Oleh: Yuyu Yunengsih, S.Pd.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan bahwa penambahan pasien Covid yang melebihi seribu kasus ini merupakan suatu keberhasilan. Keberhasilan dari masifnya pelacakan yang agresif. (Kompas, 20/6/20)
Pernyataan Juru Bicara Pemerintah ini seakan menyatakan bahwa kenaikan kasus Covid tidak berhubungan dengan diberlakukannya new normal. Kenaikan ini justru merupakan prestasi karena telah berusaha secara masif melakukan pelacakan. Sehingga, katanya, new normaltidak bisa disalahkan.
Sebuah analogi yang menggemaskan. Memang benar, dengan banyaknya tracking akhirnya orang yang terpapar bisa diketahui. Tapi, bagaimana cara kita menghentikan penyebaran, jika penyebab masifnya penyebaran masih terus ada?
Lalu lintas manusia, pergerakan mereka yang terinfeksi virus (terutama orang tanpa gejala), secara tidak sadar telah membawa virus menyebar ke tempat yang mereka kunjungi.
Bagaimana penyebaran bisa terhenti jika sektor ekonomi dibuka kembali? Kita diajak hidup berdamai dengan corona, hingga akhirnya mal, pusat perbelanjaan, kantor, pertokoan, industri sampai pariwisata, dan sekolah dibuka.
Sementara kasus penularan Covid setiap harinya terus bertambah bahkan mencapai seribu lebih. Yakinkah kita akan segera terbebas dari belenggu Covid-19?
Sebuah negara layaknya perisai bagi rakyatnya. Ia bertanggung jawab atas keselamatan rakyat. Juga berkewajiban memastikan kebutuhan mereka tercukupi. Apalagi di masa pandemi seperti ini, negara harus berperan lebih giat lagi.
Demi keamanan dan keselamatan rakyat, sebaiknya rakyat meminimalisasi pergerakan di luar. Namun jika rakyat tak keluar, sementara kebutuhan mereka tidak ditanggung negara, bagaimana mereka bisa menyambung hidup?
Di sinilah peran negara. Sebagai pengurus rakyat, negara akan melakukan pelacakan secara masif, di saat bersamaan akan memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Rakyat tak perlu ambil pusing memikirkan bagaimana mereka hidup esok hari.
Jika kasus sudah mulai sedikit atau bahkan tidak ditemukan dalam kurun waktu tertentu, maka orang yang sehat bisa kembali beraktivitas. Karena orang yang terinfeksi telah dikarantina semua.
Oleh karena itu, sangat tidak manusiawi jika sumber penyebaran masih ada di luar, tapi demi menyelesaikan kelesuan ekonomi, roda perekonomian malah dibuka lebar. Ini sama saja menggunakan rakyat sebagai tameng pertumbuhan ekonomi.
Rakyatlah yang nantinya akan menjadi korban. Sungguh tidak etis bagi pengurus hajat rakyat yang justru mengorbankan rakyat demi para kapitalis. Memang hanya sistem Islamlah yang mampu menyelesaikan masalah ini.