Hidup Tanpa Pelindung Penderitaan Selalu Merundung

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Hidup Tanpa Pelindung Penderitaan Selalu Merundung

Azizah S.Pd

(Pengamat Kebijakan Publik)

 

Derita Tanpa Ujung Setidaknya 150 warga sipil dari minoritas Muslim Rohingya di Myanmar diperkirakan tewas minggu ini dalam serangan artileri dan pesawat tak berawak di negara bagian Rakhine, Myanmar.Tentara Arakan,sayap militer kelompok etnis Rakhine di negara bagian itu, membantah bertanggung jawab atas serangan pada hari Senin itu.Serangan dilakukan terhadap warga Rohingya yang mencoba melarikan diri dari pertempuran sengit di kota Maungdaw.(tribunnews.com,11 Agustus 2024).

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa sejak saat serangan militer Israel telah menewaskan hampir 40 ribu warga Palestina dan juga menyebabkan hampir seluruh populasi yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi, menyebabkan krisis kelaparan, dan memicu tuduhan genosida yang selalu dibantah Israel.(republika.co.id,11 Agustus 2024).

Menderita Karena Tanpa Pelindung

Muslim Rohingya telah dijajah oleh pemerintah Myanmar selama berpuluh puluh tahun. Mereka mengalami genosida,baik oleh Junta Militer maupun pemerintahan pro demokrasi. Sikap kejam rezim Buddha Myanmar disebabkan oleh sentimen asabiah mereka terhadap etnis Rohingya yang muslim. Juga permainan politik antara Amerika Serikat dan Cina dalam menancapkan pengaruh di kawasan tersebut. Ketika mengalami ancaman genosida di Myanmar, muslim Rohingya lari ke Bangladesh, tetapi rezim Hasina mengabaikan mereka. Tempat pengungsian yang disediakan untuk muslim Rohingyapun amat buruk sehingga tidak layak untuk didiami. Nasionalisme telah membelenggu Bangladesh dari menolong muslim Rohingya secara layak.Dengan latar belakang yang demikian, wajar saja muslim Rohingya melarikan diri ke Indonesia, negeri mayoritas muslim yang diharapkan memberi tempat hidup yang layak untuk mereka. Namun sayangnya rezim penguasa terbelenggu oleh nasionalisme. Meski muslim Indonesia utamanya Aceh mau menolong muslim Rohingya, tetapi negara mengabaikan para pengungsi. Sedangkan untuk menolong secara permanen tentu tidak bisa dengan kekuatan individu atau masyarakat, melainkan butuh kekuatan negara.

Penderitaan yang menimpa saudara-saudara kita di Rohingya, Palestina, Uighur dan sebagainya sebenarnya sudah berlangsung lama.Semakin lama situasinya tetap tidak berubah bahkan mereka semakin menderita. Saudara kita di Rohingya terusir dari tanah nenek moyangnya. Demikian halnya dengan saudara kita di Palestina. Korban jiwa berjatuhan,wilayah negerinya juga semakin sempit. Negeri-negeri muslim yang dekat pun tidak ada yang menolong mereka. Jangankan mengirim pasukan militer untuk membantu muslim Palestina, memberi bantuan pun terhalang sekat nasionalisme.

Demikian halnya saudara muslim Rohingya, mereka meminta bantuan ke negeri negeri Islam terdekat,akan tetapi pertolongan tidak kunjung didapat. padahal mereka tidak memiliki tempat tinggal. Bagaimana mungkin sepanjang hidup mereka berada di atas perahu di tengah lautan lepas? Tidak ada yang menaruh belas kasihan pada mereka.Juga pemerintah negeri ini, padahal mereka adalah orang-orang yang meminta pertolongan dan perlindungan karena mereka sudah tidak berdaya.

Sesungguhnya yang menjadi penyebab penderitaan umat Islam adalah ketiadaan pelindung dan perisai bagi umat.Umat Islam banyak yang menderita tapi ada yang menolong dan membelanya. Padahal membela sesama muslim yang teraniaya hukumnya wajib.

Sudah seharusnya seluruh umat muslim di seluruh dunia memberikan perhatian terhadap permasalahan yang menimpa saudaranya dimanapun mereka.Di Uighur, di Rohingya bahkan di Palestina. Umat Islam di seluruh dunia mestinya bersatu untuk merebut kembali tanah Palestina dari penjajah. Mengembalikan umat Islam Rohingya ke tanah leluhurnya. Oleh karenanya, solusi tuntas masalah ini tidak cukup hanya dengan mengirimkan donasi, boikot, atau doa. Ini semua memang merupakan amal kebaikan, tetapi masih diperlukan usaha yang lebih keras lagi dari umat Islam, yaitu dengan mewujudkan persatuan hakiki yang akan menghilangkan batas-batas wilayah negeri satu dan negeri lainnya. Umat Islam harus bersatu di bawah satu kepemimpinan, di bawah satu bendera dan di bawah satu komando. Itulah Khilafah Islam yang mengikuti metode kenabian. Khalifah yang akan menjadi pelindung dan perisai bagi rakyatnya di mana pun mereka berada.Kaum muslimin wajib menegakkan kembali Khilafah. Dengan itu, kaum muslim sedunia bisa memiliki kembali seorang khalifah yang akan benar-benar menjadi perisai pelindung bagi mereka.

Khilafah Satu Satunya Pelindung

Sebagaimana kaum Anshar yang membuka tangan menyambut kaum Muhajirin, demikianlah Negara Khilafah akan memperlakukan setiap orang dengan tangan terbuka tanpa diskriminasi apa pun. Kekuatan politik, ekonomi, diplomatik, bahkan militernya, akan menjadi benteng terhadap ancaman keamanan bagi setiap rakyatnya. Bangsa-bangsa lain akan tahu bahwa umat Muhammad saw bahkan sebagai minoritas di tanah mereka, tidak bisa dianggap enteng.
Menjadi pelindung umat Islam khususnya dan rakyat pada umumnya, meniscayakan pemimpin harus kuat, berani dan terdepan. Bukan orang yang pengecut dan lemah. Kekuatan ini bukan hanya pada pribadinya, tetapi pada institusi negaranya. Kekuatan ini dibangun karena pondasi pribadi dan negaranya sama, yaitu pondasi akidah Islam.
Inilah yang ada pada diri Nabi Muhammad dan para Khalifah setelahnya.

Ketika ada wanita Muslimah yang dinodai kehormatannya oleh orang Yahudi Bani Qainuqa’ di Madinah,Nabi kita melindunginya, menyatakan perang kepada mereka, dan mereka pun diusir dari Madinah.Para Khalifah setelahnya juga demikian. Khalifah Harun ar-Rasyid telah menyumbat mulut jalang Nakfur, Raja Romawi, dan memaksanya berlutut kepada Khilafah. Khalifah Al-Mu’tashim memenuhi jeritan wanita Muslimah yang kehormatannya dinodai oleh tentara Romawi, melumat Amuriah, yang mengakibatkan 9000 tentara Romawi terbunuh, dan 9000 lainnya menjadi tawanan. Demikian juga dengan Sultan Abdul Hamid pelindung tanah Palestina.

Umat Islam, Khilafah dan Khalifahnya sangat ditakuti oleh kaum Kafir karena akidahnya. Karena akidah Islam inilah mereka siap menang dan mati syahid.Mereka berperang bukan karena materi, tetapi karena dorongan iman.Karena iman inilah, rasa takut di dalam hati mereka pun tak ada lagi. Karena itu, musuh-musuh mereka pun ketakutan luar biasa, ketika berhadapan dengan pasukan kaum Muslim. Hingga terpatri di benak, bahwa kaum Muslim tak bisa dikalahkan. Inilah generasi umat Islam yang luar biasa. Generasi seperti ini hanya ada dalam sistem Khilafah. Sebaliknya, meski kini kaum Muslim mempunyai banyak penguasa, tetapi mereka bukanlah pemimpin yang yang siap melindungi umat Islam dimanapun mereka berada.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *