Islam Menjamin Kesejahteraan Guru

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Yunita Sari, S.Pd (Pemerhati Masalah Sosial Andoolo- Sulawesi Tenggara)

Setiap tanggal 25 november selalu diperingati sebagai Hari Guru Nasional (HGN). Berbagai peringatan dan ucapan terimakasih atas jasa guru banyak dilakukan, dalam rangka memberi penghargaan kepada pahlawan tanpa tanda jasa tersebut.

Namun masih banyak tenaga pengajar atau guru honorer yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak. Seperti Nining Suryani, seorang guru honorer yang sejak 2 tahun lalu terpaksa memanfaatkan toilet sekolah jadi bagian rumahnya. Hal ini ia lakukan kerena sudah tidak memiliki pilihan lain setelah rumahnya yang lama hancur. Detik.com(25/11/2019), dan masih banyak kasus lain yang serupa.

Ironis memang ketika salah satu tujuan pemerintah adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi, pemerintah tidak menjadikan para guru bebas dari beban-beban persoalannya. Mereka tidak hanya menghadapi beratnya tantangan peserta didik jaman now yang tidak mudah. Namun, juga harus berjibaku menghadapi sulitnya ekonomi karena minimnya honor.

Jika kita melihat dari gaji sang guru honorer dan susahnya menjadi PNS, membuat sang guru honorer berfikir keras agar dapur keluarga tetap mengepul. Mereka harus membagi waktu menjadi guru sambil mencari pekerjaan tambahan.Terlebih untuk mereka yang sudah memiliki istri dan anak.

Jelas jika demikian maka berat bagi guru honorer ini dalam waktu yang bersamaan harus membagi tenaga dan fikiran antara mengajar dan bekerja paru waktu ditempat lain.

Maka, tak heran jika masih banyak anak sekolah yang berbuat kriminal, seks bebas, menjadi korban kemajuan teknologi, dan sebagainya. Itu semua tentu tak lepas dari faktor guru yang kehilangan fokus dalam tugas utamanya sebagai pengajar.

Bisa dibayangkan jika pendidikan masih menghadapi problem guru, maka kualitas pendidikanlah taruhannya. Dan kualitas pendidikan ini hanya bisa dijawab oleh kualitas guru. Guru yang profesional, Padahal, tak ada yang menghendaki generasi ini rusak. Oleh karena itu, persoalan ini harus segera dituntaskan.

Islam mengatasi problem guru

Dalam Islam, problem yang dialami guru akan teratasi sebab guru memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia disisi Allah SWT. Karena guru adalah sosok yang dikaruniai ilmu oleh Allah SWT, yang dengan ilmunya itu menjadikan perantara manusia lain untuk memperoleh serta menuju kebaikan dunia dan akhirat. Selain itu, guru tidak hanya mendidik muridnya agar cerdas secara akademik saja tapi juga secara spiritual yakni kepribadian Islam.

Sejarah telah membuktikan bahwa guru pada naungan Khilafah mendapatkan penghargaan yang tinggi dari Negara termasuk pemberian gaji yang melampaui kebutuhannya.Tercatat, dimasa kekhalifahan Umar Bin Khattab, seorang guru diberi gaji 15 dinar per bulan (1 dinar=4,25 gr emas;15 dinar=63,75 gr emas; bila sekarang ini 1 gr emas Rp.500.000, berarti gaji guru pada saat itu setiap bulannya sebesar Rp.31.875.000). Belum lagi untuk seorang guru atau ulama yang berhasil menyusun kitab ajarannya, dihargai dengan emas seberat buku yang diterbitkannya.

Tidak hanya mendapatkan gaji yang besar, Negara dalam naungan khilafah juga menyediakan sarana dan prasarana secara gratis nan mudah dalam menunjang kualitas dan profesionalitas guru dalam menjalankan tugas mulianya.

Hal ini tentu akan membuat guru lebih fokus untuk menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pencetak SDM yang berkualitas yang dibutuhkan Negara untuk membangun peradaban yang agung dan mulia.

Sayangnya, kesejahteraan guru seperti diatas tidak akan dapatkan
Jika Islam tidak diterapkan secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Karena hanya sistem Islam dalam naungan kekhilafaanlah kesejahteraan itu akan tercapai. WallahuA’lamBissawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *