Oleh : Vikhabie Yolanda Muslim
Pernah mencoba merasakan menggenggam bara api? Atau iseng-iseng mencelupkan tangan ke dalam api? Rasa-rasanya ini adalah keisengan yang jarang orang ingin lakukan.
Namun ternyata hal ini telah dituliskan dalam hadits Rasulullah saw. Beliau bersabda, “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”
Bara api tentu teramat panas. Dan yang namanya bara api ini, akan bisa digenggam jika kita menggenggamnya dengan erat. Jika disentuh dengan pelan-pelan, maka api tidak akan padam dan bara tidak akan tergenggam. Dan jika kita mendekat dan hanya menyentuhnya, maka akan terasa panas dan malah enggan untuk mendekat. Hal inipun berlaku bagi setiap muslim. Jika setengah-setengah dalam menjalankan syariat, maka Islam tidak akan bisa kita genggam dengan erat.
Misalnya saja pada seorang muslimah yang enggan untuk berhijab syar’i dan lebih memilih mengikuti tren. Karena memang di zaman ini telah banyak berkembang berbagai macam model pakaian dan hijab, namun tidak sesuai syariat. Ia lebih memilih berpakaian modis daripada mengulurkan kerudungnya menutupi dada. Bagi mereka, wanita yang berpakaian syar’i ialah wanita terbelakang dan kuno. Berpakaian syar’i di zaman ini hanya akan menghambat karirnya di dunia kerja. Oleh karenanya, berpegang teguh pada syariat di zaman ini diibaratkan menggenggam bara api. Berat. Dan mungkin tak semua orang kuat bertahan.
Dalam hal ini, syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan, “Sebagaimana penggenggam bara api, akan menimpanya sakit yang sangat, ketika terjadi fitnah (ujian) dari musuh-musuh”. Dan ini tentu membutuhkan kesabaran yang sangat besar.
Seperti itulah gambaran orang yang konsekuen dengan syariat Islam saat ini, yang ingin terus menjalankan ibadah sesuai sunnah Rasulullah saw, begitu sulitnya dan begitu beratnya. Kadang cacian dan bulyan mesti diterima. Kadang dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Kadang jadi bahan omongan yang tak enak. Sampai-sampai ada yang nyawanya bahkan keluarganya terancam. Demikianlah resikonya. Namun balasan di sisi Allah sangat luar biasa jika kita mampu menjalankannya dengan sabar dan taat.
Ingatlah janji Allah,“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az Zumar: 10).
Lalu, janji yang mana lagi yang lebih indah dari janji-Nya? Masihkah kita tak mau menjalankan syariat Islam secara kaffah/menyeluruh?. Padahal Allah telah memerintahkan kita dalam firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan” (Al-Baqarah: 208).
Maka masihkah kita enggan menggenggam bara api dengan ganjaran indah dari-Nya?