Karpet Merah TKA China Saat Pandemi Kian Parah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)

 

Indonesia tengah menghadapi badai pandemi Covid-19. Angka kasusnya semakin hari kian melonjak. Bahkan pada tanggal 8 Juli 2021 pecah rekor dengan adanya tambahan 38.391 kasus baru Covid-19. Data penambahan kasus baru ini disampaikan Kemenkes RI via BNPB. (newsdetik.com, 8/7/2021)

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang dilaksanakan sejak 3 Juli 2021 nampaknya belum memberikan dampak yang cukup signifikan. Angka kasus masih cukup tinggi walaupun mobilitas masyarakat telah dibatasi. Bahkan dengan menurunnya mobilitas masyarakat justru menimbulkan persoalan baru yakni masyarakat semakin terhimpit ekonominya.

Ironinya, justru saat mobilitas masyarakat WNI khususnya di wilayah Jawa-Bali diperketat, masyarakat dikejutkan dengan masuknya TKA China di Makassar. TKA China tersebut mendarat di Bandara Sultan Hasanudin Makassar pada Sabtu (3/7) pukul 20.10 WITA. Para pekerja asing tersebut akan bekerja di PT Huadi Nikel untuk membangun smelter di Kabupaten Bantaeng. (Antaranews.com, 5/7/2021)

Kebijakan Paradoks Saat Pandemi

Berulangkali pemerintah pusat menetapkan kebijakan paradoks atau saling bertolak belakang saat pandemi. Misalnya, meminta para ASN “work from Bali” karena pariwisata di Bali sepi yang mengakibatkan perekonomian lesu. Padahal di sisi lain jika pariwisata dibuka maka dapat meningkatkan penyebaran kasus Covid 19. Saat Idul Fitri masyarakat dilarang mudik ke kampung halaman dengan alasan angka kasus Covid-19 dapat melonjak. Namun malah menerima dengan tangan terbuka para WNA dari India yang berakibat menyebarnya varian baru Covid-19 disertai lonjakan kasus hingga detik ini. Pun saat PPKM Darurat seperti saat ini, karpet merah justru digelar untuk menyambut kedatangan para TKA China yang mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.

Kedatangan TKA China di Makassar tersebut sangat menyakiti hati rakyat. Pasalnya, masyarakat saat ini ibaratnya sangat terhimpit perekonomiannya sejak pandemi. Terlebih dengan adanya PPKM Darurat ini kondisinya semakin mencekik masyarakat. Perekonomian kian lesu yang tentu saja masyarakat kelas menengah ke bawah yang terkena imbasnya. Bantuan yang digadang-gadang pun tak terlihat penampakannya. Pengetatan mobilitas tanpa solusi tuntas sama sekali tak pernah diharapkan masyarakat.

Herannya, pemerintah malah menerima kedatangan TKA China yang akan bekerja di PT Huadi Nikel. Kenapa hanya WNI yang dibatasi mobilitasnya? Kenapa justru dengan entengnya lapangan pekerjaan terbuka untuk para pekerja asing? Padahal WNI banyak yang membutuhkan pekerjaan demi bertahan hidup.

Semestinya jika pemerintah menetapkan kebijakan PPKM Darurat, maka konsisten pula menutup pintu-pintu kedatangan di darat, laut, dan udara. Selain itu, sebaiknya lapangan pekerjaan terbuka lebar untuk WNI. Bukan malah sebaliknya, para TKA China berbondong-bondong memasuki negeri ini untuk bekerja membangun proyek. Padahal rakyat sendiri sudah megap-megap tercekik atas kesulitan perekonomian yang kian menghimpit

Begitulah negara kapitalis menyelesaikan pandemi. Memandang persoalan hanya dari permukaan dan melihat manfaat yang ditimbulkan. Para pemangku kebijakan tak mampu berpikir cemerlang untuk menyelesaikan persoalan secara tuntas dari akarnya. Sehingga merupakan sesuatu yang wajar bahwa kebijakan yang keluar selalu “maju mundur cantik”.

Islam Solusi Tuntas

Islamlah solusi tuntas atas berbagai permasalahan yang menimpa negeri ini, termasuk pandemi. Sebab Islam senantiasa melihat akar persoalan, tak hanya permukaannya. Selain itu, aturan yang berasal dari Allahlah satu-satunya yang layak digunakan untuk menyelesaikan setiap problematika. Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk hambaNya.

Tertoreh dalam tinta emas sejarah, peradaban Islam telah mampu menyelesaikan berbagai pandemi dengan baik. Wabah tha’un amwas yang menimpa penduduk Syam pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab misalnya. Khalifah Umar bin Khattab dengan bantuan Amr bin Ash selaku Wali di Syam berhasil mengatasi wabah dengan menggunakan metode karantina wilayah secara gemilang. Sehingga lambat laun wabah di Syam menghilang.

Kekhilafahan Turki Utsmani juga mampu mengatasi wabah Smallpox yang saat itu menjangkit secara luas. Teknik yang dipakai Khilafah Turki Ustmani yakni dengan melakukan vaksinasi atau lebih dikenal dengan variolation. Bahkan teknik ini kemudian dipakai Eropa untuk menyembuhkan penyakit smallpox yang juga melandanya.

Dengan melihat fakta sejarah, pandemi bisa diselesaikan secara tuntas jika pemangku kebijakan dengan penuh keikhlasan melayani masyarakat. Tak ada embel-embel bisnis dalam melayani masyarakat sehingga dengan cepat pandemi dapat diselesaikan. Khalifah bertanggung jawab penuh atas nyawa masing-masing individu. Sebab Khalifah memahami bahwa kepemimpinan adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

Wallahu a’lam bish showab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *