Islam Wujudkan Zero Stunting

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Aisah Oscar (Praktisi Pendidikan)

Bupati Subang, H Ruhimat menyampaikan terima kasih atas kerja keras seluruh pihak yang telah berupaya menurunkan angka stunting di Kabupaten Subang dari 3,26% di tahun 2018 menjadi 2,6% di tahun 2019. Kang Jimat yang merupakan sapaan akrab dari Bupati Subang ini menginstruksikan agar penanganan stunting di Kabupaten Subang dikaji secara mendalam permasalahan yang terjadi dalam menurunkan angka stunting. “Susun kegiatan yang tepat dan menyeluruh. Serta bangun komitmen publik dalam mewujudkan masyarakat Kabupaten Subang sehat dengan meningkatkan kualitas gizi anak menuju stunting tahun 2023,” ungkapnya. (tagar.id, 07/07/2020)

Perlu diketahui stunting adalah permasalahan kekurangan gizi secara kronis yang dimulai dari tidak terpenuhinya nutrisi selama hamil dan masa golden Age anak. Selain itu, permasalahan kurang gizi kronis ini ternyata disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama. Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) anak. Salah satunya ditandai dengan tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Ciri inilah yang sering beredar di masyarakat tentang stunting, yaitu gagal tumbuh.

Stunting bukan hanya terkait dengan gagal tumbuh saja. Namun, anak yang divonis stunting pun mempunyai kelainan gagal kembang. Terkadang kondisi tubuh anak yang pendek acapkali di masyarakat sering dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya. Namun, persoalan ini tidak mempengaruhi masyarakat pada umumnya, mereka hanya sekedar menerima tanpa bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti yang dapat dipahami pula bahwa faktor genetika merupakan faktor determinan (turunan) yang resikonya paling kecil pada kesehatan. Dilanjut lagi yang paling pengaruhnya adalah faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, permasalahan stunting sebenarnya bisa dicegah dan ditanggulangi negara.

Negara semestinya mampu menanggulangi permasalahan pangan. Apalagi dengan anugerah alam yang luar biasa. Indonesia tidak hanya memilih tanah subur, gunung, pantai maupun lautan. Letak geografis yang cantik menempatkan Indonesia di posisi negara yang memiliki musim tropis, artinya curah hujan yang stabil. Namun sayangnya, dikarenakan keserakahan manusia. Kekayaan alam yang seharusnya dijaga dan dilestarikan malah rusak. Walhasil, negara ini seakan-akan terkeruk sumber daya alamnya oleh asing. Atas nama investasi dan kesejahteraan rakyat.

Persoalan pangan ini dan permasalahan stunting hanya mampu diatasi oleh islam. Hal ini karena islam tidak hanya menjamin kesehatan masyarakat lewat pengobatan gratis, namun dari sistem ekonominya yang mengatur kepemilikan antara individu, negara dan umum dengan jelas. Tidak ada ketimpangan ataupun kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Semuanya disetarakan sesuai fitrahnya.

Masihkah percaya dengan sistem ini yang hanya menutupi masalah dengan masalah?. Hanya Islam yang mampu mewujudkan zero stunting

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *