Oleh : Jumiana, S.H. (Aktivis Muslimah)
Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk muslim terbesar di dunia (12,7%). Di indonesia, jumlah penduduk muslim sekitar 88 % dari total 205 juta penduduk.
Jumlah ini tentunya tidak terjadi secara kebetulan dan tiba-tiba. Melainkan melalui proses yang panjang dan sistematis. Lalu bagaimana sebenarnya cikal bakal penyebaran Islam di Indonesia?
Seorang sejarawan, Nicko Pandawa bersama Komunitas literasi Islam menggagas pembuatan film dokumenter berjudul “Jejak Khilafah di Nusantara” (JKdN). Film ini tayang di you tube Khilafah Channel pada tanggal 20 Agustus 2020.
Film JKdN menampakkan fakta bahwa sejarah masuknya Islam di Nusantara sejak abad ke-7 masehi, merupakan andil dari kekhilafahan. Film ini sekaligus memberi pemahaman kepada umat tentang adanya hubungan antara kekhilafahan dengan Indonesia. Hubungan ini mulai dari penyebaran Islam, pelayaran, sosial, politik, serta bantuan militer untuk melawan penjajah portugis di Indonesia.
Bisa kita saksikan bagaimana pendapat para ahli sejarah dalam film JKdN yang menjelaskan tentang hubungan tersebut. Seperti sejarawan Nicho Pandawa, K.H. Hafidz Abdurrahman, M. A. (ulama pengkaji siroh nabawiyah), Salman Iskandar (Penulis dan editor buku api sejarah), Moeflich Hasbullah (Sejarawan), Sukarna Putra (wakil ketua CISAH / Center for Information of Sumatera-Pasai Heritage), dan Yoesri Ramli (Sekjen MAPESA/ Masyarakat Peduli Sejarah Aceh).
Film JKdN memiliki nilai akademis dan ilmiah. Pembuatan film ini berlandaskan dari riset-riset yang sudah dilakukan sebelumnya. Pendapat para ahli sejarah serta peninggalan-peninggalan sejarah dari ujung sumatera sampai ke Timur Indonesia. Peninggalan itu berupa makam, kubah masjid, surat, dinar dan dirham, meriam perang, dan lain-lain.
Film JKdN ini telah membuka fakta sejarah yang selama ini ditutupi. Karena selama ini rakyat Indonesia dibodohi bahwa sejarah tersebarnya Islam di Indonesia secara kebetulan lewat jalur perdagangan dan itu di pelajari dari kita duduk di bangku SD sehingga pemahaman tersebut turun temurun sampai sekarang. Bahkan wali songo yang dikenal sebagai penyebar Islam di Nusantara juga merupakan utusan dari kekhilafahan.
Lebih dari 250.000 orang mendaftar dalam tayang perdana Film Dokumenter tersebut. Setiap titik ditonton lebih dari satu orang, bahkan tak sedikit yang puluhan orang, dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Sehingga film ini bisa jadi cerita sejarah pertama yang ditonton jutaan pasang mata.
Sangat disayangkan, sejak awal hingga akhir penayangan, tak kurang dari tiga kali film ini mengalami pemblokiran. Tindakan banned terhadap film Jejak Khilafah Di Nusantara dengan alasan ‘ada keluhan hukum dari Pemerintah’. Tetapi pihak penyelenggara nampaknya telah menyiapkan antisipasi, sehingga film sukses tayang sampai akhir, meskipun ada beberapa kali jeda.
Peristiwa pemblokiran ini menunjukkan pada publik bahwa kebebasan bersuara yang diagung-agungkan oleh pemuja demokrasi hanyalah isapan jempol semata.
Tindakan tersebut dinilai tidak patut karena film tersebut hanya menyajikan informasi sejarah secara argumentatif dan ilmiah. Di samping itu, konstitusi telah memberi jaminan untuk menyampaikan gagasan termasuk menyampaikan ajaran Islam.
Upaya ini juga dapat dinilai sebagai kekalahan intelektual. Semestinya argumen dilawan argumen, diskusi dilawan dengan diskusi, buku dilawan dengan buku, dan film dilawan dengan film. Bukan malah melakukan tindakan banned.
Meskipun begitu gencar upaya untuk memblokir film JKdN, pada akhirnya kebenaran Islam tetap sampai kepada masyarakat. Karena makar yang mereka buat tidak akan mampu mengalahkan sebaik-baik Pembuat makar, Allah Swt.
Melalui tayangan JKdN ini, diharapkan bisa meluruskan sejarah dan pemahaman umat. Sebagai umat Islam seharusnya kita faham tentang sejarah Islam yang benar. Selain itu tidak phobia dengan khilafah yang merupakan bagian dari ajaran Islam. Karena keislaman kita, adalah bukti yang sangat nyata jejak khilafah di Nusantara.
Wallaahu A’lam Bishawab