Oleh: Neneng Sriwidianti (Pengurus Majelis Taklim dan Member AMK)
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri.” (Bung Karno)
Ungkapan di atas pernah disampaikan dengan lantang oleh pemimpin pertama di negeri ini. Hal yang sama juga pernah diungkapkan oleh sebagian penguasa di era sekarang, bahwa negara yang besar adalah negara yang menghargai sejarahnya. Sayang seribu sayang, ungkapan itu sekarang dirusak oleh rezim saat ini, terkait pelarangannya terhadap fillm “Jejak Khilafah di Nusantara.” Masyarakat pun marah dan mempertanyakan sikap mereka. Padahal, film ini hanya ingin menggambarkan kembali sejarah masuknya Islam di Nusantara kepada pemiliknya sebagai mayoritas di negeri ini.
Ini senada dengan yang diungkapkan oleh Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnain berharap pemerintah memberikan alasan pemblokiran film tersebut. Film itu, kata dia, tidak bertentangan dengan hukum.
“Dengan ini saya meminta jawaban resmi dari pak @Jokowi sebagai Presiden RI, Yai Ma’ruf Amin dan pak @Mohmahfudmd: “Apa alasan keluhan Pemerintah atas video Jejak Khilafah sebagai sejarah?” Apakah ada hukum negara yang dilanggar? NKRI negara hukum, tidak boleh sewenang-wenang,” tulis Tengku Zul di akun twitternya, Kamis (20/8)
Islamophobia akut yang diderita penguasa saat ini, telah membuat mereka kalang kabut, bertindak bodoh dengan melarang film “JKDN” untuk tayang. Film ini diduga telah diblokir pemerintah. Jika diklik, layar monitor akan tertulis; ‘Konten ini tidak tersedia didomain negara ini karena ada keluhan hukum dari pemerintah.
Apa yang dilakukan rezim menunjukkan dengan jelas bagaimana permusuhan mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin. Hukum kapitalis demokrasi yang diterapkan saat ini, akan berusaha untuk menjauhkan Islam dari umatnya. Karena mereka yakin ketika umat Islam bangkit dan memahami sejarah yang sebenarnya, Islam akan kembali berjaya dan menjadi peradaban agung. Sebaliknya ideologi kapitalis akan gulung tikar dan terbenam di dasar jurang peradaban yang abadi.
Sejarah memiliki nilai yang penting dan berharga di kehidupan masa depan. Anak cucu kita, suatu saat nanti akan mengetahui sejarah bangsanya sendiri. Mereka juga akan memahami bagaimana perjuangan bangsa ini dalam mempertahankan negaranya, dan bagaimana dahulu nenek moyang memeluk Islam yang hari ini menjadi agama mayoritas negeri ini. Sikap pemerintah jelas mengajarkan kepada generasi untuk tidak menghargai sejarah bangsanya.
Masyarakat memahami bahwa film Jejak Khilafah di Nusantara adalah sejarah yang menggambarkan tentang pertama kali Islam masuk ke Nusantara dari para utusan kekhilafahan. Khilafah inilah yang berperan sangat penting yang menghantarkan nenek moyang akhirnya masuk Islam secara berbondong-bondong. Fakta sejarah juga mencatat bagaimana heroiknya mereka melawan penjajah dan mengusir dari bumi pertiwi ini dengan semangat jihad yang luar biasa. Bukankah ini sejarah yang patut kita banggakan? Dan wajib kita tanamkan kepada generasi penerus bangsa ini. Oleh karena, menghapus jejak khilafah di Nusantara adalah hal yang sia-sia. Karena khilafah sangat erat kaitannya dengan sejarah bangsa ini.
Wahai pejuang-pejuang Islam, teruskanlah perjuanganmu sampai khilafah tegak di bumi ini. Karena, hanya dengan khilafah yang menerapkan hukum Islam kafah umat ini akan mulia. Rahmatan lil alamin akan menaungi seluruh dunia, tidak memandang warna kulit, bahasa, agama maupun bangsa. Barakah dari langit dan bumi akan turun. Allahu Akbar.
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS. Al-A’raf [7] : 96)
Wallahu a’lam bishshawab