Jaminan Kredit, Iming-Iming Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Ummu Kembar (Anggota Komunitas Setajam Pena)

 

Seperti dilansir CNN Indonesia, Internasional Development finance Corporation (DFC) menggelontorkan jaminan kredit sebesar US$ 35 juta  untuk mobilisasi investasi US$ 100  guna mengurangi sampah plastik di laut Asia Tenggara. Chief Executive Officer DFC Adam Boehler mengatakan hal tersebut telah di mulai melalui pemberian jaminan kredit sebesar US$ 35 juta melalui Ocean Find, di mana Tridi Oasis, perusahaan asal Jakarta yang bergerak dalam bidang daur ulang botol plastik , menjadi salah satu penerima manfaat.

 

Melalui prakarsa ini DFC bertujuan untuk memobilisasi modal dan memberi insentif kepada sektor swasta untuk mencapai dampak terukur dan berkelanjutan bagi pemberdayaan perempuan secara ekonomi. DFC merupakan badan baru pemerintah Amerika serikat yang mengkonsolidasikan dan memodernisasi Overseas Private Investment Corporation (OPIC) dan Development Credit Authority (DCA) di bawah Badan Pembangunan Internasional AS (USAID).

 

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kesetaraan perempuan di Asia-pasifik dapat menambah US$ 4,5 triliun ke PDB kawasan tersebut pada 2025, atau meningkat 12 persen pertumbuhan rata-rata. Dengan adanya program PEP yang digelontorkan dana oleh asing diasumsikan akan meningkatkan  pertumbuhan ekonomi. Ini karena kesenjangan gender yang meluas menghalangi perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka. GDP 2X Asia yang merupakan komitmen regional dari 2X Women’sInitiative DFC yang di harapkan dapat mewujudkan tujuan tersebut.

 

Patut dikritisi bahwa pertumbuhan ekonomi yang di maksud dalam rangka mendongkrak  untung  bagi kaum kapitalis, bukan menjadi solusi  bagi masalah perempuan. Perempuan seharusnya dimuliakan, bukan untuk diexsploitasi.

 

Apa yang di lakukan oleh DFC adalah iming-iming yang membius para perempuan untuk terjun dalam bisnis yang tampaknya menguntungkan. Tetapi jaminan kredit yang di berikan pada kaum perempuan adalah jebakan,  agar kaum perempuan mau menjadi penghasil dolar bagi kapitalis. Yang sangat memprihatinkan adalah sumbangsih perempuan dalam ekonomi tersebut untuk menutupi kegagalan kapitalis global dalam mewujudkan kesejahteraan.

 

Kekayaan alam yang seharusnya milik rakyat, justru di serahkan kepada perusahaan asing. Ketika rakyat kelaparan kaum perempuan di tuntut untuk bekerja dengan iming-iming bantuan kredit. Negara lepas tangan, karena sudah merasa cukup dengan memberikan bantuan modal. Tetapi cicilan bunganya di tanggung perempuan dengan jangka waktu yang panjang. Inilah nasib perempuan dalam sistem kapitalisme. Diexsploitasi secara ekonomi hingga lelah fisik dan psikisnya.

 

Sungguh berbeda hal ini dengan sistem Islam. Syariat Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang mulia bukan dipaksa untuk menanggung hidupnya. Tugas utama kaum perempuan adalah menjadi ibu dan pengatur rumah. Mereka tidak dibebani mencari nafkah. Kaum laki-lakilah yang di perintahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, dan tempat tinggal bagi keluarganya. Allah berfirman, “Kewajiban ayah memberikan makanan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik”, (Q.S Al Baqarah 233).

 

Allah juga berfirman, “Tempatkanlah mereka (para istri) di tempat kalian tinggal menurut kemampuan kalian. Janganlah kalian menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.”(Q.S Ath-Thalaq 6).

 

Jika seorang perempuan bekerja, maka dia tidak wajib membelanjakan uangnya untuk keluarga. Dan jika dia membelanjakan sebagian hartanya untuk keluarga itu, maka dihitung sebagai pahala sedekah sunnah bukan kewajiban.

 

Kaum perempuan adalah amanah yang harus dilindungi dan dimuliakan. Hanya Islam lah  yang mampu mewujudkannya. Wallahua’lam bisshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *