Islam, Jaminan Sempurna Inspirasi dan Aspirasi Umat.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Rumaisha 1453  (Aktivis BMI Community Kota Kupang)

 

Umat Islam hari ini sedang melalui fase penting. Apakah memilih opsi berjuang di tengah maraknya gorengan rezim yang beraneka ragam ataukah diam? Gorengan intoleransi yang sepi karena basi, kini mulai digoreng agar garing dan terjual kembali. Inilah potret rezim demokrasi, sarat akan kepentingan hingga berani melakukan berbagai cara dalam meraih kepentingan tersebut.

 

Lagi-lagi penguasa negeri ini memberikan ungkapan seolah-olah negeri ini darurat intoleransi. Sehingga umat Islam khususnya harus belajar menghargai perbedaan dan merawat persatuan. Dalam serah terima jabatan Menteri Agama di Kantor Kementrian Agama, Menteri Agama (Menag) Yaqut mengatakan beliau ingin menjadikan agama sebagai inspirasi, bukan aspirasi. (https://www.kompas.com, 23/12/2020)

 

Sehari sebelumnya Menteri Agama juga mengatakan hal yang sama, yaitu menjadikan agama sebagai inspirasi, bukan aspirasi. Dalam artian bahwa agama sebisa mungkin tidak lagi digunakan menjadi alat politik, baik untuk menentang pemerintah, merebut kekuasaan, maupun mungkin untuk tujuan-tujuan lain, lanjutnya. Selain itu beliau juga ingin meningkatkan Ukhuwah Wathaniah. (https://jakarta.suara.com, 22/12/2020)

 

Jualan intoleransi terus dijajankan dalam negeri yang mayoritasnya kaum Muslimin. Kaum Muslimin tidak diberikan kebebasan untuk memeluk agama dan syariatnya secara keseluruhan. Kebebebasan yang digaungkan oleh sistem demokrasi hari ini pun tidak diperuntukkan bagi umat Islam. Narasi demi narasi yang diberikan dan kebijakan-kebijakan yang diputuskan kian hari kian menyakiti umat Islam. Dalam sebuah perspektif demokrasi sendiri gagal menjamin rakyat menuju kondisi yang lebih baik.

 

Islam yang sudah seharusnya menjadi Inspirasi terbaik untuk seluruh manusia tidak dapat terwujud sepenuhnya dalam sistem ini. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT yang sumbernya jelas dari wahyu Allah SWT sudah final untuk dijadikan inspirasi. Syariat Islam mampu merespon dan menyelesaikan problematika umat yang beraneka ragam di negeri ini. Problematika yang kian kompleks sekalipun Islam punya solusi yang jelas dan tuntas.

 

Namun sayang seribu sayang, sistem demokrasi-sekuler hari ini pandang bulu dalam mengambil Islam. Islam yang biasa-biasa saja, yang moderat pun kini diperjuangkan. Sedangkan Islam Ideologis dan para pejuangnya dilabeli dengan narasi yang tak pantas. Islam tidak diinginkan mengatur masalah politik dan negara. Inilah asas dari sistem demokrasi yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Dan berujung pada penderitaan umat tanpa tahu kapan akhirnya sejahtera.

 

Selama kurang lebih tiga belas abad Islam menguasai dunia, Islam dijadikan sebagai inspirasi para intelektual muda. Bukan hanya itu, akan tetapi Islam dijadikan aspirasi, karena cita-cita dan tujuan dari penerapan Islam sungguh nyata adanya. Karena Islam meletakkan kedaulatan hanya milik Allah SWT. Merupakan kesalahan fatal jika mengatakan aspirasi Islam politik sebagai penghancur kekuasaan yang sah. Karena pada hakikatnya aspirasi Islam itu dengan dakwah Islam ideologis.

 

Islam sebagai aspirasi tidak mengancam keberagaman. Dengan kesatuan kepemimpinan atas seluruh dunia dengan syariat Islam sehingga akan mencegah upaya makar. Islam memberikan solusi atas tidak terwujudnya keutuhan bangsa dalam sistem demokrasi-sekuler hari ini. Dalam sistem demokrasi yang dikenal dengan negara bangsa dan sikap nasionalisme yang terus dijunjung tinggi oleh warga negara. Oleh karena itu persatuan umat yang hakiki dan kepengurusan umat yang baik hanya ada pada sistem Islam.

 

Islam hadir ke tengah-tengah umat dengan membawa konsep yang unik. Di dalam sistem Islam tidak adanya paksaan dalam beragama. Orang kafir dzimmi diberi kebebasan untuk menjalankan keyakinan dan ibadah mereka, karena sabda Rasulullah Saw, yang artinya: “Barangsiapa yang tetap pada keyakinannya, Yahudi atau Nasrani, dia tidak boleh diganggu”. (HR. Abu ‘Ubaid). Dan hak-hak seperti medapatkan pendidikan, pelayanan kesehatan, serta penjagaan keamanan pun dijamin oleh negara Islam.

 

Inilah bukti konkret sistem Islam tidak memberangus keberagaman. Seperti yang dikatakan oleh Thomas W. Arnold, dalam bukunya The Preaching of Islam-A History of The Propagation of The Muslim Faith , “Perlakuan terhadap warga Kristen oleh Pemerintahan Khilafah Turki Usmani selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal”. Dan masih banyak lagi pengakuan Barat terhadap baiknya perlakuan dalam sistem Islam.

 

Oleh karena itu sudah sepatutnya sebagai  intelektual muda seharusnya  bergerak dan berjuang untuk mewujudkannya ke tengah-tengah umat. Karena keberadaan sistem Islam membuat syariat Islam akan terwujud secara sempurna. Islam akan dijadikan sebagai inspirasi, aspirasi, dan solusi tuntas penyelesaian problematika umat. Islam akan menjadi rahmat bagi seluruh alam sebagaimana kaidah syara’, “Dimana ada syariat, di situ pasti ada maslahat”. Keberkahan yang hakiki pun akan terwujud kembali.

 

WalLahu a’lam bi ash-shawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *