Oleh : Tita Rahayu Sulaeman
(Pengemban Dakwah)
Pasangan Joe Biden dan Kamala Harris memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat, mengalahkan Donald Trump. Kemenangan Biden pada Sabtu (7/11) di Pennsylvania menempatkannya di atas ambang 270 suara Electoral College yang ia butuhkan untuk meraih kursi kepresidenan. Meski Trump menolak hasil pemilu ini dan telah mengajukan gugatan, namun Pejabat pemilu dari seluruh negara bagian mengatakan tidak ada bukti penipuan yang signifikan dan pakar menilai gugatan Trump tidak mungkin berhasil. Sejumlah pemimpin negara telah menyatakan selamat pada Biden. (antaranews 8/11).
Kemenangan pasangan Biden-Harris dianggap menjadi angin segar bagi umat islam. Kamala Harris dalam wawancaranya bersama Arab-American News menyatakan akan mencabut sejumlah kebijakan Donald Trump terkait Palestina dan Timur Tengah. Terkait muslim di Amerika, Kamala Harris menyatakan akan mencabut kebijakan pelarangan perjalanan bagi muslim non Amerika, sebagai tujuan menyambut para imigran. Ia juga mengatakan akan menambah jumlah batas penerimaan pengungsi (Sindonews 6/11).
Menggantungkan harapan pada Presiden Amerika untuk perbaikan terhadap dunia islam adalah sia-sia. Berbagai janji bisa dilemparkan pasangan calon peserta pemilu pada masa kampanye. Namun hal ini tak bisa dijadikan sandaran akan perubahan kebijakan. Berkaca dari sejarah, Presiden Amerika Serikat sebelumnya, Barack Husein Obama pernah dianggap akan membawa perubahan bagi dunia Islam.
Pada 12 Juni 2009 Presiden Amerika Serikat Barack Husein Obama berpidato di Universitas Al-Azhar, Kairo. Ia menyatakan akan melakukan rekonsiliasi dengan Dunia Islam melalui upaya mendamaikan Palestina-Israel secara adil (Republika 27/10). Namun kenyataannya, Amerika tetap tak berkutik terhadap Kekejaman Israel di Palestina. Obama tidak menarik ratusan ribu pasukannya di Irak dan justru menambah pasukan militernya di Afghanistan.
Amerika dengan siapapun presidennya akan tetap menganut ideologi kapitalisme yang sangat lekat dengan materialistik. Amerika akan terus berusaha menguasai kekayaan alam di penjuru dunia termasuk di negeri-negeri muslim. Mereka tak akan segan menciptakan konflik demi mendapatkan keuntungan atasnya. Imperialisme yang diemban Amerika juga menghendaki tidak adanya kekuasaan lain. Paham liberalisme dan sekulerisme terus dihembuskan ke seluruh dunia, termasuk ke negeri-negeri muslim. Bagi mereka, kebangkitan dan persatuan umat muslim adalah sebuah hal yang tidak boleh terjadi.
Maka menggantungkan perbaikan dunia islam pada Amerika hanyalah sebuah ilusi. Kekuatan Amerika hanya akan digunakan untuk kepentingannya sendiri. Tidak akan pernah digunakan untuk menyelesaikan konflik di negara-negara islam. Janji-janji manis yang diucapkan hanya untuk meraih simpati dan suara dari umat islam di Amerika.
Perbaikan nasib umat muslim yang sering menjadi korban Islamofobia, hingga kedzaliman yang menghilangkan nyawa, hanya akan terselesaikan oleh pemimpin dari institusi negara Islam, yakni khilafah. Pemimpin dari negeri muslim sekalipun saat ini tak akan mampu berbuat banyak untuk menolong dan mencegah konflik di Palestina, India, Myanmar maupun Uyghur. Umat semestinya menyadari bahwa ketiadaan pemimpin dan institusi negara islam lah yang membuat umat islam menjadi korban kedzaliman di berbagai tempat.
Umat islam juga harus menyadari bahwa islam adalah pedoman hidup dalam beribadah, bermuamalah juga bernegara. Perasaan dan pemikiran umat islam belum dipersatukan dalam kekuatan politik islam. Tidak ada yang mampu melawan kekuasaan Amerika ketika Amerika ditindas. Islam telah dilemahkan dari segala sisi. Baik secara individual, masyarakat maupun dalam tatanan kenegaraan. Umat islam telah dijauhkan dari agamanya oleh paham liberalisme dan sekulerisme. Maka untuk perbaikan islam, sudah saatnya umat kembali pada ajaran islam secara kaffah. Kesadaran inilah yang akan menghantarkan pada persatuan dan kebangkitan umat islam, seperti yang Allah SWT janjikan.
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang zhalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.”
(HR. Ahmad dalam Musnad-nya (no. 18430), Abu Dawud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no. 439); Al-Bazzar dalam Sunan-nya (no. 2796)
Allahu a’lam.