Hijrahku Berliku dan Butuh Waktu

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Yuni Indawati (Ibu Rumah Tangga)

 

Hijrah, meski tak asing lagi di telinga kita namun tak semua orang bisa menempuh jalannya. Tak semua orang juga akan menerima proses hijrah dari keluarga atau teman terdekatnya. Karena ketika seseorang memutuskan untuk berhijrah, biasanya ia akan meninggalkan kebiasaannya di masa lalu. Itulah yang menjadikannya berbeda di mata keluarga dan orang di sekitarnya.

Memang benar, hijrah adalah meninggalkan sesuatu menuju sesuatu yang lain, yaitu sebuah keputusan untuk memilih jalan yang Allah ridhoi dengan mengubah semua kebiasaan di masa lalu menjadi kebiasaan yang sesuai dengan Islam.

Tentu jalan hijrah tidaklah mudah dilalui. Jalan hijrah penuh dengan lika-liku yang terjal bahkan sering kali terjatuh akibat kerikil dan batu besar yang menguji para pejalannya. Inilah ujian yang harus dilalui oleh seseorang yang memutuskan hijrah.

Meski berliku tetapi harus tetap dilalui. Oleh karena itu harus tetap sabar dan tawakkal serta percaya bahwa Allah akan menyertai. Maka tak ayal jika setiap orang berbeda-beda prosesnya dalam menjalani hijrahnya. Yang mereka butuhkan adalah waktu. Maka janganlah menyudutkan seseorang yang baru berhijrah, apalagi sampai mengejeknya dan membuatnya lemah dan tak percaya diri dalam proses hijrahnya.

Perjalanan hijrah sama seperti ketika berjalan dalam keadaan gelap menuju cahaya, meraba-raba untuk sampai ke tempat tujuan. Sebuah masa dimana kita terjebak dalam kesesatan hidup kemudian mencari ketenangan akhirat.

Oleh karena itu, ketika kita memutuskan untuk berhijrah menjadi lebih baik maka cahaya itu akan hadir menuntun langkah kita. Segeralah ambil hidayah itu dan simpan dalam hati. Buktikan dalam perbuatan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam).”

Dalam proses hijrah memang dibutuhkan waktu yang ekstra. Selalu berproses dan berprogress, bukan diam menunggu waktu berlalu tanpa melakukan apa-apa. Itulah mengapa dalam Islam tidak ada batasan waktu ataupun usia untuk belajar. Setiap muslim berhak untuk berproses menjadi diri yang lebih baik.

Karenanya, iman dan Islam bukan perkara yang bisa diwariskan. Keimanan harus dibenarkan oleh akal dan dibimbing dengan petunjuk yang benar. Dengan demikian, seseorang yang terlihat baik atau buruk, sejatinya adalah hasil bentukan dari didikan dan binaan di masa lalunya.

Oleh karena itu, tidak boleh seorang muslim hanya mencukupkan dirinya dengan pendidikan formal saja atau didikan orang tua saja. Bahkan ketika ia sudah baligh maka tetap diwajibkan untuk belajar Islam, sehingga hijrahnya akan totalitas karena ketaatannya dan ketundukannya kepada hukum Islam.

Dengan demikian, hijrah harus selalu diiringi dengan memperbaiki akhlak dan terus menambah ilmu agama. Hijrah adalah terus berproses untuk mencari tahu sebuah kebenaran dengan berguru kepada yang faqih, berada di jama’ah yang ikhlas mengajarkan ilmunya dan membina umat, hingga ikhlas menyerahkan seluruh aktivitasnya di jalan Allah.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125).
Wallahua’lam bishowab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *