Islam Ideologi Kian Dimoderasi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oeh : Watini Alfadiyah, S.Pd. (Praktisi Pendidikan)

Belum lama publik dihebohkan oleh suatu pernyataan
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi yang tengah membuat pernyataan terkait soal agama adalah musuh terbesar Pancasila.
(Jakarta, 14/02/2020
/voa-islam.com).

Beredar pula kabar yang menyebut bahwa Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi yang mengusulkan mengganti Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh diganti dengan Salam Pancasila.(Minggu, 23/02/2020/VIVA.co.id).

Dari wacana diatas terlihat adanya polemik akan sebuah ideologi. Bahkan rezim menganggap umat Islam sebagai sumber masalah keagamaan, sehingga berupaya memoderasi sampai ke berbagai lini. Namun, justru cara seperti ini akan menyulut sikap penolakan publik karena adanya dugaan kuat dari umat bahwasannya rezim sedang mengindap islamfobia. Dimana ketakutan akan sebuah ideologi Islam yang kini sesungguhnya tidaklah logis. Karena pada dasarnya
Ideologi merupakan aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan. Aqidah aqliyah adalah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, dan hidup, serta apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, disamping hubungannya dengan sebelum dan sesudah alam kehidupan. Jadi, peraturan kehidupan akan di bangun berdasarkan aqidahnya. Sementara jumlah penduduk yang ada di negeri ini mayoritas muslim.

Aqidah secara umum di dunia itu ada tiga macam yaitu :
Pertama, aqidah sekuler. Aqidah yang asasnya memisahkan agama dari kancah kehidupan. Sehingga agama diletakkan di tempat peribadatan dan urusan kehidupan bebas apa kata manusia.
Kedua, aqidah sosialis/komunis. Aqidah yang asasnya evolusi materi. Sehingga tidak meyakini akan adanya Tuhan.
Ketiga, aqidah Islam. Aqidah yang asasnya tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Sehingga dalam kehidupan terikat dengan perintah dan larangan Allah sebagaimana yang dibawa oleh Rasulullah Saw.

Dengan begitu tampak bahwasannya selain ketiga ideologi diatas berarti merupakan ideologi yang lahirnya di bidani oleh ke tiga ideologi tersebut. Sebagaimana ideologi Pancasila maka sejarah kelahirannya karena di ilhami oleh ideologi Islam. Terlihat dalam sila pertama yang berbunyi “KeTuhanan yang maha Esa”. Makna Esa adalah satu berarti siapa yang dimaksud kalau bukan Allah Swt yang maha segalanya. Sehingga tidak bisa dipisahkan antara Pancasila dan agama. Sebagaimana kita ketahui nilai sila-sila yang ada dalam Pancasila semua lahir dari Agama. Dengan begitu lalu apanya yang dipermasalahkan dengan keberadaan agama. Dan tuduhan yang tidak tepat pula kalau menempatkan agama sebagai musuh dari Pancasila. Karena lahirnya Pancasila berasal dari nilai-nilai agama.

Namun demikian, rezim sekuler akan selalu menempatkan agama Islam sebagai musuh saat umatnya menghendaki Islam sebagai rujukan dalam mencari solusi terhadap permasalahan. Bahkan seolah mempertentangkan ketaatannya seorang muslim dalam loyalitas bernegara. Sampai menganggap Islam sebagai ancaman, sehingga digencarkan adanya moderasi. Hingga masalah salampun harus dimoderasi. Padahal Allah berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.”(TQS. an-Nur (24) : 27). Dan Rasulullah Saw. bersabda : “Sesungguhnya seutama-utamanya manusia di sisi Allah adalah siapa saja diantara kamu yang memulai mengucapkan salam.”(HR Abu Daud dan Tirmidzi). Juga sabda Rasulullah Saw : “Apakah kalian mau aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan akan mendapatkan jalinan cinta kasih? Yaitu sebarkanlah salam diantara kalian.”(HR Muslim).

Keinginan kuat dari rezim untuk memoderasi ajaran Islam dan menganggap umat Islam bermasalah itu semua berangkat dari asasnya dari sistem sekuler yakni memisahkan agama dari kancah kehidupan. Sementara Islam itu mengatur seluruh aspek kehidupan, dan konsekuensi dari keimanannya seseorang yang beraqidah Islam harus terikat dengan syari’at Islam.

Kini, semestinya umat Islam menyadari bahwa konsekuensi dari keimanannya harus terikat dengan syari’at Islam secara keseluruhan/kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Sebagaimana Allah berfirman : ” Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.”(TQS. Al-Baqarah (2) : 208).

Serta harus menyadari bahwa Islam adalah agama yang sempurna, sebagaimana Allah Swt berfirman : “…. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu….”.(TQS. Al-Maidah (5) : 3). Karena kesempurnaannya dalam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia sehingga Islam itu disebut sebagai sebuah ideologi.

Sehingga, pada akhirnya ideologi Islam tidak akan bisa berkompromi dengan ideologi sekulerisme. Karena pada dasarnya ideologi Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dan ideologi sekulerisme memisahkan agama dari aspek kehidupan. Wallahu a’lam bi showab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *