Oleh : Diyanah
(Aktivis Dakwah)
Islam moderat beberapa waktu ini telah menjadi ide liberal yang sering dihembuskan kepada umat. Penyebutannya pun beragam, mulai dari : Islam Indonesia, Islam Nusantara, Islam Moderat, Islam Wasathiyah, Islam Inklusif, dll. Hal yang paling ditonjolkan dan senantiasa digaungkan dari ide ini adalah bahwa islam tidak identik dengan kekerasan dan teror. Islam adalah agama yang penuh rahmah dan penuh kasih sayang.
Tak pandang waktu, Barat terus menggencarkan ide ini sekalipun kondisi umat sedang tertimpa pandemi covid-19. Situasi pandemi ternyata tak menyurutkan konsistensi Barat untuk terus menancapkan gagasan moderasi Islam. Sebagaimana beberapa waktu yang lalu saat kunjungan ke Indonesia, Menlu AS Mike Pompeo secara khusus mengangkat topik islam moderat sebagai salah satu pesan utamanya. Terutama saat dia hadir dalam acara GP Ansor bertajuk Nurturing the Shared Civilizational Aspirations of Islam Rahmatan lil ‘Alamin yang dihadiri tokoh-tokoh agama nasional serta para diplomat. (liputan6.com, 29/10/2020)
Islam Moderat Berasal Dari Barat
Ide islam moderat tidak pernah muncul di tengah umat kecuali pada masa sekarang. Istilah islam moderat atau jalan tengah ini muncul dan bersumber dari barat dengan ideologi Kapitalismenya. Konsep ini lahir dari hasil kompromi perdebatan antara gerejawan dengan para pemikir dan filsuf barat. Pihak pertama memandang bahwa kristen sebagai agama layak dijadikan sebagai pengatur kehidupan manusia. Sementara pihak kedua memandang justru agamalah yang menjadi penyebab keterpurukan, tidak layak untuk dijadikan sebagai aturan sebab seharusnya akal manusialah yang paling berhak dijadikan sebagai pembuat aturan kehidupan.
Prinsip jalan tengah (moderat) ini kemudian menjadi landasan dari akidah mereka dan akhirnya menjadi ciri khas dalam setiap hukum maupun perilaku penganut ideologi Kapitalisme, terutama yang berkaitan dengan masalah politik. Dalam masalah Palestina misalnya, kaum muslimin menuntut hak atas wilayah Palestina dan seluruhnya. Sementara di sisi lain Yahudi mengklaim bahwa Palestina merupakan tanah yang telah dijanjikan dan akan menjadi milik mereka. Di sana Barat hadir dengan solusinya yang tidak lain dan tidak bukan merupakan solusi jalan tengah yakni mendirikan dua negara di Palestina. Satu untuk Palestina dan satu untuk Yahudi. Pemecahan jalan tengah ini sebetulnya juga sangat nampak jelas dalam berbagai masalah internasional yang dikendalikan oleh Barat, yakni masalah di Kashmir, Bosnia, Cyprus, dll. Prinsip tersebut selanjutnya menjadikan kebijakan Barat senantiasa bertopang pada kedustaan dan penghindaran diri dari masalah, tidak ditujukan untuk memperoleh hak yang seharusnya dimiliki. Artinya senantiasa mengarah kepada jalan kompromi diantara keduanya.
Strategi Barat Melemahkan Islam
Islam moderat adalah ide Barat yang sengaja dijadikan sebagai alat untuk menjajah negeri-negeri Islam, terutama negeri-negeri yang di dalamnya terdapat dakwah islam politik. Para intelektual Barat mengklasifikasi Islam menjadi ‘Islam moderat’ dan ‘Islam Radikal’ atau Ekstremis, dari sini akan kita temukan bahwa yang mereka maksud ‘Islam Moderat’ adalah Islam yang tidak anti Barat; Islam yang tidak bertentangan dengan sekularisme Barat, serta tidak menolak berbagai kepentingan Barat.
Bentuk islam moderat yang dibentuk Barat adalah Islam sekuler, yang mau menerima nilai-nilai Barat seperti demokrasi dan HAM, serta mau berkompromi dengan imperialisme Barat dan tidak menentangnya. Kelompok yang disebut ‘Islam Moderat’ ini mereka anggap sebagai ‘Islam yang ramah’ dan bisa jadi mitra Barat. Lewat islam moderat, Barat ingin membentuk karakter muslim yang menolak dakwah islam politik, menolak pemberlakuan hukum Islam secara totalitas, toleran terhadap penyimpangan akidah, tidak mau menghakimi pelaku maksiat, serta menganggap Islam tak berbeda dengan aturan lain.
Ide Islam moderat yang berasal dari Barat sangatlah berbahaya. Sebab ide ini bisa mengebiri islam sebagai sebuah ideologi. Mereka berusaha mengubur sisi politis islam sebagai solusi dalam seluruh aspek kehidupan. Lebih dari itu, ide ini telah berhasil mengkotak-kotakkan umat dalam berbagai faksi pemikiran hingga tataran keyakinan, yang menjadikan umat Islam berpecah belah dan makin jauh dari Islam. Inilah yang akan menjadi penghalang perjuangan penegakan sistem Islam dan justru melanggengkan kekufuran. Sungguh, ini adalah upaya untuk melemahkan islam!
Berislam Secara Totalitas
Telah nampak jelas di depan mata kita bahwa ide Islam moderat tidak berasal dari Islam. Ide ini adalah racun nyata dari Barat untuk menghancurkan umat. Paham ini akan mengokohkan penjajahan Barat di dunia islam, selanjutnya akan memecah belah persatuan umat, memalingkan perjuangan kaum muslimin, dan menjauhkan penerapan Islam secara totalitas. Alih-alih bisa membawa umat kepada kebangkitan, sebaliknya yang terjadi adalah semakin menjauhkan umat dari kebangkitan. Oleh karena itu, umat harus tegas menolak ide islam moderat ini yang berakar dari faham sekulerisme Barat.
Jika Barat mengenal konsep sekulerisme, memisahkan agama dari kehidupan. Sebaliknya, justru islam tidak mengenal pemisahan agama dengan kehiudupan. Islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan politik. Keduanya beriringan sebagimana perkataan Imam al-Ghazali : “Agama dan kekuasaan itu ibarat saudara kembar. Agama adalah pondasi, sedangkan kekuasaan adalah penjaga. Sesuatu tanpa pondasi akan roboh, dan sesuatu tanpa penjaga akan hilang.” Allah memerintahkan pada kita untuk berislam sebagaimana yang dicontohkan dan dibawa Rasulullah Muhammad Saw. Bukan islam moderat yang menjunjung tinggi nilai kebebasan dan mau menerima nilai-nilai Barat. Berislamlah secara totalitas, sebagaimana firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (TQS. Al-Baqarah [2]: 208)