video dan adegan asusila oleh anak di bawah umur dan diperankan oleh laki-laki dan perempuan ataupun sesama jenis.
Alih-alih mengungkap bahwa modus tersebut dilakukan agar semua anak bisa mengunduhnya, membuat konten-konten asusila dan bisa dijual kembali di internet maupun media sosial lainnya, sehingga mereka pun tertarik karena dianggap suatu bisnis yang menguntungkan antara korban dan pelaku sehingga menghasilkan nominal pendapatan yang fantastis. Bukan hanya hal itu saja, pelaku pun sering memberikan hadiah atau gift maupun reward sehingga korban menganggap bahwa pelaku itu sangat baik dan peduli terhadap korban.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena ini adalah dampak dari lemahnya keimanan dan kebebasan berperilaku serta berorientasikan materi. Sistem hukum yang sangat lemah sekali, sehingga tidak membuat pelaku jera.
Semua itu berpangkal dari sistem sekularisme dan media yang bebas sehingga konten porno dibiarkan demi meraup keuntungan tanpa mempedulikan masa depan dan kualitas generasi. Pengawasan pada anak dari paparan konten pornografi harus dilakukan secara menyeluruh baik di lokasi sekolah, di rumah,di tempat main anak maupun di tempat umum lainnya. Semua itu harus dilakukan agar perlindungan terhadap anak dapat menyeluruh.
Peran terpenting dalam kasus ini adalah peran orang tua yang harus lebih menjaga dan memantau anak-anaknya beserta lingkungannya dan yang utama pentingnya pendidikan Islam yang harus disampaikan, karena Islam telah mengajarkan bahwa adanya batasan interaksi antara lawan jenis, Islam mengatur aturan menutup aurat laki-laki dan perempuan serta mengatur adanya keimanan dan berbasis akidah islamiyah. Selain itu, peran negara sangat utama yang paling berperan penting karena hanya negaralah yang mampu memiliki sistem keamanan digital yang mampu melindungi generasi dari konten yang rusak dan merusak. Negara mempunyai kekuasaan untuk memfilter atau memblokir tayangan-tayangan berupa konten/video yang dianggap melanggar hukum dan norma.
Islam rahmatan lil alamin hanya dengan sistem Islam lah semua akan terselesaikan dengan baik. Hanya dengan sistem Islam lah adanya pendidikan Islam membentuk generasi dan berkepribadian Islam.
Wallahualam bissawab.